Epilog
Sakura menarik tangan Kakashi menuju ke bawah pohon Momiji. Gadis itu melirik ke jurang curam yang membentang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Ngeri!
"Dulu, aku menuliskan pengharapan di pohon ini. Kurasa, aku harus mengambilnya kembali karena harapan itu tidak boleh terjadi."
Kakashi meringis. Diambilnya sesuatu dari saku celananya sebelum mata Sakura membelalak sempurna.
"Kau mencari ini?"
"Wow. Bagaimana kau bisa tahu?"
Kakashi tak menjawab melainkan menarik pena dari dalam jas tuksedonya dan mulai menulis sesuatu. Sakura mengintip apa yang tengah dilakukan sang suami pada kertas harapannya terdahulu.
Tulisan Hatake Kakashi dan Sakura Haruno yang diberi tanda X besar dan dibawahnya terdapat tulisan kecil ramping Broken Love itu membuat Sakura malu.
"Kurasa, aku tidak bisa menghilangkan tulisan yang telah kau beri tanda X ini karena terlalu besar. Aku hanya bisa menggabungkan nama kita agar bisa tertulis di kertas."
Sakura mengerjapkan mata beberapa kali melihat tulisan kecil KakaSaku sedangkan kata (un) disematkan di depan kata Broken Love.
"Oh, KakaSaku (Un)Broken Love," pekik Sakura girang.
"Cinta kita tidak akan pernah retak lagi," sahut Kakashi kalem.
"Boleh kuikatkan kembali?" tawar Sakura meminta kertas harapan itu.
Kakashi mengernyitkan dahi. "Kau memakai gaun, Sakura. Biar aku saja yang mengikatkannya."
Sakura menggeleng. "Tidak bisa. Harapan itu akan terkabul jika aku yang mengikatkannya. Aku pemilik kertas itu."
"Baiklah, terserah kau saja." Kakashi sangat tahu betapa kepala Sakura nyaris sama dengan batu.
Sakura menarik gaun putih yang menjuntai dan segera menaiki pohon Momiji sedangkan Kakashi mengawasi sang istri yang keras kepala tersebut. Berjaga-jaga jika Sakura mendadak tidak bisa menyeimbangkan berat tubuh, ia akan tangkas menangkapnya.
Kakashi tahu jika gadis itu pasti akan berhasil mengikatkan kertas harapan mereka berdua di ranting pohon warna-warni itu. Sesaat Sakura mengulum senyum lebar dan mulai turun dengan kaki kanan terlebih dahulu.
Krak!
Gaun panjang menjuntai yang ia pesankan sebulan lalu itu tersangkut ranting Momiji yang mencuat. Sukses mengekspos kaki jenjang nan mulus milik Sakura yang membuat mata Kakashi nyaris tak berkedip. Ia membasahi tenggorokannya sebelum ada yang berteriak di belakangnya.
"Wow. Indah sekali." Itu suara Konohamaru.
"Sakura, gaunmu!" Itu suara Ino.
"Dia memiliki kaki yang indah." Itu suara cempreng Naruto.
"Baka!" Itu suara dingin Sasuke.
"Hei, tutup mata kalian. Jika tidak, kalian akan MATI!!!"
Kakashi segera menarik tubuh Sakura dan mendekapnya erat. Meninggalkan mereka di sana dengan sekali loncatan cepat.
"Kita meninggalkan tamu, Kakashi," kata Sakura dalam dekapan sang Hatake.
"Hn. Aku tidak mungkin membiarkan semua orang memandangi kaki mulus istriku. Biarkan saja toh upacara pernikahan sudah selesai."
"Lalu, kita akan ke mana?"
"Kenapa masih bertanya?" Kakashi melirik kaki Sakura yang tak tertutup apa-apa.
Sakura merah padam sebelum memukul pundak suaminya keras. "Dasar mesum!"
***
Terima kasih untuk kalian semua yang telah bersedia membaca fic alay dari chapter awal sampai akhir yang sedikit kemanisan ini.*bungkuk-bungkuk* Semoga kalian tidak mengalami diabetes ya. Maaf jika ada typo, jokes yang garing dan apalah-apalah itu pokoknya.
Hug and Kiss
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
FanfictionYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...