Makin nggak jelas soalnya melebar ke mana-mana, huft. Saya sudah kehilangan arah sama fic ini. Wkwkwkwk, chapter ini sudah mendekati ending. Mungkin 3-4 chapter lagi, semoga kalian nggak mati kebosanan baca chapter khusus ini. Saya aja nyerah! :D
***
"Jika aku memiliki kesempatan kedua, aku ingin kau melihatku, Kakashi. Selama ini, kau hanya menganggapku sebagai teman. Aku memang temanmu tapi itu bukan berarti aku tidak bisa menjadi yang lain juga."
Gadis itu menggeleng pelan. "Aku telah buta karena rasa cintaku padamu tanpa pernah bisa melihat orang lain yang mencintaiku. Cinta harus saling memiliki seperti kami, Kakashi."
Rin melambai. Memamerkan deretan giginya yang putih dengan rambut coklat sepundak yang menawan. Di sampingnya, berdiri laki-laki berambut hitam tersenyum dan mengacungkan jempol padanya. Bayangan mereka bergerak menjauh dan terus melambai pada Kakashi yang berusaha mengejar mereka.
"Jangan tinggalkan aku lagi, Rin. Aku mencintaimu. Obito, aku merindukanmu. Kumohon, jangan tinggalkan aku, teman-teman!"
Kakashi menggelepar dalam tidurnya. Bayangan Rin dan Obito yang bergandengan tangan membuat dadanya sesak. Bayangan itu berubah menjadi seorang gadis kecil berusia dua belas tahun yang memiliki rambut panjang berwarna merah muda dengan bola mata mirip batu giok yang indah.
"Sensei," bisiknya tersenyum manis.
Tiba-tiba seorang remaja berambut hitam berantakan menggandeng tangan gadis itu. Sekejap bayangan mereka berubah menjadi sosok dewasa.
"Kakashi," lirih gadis itu mengerjapkan bola mata gioknya pada Kakashi yang diam membisu.
"Baiklah, kau tidak pernah melihatku sebagai seorang gadis dewasa. Bagimu, aku tetaplah Haruno Sakura. Tidak adakah tempat untukku di hatimu?"
"Sakura." Tangan kekar mengelus rambut Sakura lembut dan mendekap tubuh itu.
Separuh diri Kakashi memberontak. Dia ingin menepis tangan Sasuke dari Haruno Sakura-nya. Gadis itu tidak boleh disentuh oleh orang lain kecuali dirinya.
"Kau terlalu pengecut, Kakashi! Penampilan tenangmu tak menunjukkan dirimu yang sebenarnya. Terima saja konsekuensi dari pilihanmu. Selamat tinggal!"
Sasuke menarik lengan Sakura hingga bayangan mereka bergerak menjauh semakin samar. Kakashi mengejar namun bayangan mereka semakin cepat hilang. Tangannya bergerak mencengkeram sesuatu erat.
"Sakura, jangan pergi! Kumohon! SAKURAAAAAA!!!"
"Kau nyaris membunuhku, Bodoh!"
Bukan karena Pakkun yang mengatai Kakashi bodoh yang membuatnya jengkel namun kenyataan bahwa ia memimpikan mereka semua membuat hatinya merutuk kesal.
"Maaf, Pakkun!" Kakashi mengelus lembut bulu Pakkun yang sempat ia cengkeram erat.
"Memimpikan si strawberry, eh?"
"Diamlah!"
"Mimpi adalah perwujudan dari emosi dan pikiranmu selama ini. Refleksi ketakutanmu. Padahal yang harus kau takuti adalah rasa takut itu sendiri. Aku tadi mendengarmu menyebut nama selain Sakura. Rin Nohara, ya?"
Kakashi tak menjawab. Ia mendudukkan diri di bawah pohon dan mendesah pelan. Kenapa ia memimpikan mereka? Selama ini, ia berusaha menjauhi hal-hal yang berkaitan dengan mereka. Ia berkelana ke desa-desa kecil yang kemungkinan besar tidak akan bertemu dengan shinobi Konoha atau dari desa lain yang mungkin mengenalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
FanfictionYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...