"Thank you' is the best prayer that anyone could say. I say that one a lot. Thank you expresses extreme gratitude, humility, understanding."
-Alice Walker-Miko masih menatap Freya yang sepertinya kaget dengan kedatangannnya, yang tiba-tiba muncul di sampingnya, dan di saat Freya tengah terfokus dengan gitar yang berada di pangkuannya.
"Ini minumnya," ucap Miko seraya mengulurkan tangannya yang sedang memegang minuman kemasan untuk di berikan kepada Freya.
Freya tersenyum. "Thanks ya." Freya mengambil minuman kemasan itu dari tangan Miko.
Selama beberapa detik mereka berdua larut dalam pikirannya sambil meminum minumannya masing-masing.
"Omong-omong, lo kayaknya cukup jago main gitarnya, ya?" tanya Miko setelah selesai minum.
Freya menghela napas. "As you can see... Ah, tapi nggak juga," jawabnya sambil menatap lurus kedepan.
"Apakah ini saatnya? Yah, cepat atau lambat semuanya juga akan terungkap," Freya berucap dalam hati.
"Tapi, lo belajar main gitar sejak kapan? Kalo gue boleh tahu, sih?" Miko bingung akhirnya bertanya seperti itu kepada Freya.
Freya kemudian menoleh menatap Miko yang berada di sampingnya. "Eum, sejak SMP," jawab Freya yang sepenuhnya berbohong.
Sebenarnya, gadis itu mulai berlatih bermain alat musik sejak ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Mungkin sekitar kelas 5 SD. Waktu itu, ia berlatih bersama kakak perempuannya. Tentunya, sebelum kakaknya itu meninggal dunia. Meninggalkan dirinya yang tak pernah mendapat perhatian lagi dari Papanya.
Papanya yang hanya memikirkan keuangan mereka berdua saja. Tanpa memikirkan keseharian mereka yang tanpa perhatian kedua orang tuanya. Mamanya telah meninggal, dan sejak saat itu Papanya lebih suka menghabiskan waktunya di kantor tempatnya bekerja. Di banding menghabiskan waktunya dengan kedua anaknya.
Miko menghela napas, berusaha mengalihkan pembicaraan ini. "Jadi, kita mau nyanyi lagu apa?" Miko mengangkat kedua alisnya bersemangat. Dan mencoba melupakan percakapannya tadi dengan Freya. Ia tidak tahu. Tapi, setelah ia menanyakan pertanyaan itu Freya jadi diam seketika dan melamun.
Freya menoleh menatap Miko. Lalu, Freya menempatkan lagi gitar milik Miko ke atas paha, agar nyaman ia memainkannya. Ia memetik gitar itu sesuai dengan nada lagu yang akan ia nyanyikan bersama Miko nanti. Lebih tepatnya, Freya memberikan clue untuk Miko agar bisa menebaknya.
Freya tersenyum menatap Miko. Tangannya masih bermain dengan senar-senar gitar itu.
Cowok itu tampak berpikir sejenak, tapi kemudian, Miko juga ikut tersenyum, yang menandakan ia tahu nada lagu yang sedang di mainkan Freya itu.
"Wow! Lo bisa mainin kunci gitar lagu itu?" Kagum akan kemampuan Freya. "It's so cool! Lo tahu? Bahkan, gue nggak bisa mainin kunci lagu itu. Susah mainin itu tahu nggak?" ucapnya tak percaya.
Freya menaikan sebelah alisnya. Namun kemudian, ia hanya tersenyum mendapati kekaguman Miko tersebut.
Sebenarnya lagu itu adalah lagu kesukaan Freya dan juga almarhumah kakaknya dulu. Namun, sejak kejadian yang menimpa kakaknya itu dan yang membuat kakak satu-satunya pergi meninggalkannya. Ia sudah tidak pernah lagi memainkan lagu itu. Ia trauma. Tetapi sekarang, ia akan berusaha membuang trauma itu. Freya sadar, dirinya tidak akan terus berlarut dengan trauma itu.
***
Freya sedang berjalan melewati koridor menuju ke kelasnya. Seperti biasa, ia berjalan tanpa menghiraukan tatapan-tatapan aneh dari semua warga sekolah yang sedang berada di koridor. Koridor itu sangat ramai, karena, ini sudah sangat siang. Yang artinya beberapa detik lagi, bel tanda masuk akan berbunyi.
![](https://img.wattpad.com/cover/85226775-288-k340229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker [COMPLETED]
Teen Fiction"Semua orang menjauh dari ku. Tak ada yang mau berteman denganku." [Aldara Freya Puspitaloka] "Aku ingin melihat senyumnya yang indah. Aku ingin melihatnya tertawa dan ceria lagi sepanjang hari." [Anatha Miko Sartorius] ---------- "Lo itu PEMBUNUH...