kafah

18 4 6
                                    

Sila menatap laki-laki yang tertidur lelap di sampingnya. Senyum langsung terukir di wajah ayunya, mendengar dengkur halus dari mulut prianya.

Tangan Sila, tak bisa diam, ia mengacak surai berwarna hitam pekat itu. Melihat dia tak terganggu,  Sila menggerakkan tangannya, hampir ke seluruh wajah yang masih betah berada dalam alam mimpi itu.

"Kafah," panggil Sila.

Seperti namanya, bagi Sila, Kafah begitu sempurna. Katakan saja Sila lebay, namun itulah yang dia rasakan.

Perjuangan mendapatkan Kafah tidaklah mudah, Sila harus menanti dengan ketidakpastian selama lima tahun. Sungguh bukan waktu yang singkat.

Sila hampir menyerah, saat tak ada tanda-tanda kehadiran Kafah di hidupnya. Belum lagi komentar miring yang selalu ditujukan kepadanya.

Untung saja Tuhan mewujudkan doa dan usahanya.

"Ma, Kafah belum bangun?" tanya seseorang yang muncul dari balik pintu kamar mandi, membuat Sila menghentikan lamunannya.

"Belum Mas."

Lelaki yang dinikahi Sila delapan tahun lalu itu, berjalan mendekat.

"Duh Kafah, anak Ayah yang ganteng bangun dong," ucapnya sambil mencium wajah, anak laki-laki berusia hampir tiga tahun yang masih terlelap di samping sang istri, Sila

End

###

Satu chapter sebelum tamat. Ya ampun gak nyangka 😂😂😂

Andieeeeer - Makassar, 30 Desember 2016

#31dayswritingchallenge #day30 #success

December writing challengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang