Sakura tergesa-gesa keluar dari rumah sakit saat tiba-tiba Ino menyentil dahinya keras.
"Pig, apa yang—"
"Jidat, aku iri padamu. Lihat!"
Sakura merasa kepalanya diputar miring 45 derajat saat melihat sosok itu menangkupkan kedua tangan di dada. Menunggunya.
"Betapa menyenangkan bisa dijemput kekasih saat pulang kerja seperti itu. Duh, kapan Sai-kun akan mendapat cuti dari ANBU? Dia belum pernah menjemputku!"
Sakura mengabaikan perkataan Ino karena saat ini ia fokus menatap mata hitam laki-laki itu. Tidak biasanya ia mau menunggu atau setidaknya ia akan langsung menunggu di apartemen bukan di sini. Di halaman rumah sakit Konoha—tempat umum.
"Eh, hai, kau sibuk malam ini?"
"Ah, eh, tidak. Ada apa, Sasuke?"
"Mau keluar bersamaku?"
"Eh," sahut Sakura tak siap. Kilau emeraldnya menatap bola mata Sasuke tak percaya. Apakah ini ajakan kencan?
"Kencan?"
"Semacam itulah jika kau ingin aku menyebutnya kencan."
Sakura menghela napas. Begitulah Sasuke, tidak pernah bisa bersikap sedikit romantis. Sebenarnya ia ingin sendirian malam ini atau setidaknya bertemu dengan Kakashi untuk membicarakan hal penting. Hal yang berkaitan dengan pilihan yang akan ia tentukan. Tadinya ia merasa yakin tapi sejak bertemu Sasuke, dia merasa aneh. Apa ini memang keputusan yang tepat?
Kau harus segera memilih, Jidat!
Sakura tercenung dengan ucapan Ino kemarin. Jika ia memilih Sasuke, apakah ia akan bahagia? Jika ia memilih Kakashi, apakah Sasuke akan menerima? Lebih baik ia menjalani misi tingkat S dibanding harus memilih diantara dua pilihan orang yang sama-sama berarti di hidupnya. Sialan.
"Jemput aku jam tujuh."
***
Sasuke menggandeng tangan Sakura menuju ke kedai sake yang berada agak jauh dari pusat kota. Suasana yang sepi dan nyaman membuat Sakura menerima keputusan Sasuke untuk menghabiskan kencan mereka di sana.
"Kita tidak pergi berdua?" tanya Sakura saat melihat gerombolan shinobi yang ia kenal.
"Hai, Sakura-chan." Anko melambai pada Sakura yang dibalas anggukan gadis merah muda tersebut.
Genma, Iruka, Yamato, Shizune bahkan ada Sai dan Ino juga. Apa-apaan sih?
"Hai. Apakah sudah berkumpul semuanya?" tanya seseorang yang muncul mendadak dengan rambut sedikit acak-acakan tapi tetap ceria seperti biasa.
"Kau lama sekali, Naruto," ucap Iruka gemas.
"Maaf, aku harus melarikan diri dari para tua bangka itu. Aku lelah sekali menghadiri rapat para tetua yang mendesakku ingin menikah secepatnya."
"Apa?" teriak mereka semua bersamaan.
"Ada apa dengan kalian, hah? Aku juga ingin menikah tapi tidak jika dipaksa."
"Kenapa mereka menyuruhmu segera menikah padahal Hokage sebelumnya tak masalah meski tak menikah?" tanya Genma heran.
"Itu dia masalahnya. Sejak nenek Tsunade dan Kakashi-sensei enggan menikah, mereka ingin aku menikah secepatnya. Aneh betul!"
"Lalu, siapa yang akan dijodohkan denganmu, Naruto? Malang sekali nasib gadis itu," bisik Sakura mengejek.
"Kau!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
FanfictionYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...