Kakashi masih bisa merasakan cakra gadis itu di sekitar apartemennya. Brengsek! Sampai kapan ia akan bodoh menunggunya? Apa ia akan memaksa dirinya menunggu seseorang bercinta? Ummm, itu terdengar konyol.
Kakashi nyaris tidak bisa berkonsentrasi membayangkan gadis itu berdiri di depan pintu apartemen. Dia seharusnya menyerah dan pergi. Ia akui bahwa gadis itu memang keras kepala menyaingi batu.
"Ya, Kakashi, aku mencintaimu."
"Hmmm."
"Arrgggh."
Kakashi bisa merasakan saat tangan halus Anko menjambak rambut peraknya. Dibiarkannya tangan kiri perempuan itu menelusup hingga melepas kancing kemejanya. Semua sangat mudah. Ini adalah gairah laki-laki dan perempuan dewasa. Tak ada yang salah. Beberapa kali Kakashi meyakinkan diri bahwa ini hanya sekadar permainan birahi. Tak ada cinta di sana selain mungkin Anko yang menginginkannya. Kakashi memejamkan mata saat bibir Anko mulai menyerang leher dan melepas paksa masker yang dipakainya.
"Kakashi, aku menginginkanmu!"
Kakashi tersentak dan menatap perempuan yang kini berbaring di bawah tubuhnya. Helaian merah muda terhampar jelas dengan sepasang bola mata emerald yang indah. Gadis itu nyaris polos sempurna. Dia merasakan gejolak dalam tubuhnya bereaksi layaknya laki-laki dewasa lainnya.
"Kakashi, aku mohon!"
Tanpa bisa dihentikan, naluri laki-lakinya mendominasi. Beberapa kali ia menjambak rambut merah muda itu sebelum mencium bibirnya yang merah. Ditariknya paksa tubuh sang gadis hingga ia mengerang kesakitan. Kakashi tidak akan berhenti. Ia tidak akan berhenti walau apa yang terjadi. Gadis itu ingin ia miliki sepenuhnya. Persetan dengan hubungan janggal sensei dan seito. Ia menginginkannya.
"Ya, Kakashi, ah!"
"Sakura..."
Sekejap tangan halus yang bergelung manja di lehernya menghilang. Tubuh di bawahnya menegang dan ia mendengar isakan tertahan.
"Kenapa kau menyebut namanya padahal aku bersamamu, Kakashi."
Deg!
Kakashi membuka mata dan bisa merasakan degup jantungnya berdetak lebih kencang. Tak mungkin. Bagaimana bisa ia tadi membayangkan sosok Sakura yang sedang bercumbu dengannya? Ia merasa bersalah sekaligus malu.
"Kau hanya salah dengar, Anko. Aku..."
"Aku mendengarnya dengan jelas, Kakashi. Kenapa kau mau menerimaku jika kau membayangkan tubuhnya yang kini berbaring di ranjangmu?"
"Anko, dengar! Aku hanya..."
"Cukup! Aku membencimu, Kakashi."
Kakashi membeku saat Anko segera menyambar pakaiannya yang berceceran di lantai dan memakainya secepat kilat. Saat tangan kanannya menyentuh knop pintu, Kakashi mendesah pelan.
"Maaf."
Klop sudah! Anko telah pergi dari apartemen dengan membawa sebuah rahasia besar jika ia menyebut nama itu ditengah pergumulan mereka. Dia merasa kesal pada dirinya sendiri dan juga Anko. Kenapa perempuan itu tidak bisa mengabaikan apa saja yang keluar dari mulut Kakashi? Kenapa Anko tidak melanjutkan acara mereka saja hingga ia bisa memastikan bahwa gadis itu berhenti mengharapkannya? Bagaimana jika Anko mengatakan pada orang-orang bahwa ia mencintai muridnya sendiri?
Sial! Umpat Kakashi kasar dan mulai menenggak isi botol sake di atas meja hingga tandas. Dia melemparkan botol itu asal saja hingga mengenai kaca lemari yang ada di apartemen. Dia sungguh berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
FanfictionYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...