Sulit berkonsentrasi pada pekerjaan rumah sakit hari itu sampai Shizune menyarankan agar Sakura pergi istirahat saja.
"Tsunade-sama mungkin tidak akan membunuhmu jika hari ini ambil cuti, Sakura. Kurasa, kau sakit."
Shizune berulangkali menempelkan tangan di dahi lebar Sakura hingga membuat gadis itu menggeleng berulang kali.
Bukan dahiku yang sakit tapi sesuatu yang terletak di dada, sakit sekali.
"Hei, kau tak perlu memaksakan diri, Sakura. Aku akan menggantikanmu hari ini kalau kau memang sedang tidak enak badan. Tsunade-sama menyuruhmu untuk melakukan pemeriksaan standar pada Kakashi-san, bukan?"
Apa? Sakura melongo. Sejak kapan ia merasa telmi? Sejak Ino mengatakan sebuah rumor bahwa dia akan pergi meninggalkan desa. Ehm, mungkin sejak saat itu. Dia gila. Ya, dia memang sudah gila.
"Aku? Err, kapan? Seingatku Tsunade-shisou tidak mengatakan apa-apa," sahut Sakura mencoba mengingat terkahir kali ia bicara dengan salah satu mantan Hokage itu.
Plak!!
Kali ini Sakura berjingkat mendengar bunyi plak keras yang ternyata tangan Shizune tengah menepuk keras keningnya sendiri.
"Astaga! Aku lupa. Bukankah aku sendiri yang harus menyampaikan hal itu padamu. Astaga! Sejak kapan aku menjadi sedikit pikun?"
"Sejak kau berkencan dengan Genma, Shizune-san."
Hah? Shizune cuma melongo.
"Eh, jam berapa pemeriksaan standar dengan Kakashi-sensei dilakukan?"
"Jam satu siang ini di ruangan Tsunade-sama."
"Astaga, Shizune-san, bukankah jam istirahat telah berakhir?" Sakura melirik angka satu lebih lima belas menit yang ditunjukkan jam dinding jadul rumah sakit Konoha. Dia pasti sudah terlambat.
***
"Kakashi, apakah kau yakin dengan keputusanmu itu?" suara Tsunade tampak aneh.
"Hn."
"Bukan maksudku ikut campur dengan urusanmu, Kakashi. Hanya saja..."
Tidak ada suara yang terdengar lagi hingga degup jantung Sakura terasa melompat dari tempatnya. Ia mengurungkan niat untuk mengetuk pintu dan berusaha menempelkan telinga lebih dekat ke ujung lubang kunci.
"Sebagai keturunan Hatake yang terakhir, kau sangat dibutuhkan oleh Konoha, Kakashi. Kau tahu, aku tidak suka memuji. Tapi, kau memang ninja terbaik Konoha dan sangat disayangkan jika..."
Jika apa, duh, kenapa suara Tsunade semakin lirih saja.
"Aku..."
"Baiklah, temukan satu untuk Konoha, Kakashi."
"Hn."
"Bocah itu lama sekali!"
"Sakura-chan, apa yang kau lakukan?" Mata Sakura melebar dan seketika ia berbalik melihat Rock Lee tengah mengamati dirinya yang terlihat bodoh sedang menempelkan telinga di lubang kunci pintu kantor Tsunade.
"Ah, eh, hai, Lee."
"Kenapa wajahmu memerah seperti itu, Sakura-chan?" Lee makin mendekatkan wajah pada Sakura yang sukses membuat wajahnya seperti lampu lalu lintas saat ini.
"Eh, kapan kau kembali dari misi?" tanya Sakura mengalihkan perhatian Lee.
"Eh, kau tidak perlu cemas. Ini hanya luka ringan, Sakura-chan," jawah Lee kalem sengaja menunjukkan perban pada lengan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
Fiksi PenggemarYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...