Update kilat tanpa pengendapan. Entahlah, mungkin sedikit gaje, :D. Jika kalian suka, please review soalnya saya sedikit mati rasa sama fic ini. Hahahaha. Bingung mau dibawa ke mana si Hatake Kakashi ini, :p
Happy reading!
***
"Hei, Hatake-san, kenapa kau tidak ikut ke perayaan desa?"
Kakashi menoleh ke arah gadis berambut merah bata yang kini berdiri malu-malu setengah meter darinya. Pipi gadis itu merona yang nyaris sama dengan warna rambutnya.
"Eh, Utada-chan, aku tidak suka keramaian," bohong Kakashi.
"Ah, eh, aku juga, Hatake-san. Bolehkah aku duduk di sampingmu?" tanya gadis bernama Utada itu tanpa memandang Kakashi saking gugupnya.
"Eh, boleh."
Utada duduk si samping Kakashi yang sibuk membolak-balik buku bersampul orange. Padahal sebenarnya, Kakashi ingin sendiri saat ini. Tadi ia sibuk melamunkan seseorang yang memiliki rambut sedikit lebih muda dibanding Utada.
"Apa kau melamunkan sesuatu, Hatake-san?" tanya Utada perhatian.
"Hn."
Utada sudah mengenal Kakashi selama tiga bulan terakhir dan laki-laki itu masih bersikap sama padanya. Dingin, sedingin udara malam.
"Hatake-san," lirih Utada melihat Kakashi yang bergeming.
"Yo."
"Apa aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Utada penuh harap.
Kakashi mengerang pelan. Ia hapal gerak-gerik dan pertanyaan itu. Selama hidupnya, ia sudah sering menghadapi situasi seperti ini. Ia hanya perlu mencari alasan tepat agar Utada tak menangis.
"Eh, kudengar dari kakek Tazuna bahwa Hatake-san belum menikah. Maksudku, apa Hatake-san tidak errr...memiliki seseorang yang istimewa?"
Kakashi terdiam. Ia tidak yakin jika dirinya pantas memiliki gadis itu yang hatinya telah ia retakkan tiga bulan lalu.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"
"Eh, ah, aku...sebenarnya menyukaimu, Hatake-san."
Tepat! Gadis memang sangat mudah ditebak. Kakashi mengalihkan pandangan dari Utada yang gugup ke arah rembulan di atas sana. Pikirannya sedang ada di Konoha. Memikirkan gadis itu. Apa yang ia lakukan saat ini? Hmmm, apakah dia juga memandangi langit yang sama malam ini seperti dirinya?
"Hatake-san..."
Kakashi terperanjat. Ia menoleh ke arah Utada yang kini meremas kimono warna merah darah miliknya. Digenggamnya tangan Utada dan diacaknya lembut rambut gadis yang mungkin seumuran dengan Sakura itu.
"Utada-chan, aku sudah tua. Kau bisa mendapatkan laki-laki yang lebih muda. Lagi pula, aku tidak berminat dengan gadis."
Utada menekap mulut dan mulai memandangi Kakashi dari kepala sampai kaki. "Kau yaoi?"
Kakashi terkekeh. Ia biarkan Utada berspekulasi sendiri. "Hmmm, ayo pergi ke perayaan. Kurasa, Tazuna dan Inari sedang berpesta layaknya remaja saat ini."
Utada mengangguk. "Aku sebenarnya sedih, Hatake-san, tetapi lebih baik mengetahui jika kau yaoi daripada menyaksikan kau bersama gadis lain. Rasanya lebih sesak."
Kakashi tertawa. Apakah rasanya juga sesak mengetahui gadismu mungkin menikah dengan laki-laki lain?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
(Un)Broken Love
FanfictionYang pergi tidak akan kembali. Yang ditinggalkan mendapat pengganti. Tapi, cinta sejati akan selalu kembali ke tempat yang kita sebut rumah. Sebuah kisah tentang Sakura Haruno yang menyukai sang sensei, Kakashi Hatake namun tembok pembatas antara...