Sebagian menganggap kesunyian itu adalah sahabat sejati. Tapi, sesungguhnya kesunyian adalah bagian yang menuju ruang kematian. Gelap, pengap & tanpa udara kedamaian.
🍃
Freya sedang berada di halte. Menunggu bus datang untuk mengantarkannya di tempat yang akan menjadi tempat latihannya bersama Miko siang ini, yaitu taman. Sebenarnya, Miko tadi sudah mengajak Freya untuk pulang menggunakan mobil pribadinya dan mengajak gadis itu berlatih di rumah Miko. Sehingga Freya tak akan berdesak-desakkan dengan calon penumpang bus lainnya di halte. Tetapi, Freya menolaknya. Ia lebih memilih menaiki bus. Lagipula ia tidak mau berlatih di rumah Miko. Dirinya lebih memilih di taman saja.
Setelah itu, bus yang Freya tunggu dan yang akan mengantarkannya ke taman akhirnya datang. Ia masuk ke dalamnya. Dan seperti biasa gadis itu lebih memilih duduk di kursi penumpang paling belakang.
***
Miko sedang berjalan memasuki rumahnya. Tak ada orang, batinnya. Kemudian, ia berjalan menaiki tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua rumahnya itu.
Setelah memasuki kamar ia bergegas untuk mengganti seragam sekolahnya dengan pakaian yang lebih pantas. Yah, dengan celana jeans panjang berwarna hitam dan kaus berwarna putih polos berlengan pendek dan di luarnya di balut dengan kemeja lengan panjang berwarna biru muda, yang tidak ia kancingkan. Dan kemudian bagian lengannya ia lipat hingga ke siku. Simply.
"Kamu mau kemana? Biasanya pulang sekolah langsung tidur aja?" tanya perempuan yang sedang menyembulkan kepalanya begitu melihat pintu kamar adiknya terbuka lebar dan memperlihatkan adiknya yang telah rapi.
"Mau ngerjain tugas kelompok, Kak. Di taman." Kemudian Miko berjalan menuju meja belajarnya dan mengambil gitarnya di atas meja itu. Gitar berwarna hitam, hadiah dari papanya ketika ia duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar.
"Oh iya, Kak. Jepit rambut ini udah nggak kakak pakai, 'kan? Aku bawa, yah?" ujarnya sambil menunjukan jepit rambut berwarna pink muda itu. Yang ia ambil diam-diam dari kotak berwarna pink yang berada di kamar kakak perempuan satu-satunya itu.
Perempuan itu masuk ke dalam kamar adik laki-lakinya itu sambil menyipitkan mata dan menatap adiknya dengan tatapan curiga.
"Woah— bukan buat aku pakai, Kak. Aku masih normal, kok." Cowok itu sedikit sewot karena tatapan kakaknya yang sepertinya menganggap nya aneh karena mengambil jepit rambut itu. "But... for someone," ujar Miko sambil menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"Kamu ambil dari mana itu?" tanya kakaknya sambil berkacak pinggang. Namun dua detik kemudian, kakaknya itu mengerlingkan mata. "Kenalin ke kakak dong, Miko. Masa baru berangkat sekolah beberapa minggu, udah dapat gebetan aja? Gampang banget?" ujar kakak perempuan Miko dengan nada menggoda.
Miko terkekeh sambil menggaruk pangkal hidungnya. "I-iya nanti kapan-kapan, ya, Kak. Ya udah aku duluan, ya? Dia pasti udah nungguin aku di taman," ucapnya tanpa menjawab pertanyaan kakaknya yang menanyakan dari mana ia mendapatkan benda lama itu. Sekaligus ingin menyelesaikan percakapan itu.
"Hmm, ya. Hati-hati, okay!" sahut kakak Miko berpesan.
***
Freya berjalan menyusuri taman ini, masih dengan seragam lengkapnya, yang ia pakai sejak tadi pagi. Tempat ini belum begitu ramai sekarang. Mengingat, ini masih jam pulang sekolah. Kemungkinan taman ini akan ramai beberapa jam lagi yang akan datang.
Lalu, gadis itu memilih duduk di bawah salah satu pohon rindang yang berada di dalam kawasan taman itu. Bukan apa-apa, dirinya lebih memilih untuk berteduh di bawah pohon. Menurutnya ini lebih nyaman, di banding duduk di salah satu kursi taman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker [COMPLETED]
Novela Juvenil"Semua orang menjauh dari ku. Tak ada yang mau berteman denganku." [Aldara Freya Puspitaloka] "Aku ingin melihat senyumnya yang indah. Aku ingin melihatnya tertawa dan ceria lagi sepanjang hari." [Anatha Miko Sartorius] ---------- "Lo itu PEMBUNUH...