Chapter 9
Truth or Dare, ya ampun permainan konyol macam apa itu?
"Hei, kau harus memulai dari dirimu, Naruto." Kakashi memilih menyelematkan diri karena ia tidak suka menjadi pusat perhatian.
"Baiklah, kurasa sensei benar karena kau duduk di ujung pertama, Naruto." Sakura menengahi.
Naruto berdeham lagi. "Baiklah, kalian tinggal memilih truth or dare. Jika memilih truth maka kalian tinggal menjawab pertanyaan saja tapi harus jujur, ya kalau kalian memilih dare maka lakukan sesuatu yang menyenangkan sesuai permintaan. Dua gelas sake akan berputar terus, akan aku mulai dari Hinata-chan yang tepat duduk di sampingku."
Hinata tersipu malu sebelum menerima putaran sake pertama. "Kau pilih truth or dare, Hinata-chan?"
"Dare."
"Baiklah, cium aku!"
Haaa! Semua orang langsung memalingkan muka dan memberikan ekspresi muntah setelah Hinata mencium pipi Naruto sekilas.
Tenten memilih dare karena ia takut mereka akan menanyai soal ia menyukai Shikamaru dulu sebelum ia menyukai Neji. Hinata hanya menyuruh Tenten menyanyi dan itu membuat Ino mendesah sebal. "Tidak asyik."
Choji melakukan hal yang sama karena ia memilih tantangan dan Tenten hanya menyuruh Choji menghabiskan onigiri di depannya. Tentu saja semua orang nyaris protes.
"Permainan ini tidak akan asyik kalau tantangan yang diberikan hanya begitu saja," komentar Ino.
"Baiklah, kau pilih apa kalau begitu, Ino?" tanya Choji menggeser gelas sake pada Ino.
"Dare, tentu saja biar lebih menantang."
Choji tampak berpikir keras sebelum ia berkata keras, "Lakukan gerakan erotis saat kau menggoda Sai."
"Apa? Oh, tidak!"
Ino tampak kena batu sendiri. Ia jelas masih memiliki rasa malu karena hubungannya dengan Sai tidak harus diumbar terlalu jauh ke publik apalagi soal itu. Urggghhh! Ino menyesap gelas sake hingga tandas.
"Kau ternyata masih memiliki rasa malu juga, pig," ucap Sakura terkekeh karena ino biasanya tak peduli dengan padangan orang lain.
"Huh! Sai kau harus memilih truth. Kapan terakhir kau berkencan dengan gadis selain aku?" Ino tampak penasaran.
Sai tidak berekspresi. "Sakura."
Hah? "Apa?" kali ini bukan Sakura yang terbelalak tapi Kakashi.
"Ya, waktu itu aku masuk ke tim 7 karena Sasuke pergi. Kakashi-sensei sedang sakit dan Yamato-sensei yang menggantikan. Aku pergi bersama Sakura ke kedai kopi dekat perbatasan desa. Kami hanya pergi berdua."
"Hah? Kenapa aku tidak tahu hal itu?" suara Naruto meninggi.
"Kau sedang pergi bersama Jiraiya-sama."
"Sai, itu bukan kencan!!!" Mata Sakura tampak hendak keluar dari kelopaknya apalagi Ino menyipit geram sekali.
"Kata Naruto, kalau seorang laki-laki dan gadis pergi berdua itu namanya kencan."
"Hah! Kita hanya minum kopi!!!"
Wajah pucat Sai tidak berekspresi selain mengedikkan bahu. Sebagian orang di meja tampak jengkel kecuali Ino yang tampak lega mendengar penuturan Sai yang sangat polos. Astaga!
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
FanfictionYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...