reliabel

64 15 10
                                    

"Aku pasti kembali. Jadi, tunggu aku." ucapmu kala itu.

Berbekal ucapanmu itu, aku terus menantimu kembali. Sebab aku tahu kau seseorang yang selalu menepati janji, kau reliabel, tak ada satu pun kebohongan yang kau ucapankan padaku, kau selalu mengucapkan kebenaran semenyakitkan apapun itu.

Satu jam.
Dua jam.
Tiga jam.
Sehari.
Seminggu.
Sebulan.
Setahun.
Sepuluh tahun.

Hingga kini tak terasa dua Peserta komit kan harus ngirim harian tahun telah berlalu. Aku masih tetap menanti. Tak sedikit nasihat, bahkan makian yang aku dapatkan akan penantianku ini.

Mereka mengataiku bodoh, menanti hal yang sia-sia. Kau bisa saja telah hidup bahagia di sana, dan di sini aku menanti tanpa ada kabar secuil pun. Atau bahkan kau telah meninggal.

Tapi lihatlah, kau berdiri di sana tersenyum padaku. Tidak seperti wajahku yang mulai mengeriput, wajahmu bahkan tidak berubah sedikit pun, masih sama seperti kali terakhir kita berjumpa, dua puluh tahun lalu.

"Aku kembali. Maaf membuatmu menunggu selama ini."

"Ayo kita ke tempat yang aku janjikan. Tempat di mana kita akan selalu bersama." ucapmu sambil menjulurkan tanganmu untuk aku raih.

Hal ini merupakan hal yang aku tunggu-tunggu seumur hidup. Segera aku sambut tangamu. Sesaat setelah telapak tangan kita bertemu, semua penantianku terasa terbayar.

Cahaya putih mulai melingkupi kita, namun sebelum semuanya tertutup aku sempat melihat elektrokardiograf yang terpasang di tubuhku membentuk garis lurus dan mengeluarkan suara lengkingan.

End

###

Gak tahu mau komen apa wkwk.

Sudahlah.

Andieeeeer - Pinrang, 9 Desember 2016

#31dayswritingchallenge #day9 #success

December writing challengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang