dursila

28 8 0
                                    

"Ael, jangan pergi," Minah menahan lengan dan menarik jas yang digunakan Aelvin—suaminya.

Aelvin menghempaskan tangan Minah. "Sudahlah Min, aku muak sama semua ini. Kamu dan keluarga kamu," ucapnya dengan suara satu oktaf lebih tinggi.

Ini mungkin adalah batas kesabaran Aelvin. Dia memang mencintai Minah, dulu. Namun bukannya semakin kuat cinta Aelvin semakin lama makin terkikis.

Bagaimana tidak urusan rumah tangganya, serba diatur oleh mertuanya. Kedudukan Aelvin sebagai kepala keluarga, seakan tak ada artinya.

"Lagian—," Aelvin melepas cincin kawan di jari manisnya, "—ada orang yang mau nerima aku apa adanya."

Aelvin menatap wanita bergaun merah, yang sedari tadi menunggunya di depan pintu. Mendengar ucapan dan melihat pandangan penuh cinta Aelvin kepada wanita yang Minah kenal bernama Widi.

Plakkk... Minah menampar orang yang paling dicintainya itu. "Kamu jahat Ael."

"Terserah apa kata kamu Min, jahat kek, dursila atau apalah. Pokoknya kita cerai."

"T–tapi...."

"Cut." Suara seseorang dibalik layar memotong ucapan Minah. "Minah, penghayatan kamu kurang, ulang."

End

###

Sinetron abis wkwk

Andieeeeer - Pinrang, 22 Desember 2016

#31dayswritingchallenge #day22#success

December writing challengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang