"Aku mencintaimu, Kakashi-kun," bisik Rin sebelum ia ambruk ke tanah.
Kakashi mematung menatap tubuh Rin yang kini tak lagi bernyawa. Kulit Rin tampak pucat dan dingin. Saat Kakashi menyentuhnya, tak ada lagi senyum tergambar yang sering Rin berikan sejak mereka di akademi.
"Rin, Rin, Rinnnnn!!!"
Kakashi megap-megap. Keringat dingin mengucur dari dahi hingga ke leher membuat Kakashi melepas kaosnya. Beberapa hari ini, ia selalu memimpikan Rin. Cepat-cepat Kakashi memakai baju ninja dan melesat pergi ke tempat yang sering membuatnya damai tapi juga patah hati. Makam Rin.
"Apa kabar, Rin?" Kakashi berdiri di depan makam orang yang disayanginya itu.
"Apa kau merindukanku, Rin, seperti aku merindukanmu?" Kakashi membuang muka.
"Kau tahu, aku mungkin menyakitimu lagi dengan mulai menyukai orang lain, Rin. Aku tidak ingin menghianatimu, Rin, tapi aku perlu melanjutkan hidup. Sakura pernah berkata padaku jika seseorang yang telah pergi tidak akan kembali lagi. Meski begitu, selalu ada cinta untukmu, Rin, yang tidak akan pernah digantikan oleh orang lain."
Kakashi terpejam tapi ia bisa mendengar ada langkah kaki yang tiba-tiba berhenti tak jauh dari tempat ia berdiri. Ia bisa merasakan chakra yang sangat dikenalnya itu mendekat.
"Apa yang kau lakukan di sini, Sakura?" tanya Kakashi tanpa menoleh.
Ia tadi baru saja pulang dari tempat Ino dan melihat sekelebat bayangan Kakashi menuju ke makam. Apa ia keterlaluan telah mengikuti Kakashi bahkan mendengar hal yang bersifat pribadi?
"Kau sengaja mengikutiku?"
Sakura diam saja. Ia tadi mendengar semua perkataan Kakashi pada Rin, seorang kunoichi yang ia tahu telah tewas dalam misi. Hanya saja ia tak menyangka jika Kakashi masih menyimpan cinta untuk Rin. Dia mungkin tidak akan bisa menggantikan posisi Rin di hati Kakashi. Untuk apa dia bersama seseorang yang tidak bisa melupakan mantannya? Sakura menggigit bibir. Bagaimana dengan Sasuke? Apakah dia benar-benar sudah bisa melupakan Sasuke? Ya, Sakura menganggap dirinya juga sangat egois.
"Aku ingin kau menjawabku jika aku bertanya, Sakura!" Kakashi berbalik dan meraih tangan Sakura. Menutup mata gadis itu dengan hitai-ate dan mencium bibir manisnya. Setiap desah Sakura membuat Kakashi makin kasar menggigit ujung bibirnya. Memasuki seluruh celah milik Sakura. Ia tidak akan membuat Sakura berhenti menahan sakit. Lidahnya mengikat lidah Sakura tiap gadis itu mencoba melepaskan diri. Ini adalah sebuah hukuman untuk Sakura karena mencuri dengar sesuatu yang seharusnya tidak ia dengarkan. Kakashi masih menginginkan sebuah privasi.
"Kakashi," bisik Sakura merasa bibir bawahnya telah bengkak.
Kakashi menatap Sakura lekas. "Jangan pernah berhenti! Kau hanya boleh berhenti untuk mengambil napas!"
Lalu, bibir Sakura terasa perih lagi. You are so rough, damn it!
***
"Whoaaa, Sakura, kenapa bibirmu bengkak begitu?" tanya Naruto tanpa perasaan saat bertemu Sakura di Ramen Ichiraku.
"Naruto, kau seharusnya tidak menanyakan hal itu pada gadis dewasa," kata Hinata terkikik.
Sial! Wajah Sakura merah padam saat semua pengunjung Ramen Ichiraku menatapnya penasaran.
"Kudengar, kau akan segera menjadi Hokage, Naruto," ujar Sakura mengalihkan topik pembicaraan.
Naruto tersenyum penuh kemenangan. "Ya begitulah, kau menyesal ya tak menjadi pacarku."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
FanfictionYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...