Biarlah semua berjalan apa adanya, berlalu dengan semestinya dan berakhir dengan seharusnya.
🍃Freya dan juga Miko masih setia berdiri sambil memandang bendera di atas. Kemudian, setelah beberapa menit Freya dan Miko berdiri di depan tiang bendera sambil hormat kepada bendera Merah Putih, ada dua orang siswa lagi yang telat dan mengharuskan mereka juga harus berdiri di depan tiang bendera. Mereka di hukum sama seperti Miko dan Freya.
"Miko dan Freya ke sini!" panggil bu Vira.
Mereka berdua pun menoleh kepada bu Vira dan berjalan ke arah beliau.
"Kenapa, Bu? Ada yang salah?" tanya Miko. Sedangkan, Freya hanya diam di sampingnya.
Bu Vira menggelengkan kepalanya. "Tidak. Kalian kembali saja ke kelas," ucap bu Vira sembari menyodorkan dua kertas berisi izin masuk ke kelas karena telat yang berisi nama, kelas dan disertai tanda tangan guru piket hari ini. Labil batin Miko.
Miko menyernyitkan keningnya. "Emang kenapa, Bu? Kok tiba-tiba?" Miko mengambil kertas itu.
Freya masih diam menunduk. Ia tak berminat ikut dalam percakapan itu. Gadis itu sedang menahan nyeri di perut bawah sebelah kanannya. Ia mencoba meredam rasa sakit itu dengan menggigit bibir bawahnya. Ia tak ingin mengeluarkan suara apapun.
"Ternyata yang telat tidak hanya kalian berdua dan dua orang itu. Masih banyak siswa yang masih di luar gerbang," ucap bu Vira sambil menunjuk ke arah gerbang.
Miko mengangguk paham. "Makasih ya, Bu." Setelah bu Vira pergi, cowok itu menoleh ke arah Freya yang menunduk. "Lo kenapa, Frey?"
Freya menengadahkan kepalanya menatap Miko yang lebih tinggi darinya. Lalu, gadis itu menggeleng. Ia mencoba tersenyum.
Miko pun langsung menggandeng tangan Freya dan mengajaknya duduk di kursi tempat mereka manaruh tas mereka tadi. "Beneran? Tapi, muka lo kok pucat?" tanya Miko memastikan.
Freya terkekeh. "Wajah gue emang asli kayak gini, Miko. Dari kemaren pertanyaan lo itu mulu 'kok muka lo pucat?' Itu terus."
Bukannya ikut tertawa karena merasa tersindir, Miko malah menatap Freya penuh selidik. "Nggak percaya gue," ucapnya.
Freya mendengus. Kemudian, ia menyampirkan tas punggungnya dan berjalan mendahului Miko tanpa berbicara apa-apa.
Miko menghela napas lalu mengikuti langkah Freya. Ia tak percaya tentang wajah Freya yang pucat itu asli, ia yakin itu karena Freya sedang sakit. Ia melihat sendiri, sedari tadi Freya sedang menahan sakit entah di bagian mana gadis itu sakit. Gadis itu terlihat menggigit bibir bawahnya sambil menunduk.
***
Miko sudah selesai menyalin tulisan dari whiteboard yang ada di dalam kelasnya. Ia sedang memasukan buku-bukunya ke dalam tas berwarna coklat miliknya. "Udah selesai belum?" tanya Miko kepada gadis di sampingnya yang masih sibuk menulis. Tapi di balas gelengan oleh Freya.
Miko terkekeh. "Ternyata enggak cuma jalan aja yang lelet, nulis juga," ucapnya mencoba mencairkan suasana.
Entah, sejak kapan Freya rajin menulis pelajaran dan juga mengerjakan pekerjaan rumah. Biasanya, ia tak akan peduli dengan semua hal tentang sekolah. Karena baginya sekolah itu tidak penting. Toh, tidak ada yang mau meliriknya, barang sedikitpun. Menurutnya semua orang di sekolah menganggapnya rendah. Bahkan menganggapnya psycopath atau bahkan gila.
Ya, sejak adanya Miko di dalam kehidupannya. Satu di antara beratus-ratus orang di sekolah ini yang menganggap Freya ada dan tidak memandang Freya rendah. Miko, seorang cowok berusia 16 tahun dengan bentuk fisik yang hampir sempurna. Seorang malaikat yang di kirim oleh tuhan untuk menjadi seorang teman. Menemani Freya di saat gadis itu sedang kesepian. Mencoba membuat gadis itu kembali seperti dulu, seorang gadis yang penuh warna di dalam kesehariannya.
Freya menghela napas, tak berniat menjawab ejekan Miko. Kemudian, ia menutup buku tulisnya dan memasukan semua bukunya yang ada di atas meja ke dalam tas berwarna biru milik Freya.
Miko memandang Freya. "Udah selesai sekarang?" tanyanya.
Freya mengangguk. Lalu, ia memakai tas punggungnya ke pundak.
Miko mengajak Freya untuk berlatih di rumah gadis itu. Dan hal itu sangat membuat Freya merasa was-was. Pasalnya, ia tidak pernah mengajak seseorang masuk ke dalam rumahnya. Ia tak tahu harus menolak Miko dengan cara apa. Freya hanya bisa pasrah. Ia tidak tahu ekspresi apa yang akan di tampilkan papanya nanti. Benar, papanya tidak akan melihat Miko. Tetapi, asisten rumahtangganya pasti akan memberitahukannya kepada papa.
***
Freya dan Miko sudah ada di dalam bus. Kendaraan yang akan mengantarkan mereka sampai di tempat tujuan. Seperti biasa, Freya menolak ajakkan Miko untuk mengendarai kendaraan pribadi milik cowok itu. Hal yang biasa bagi Freya, menaiki kendaraan umum seperti ini. Tetapi, hal yang tidak biasa bagi Miko. Ini adalah kedua kalinya cowok itu menaiki kendaraan umum, dan itu semua karena Freya. Karena, ia ingin mengetahui semua tentang Freya.
Seperti biasa pula, Freya duduk sambil menyenderkan kepalanya di kaca jendela bus, sambil memejamkan mata. Sedangkan, Miko duduk di samping Freya. Sesekali ia memandangi wajah Freya. Melihat wajahnya yang pucat. Terkadang terbesit di pikirannya ketika melihat wajah Freya yang pucat apakah dia vampire yang sedang menyamar menjadi manusia? Aneh memang Miko bisa berpikiran seperti itu.
Setelah beberapa menit kemudian, mereka berhenti di sebuah halte. Lalu, mereka berjalan memasuki sebuah perumahan. Yang Miko yakini, bahwa rumah Freya pasti berada di sekitar sini. Perumahan ini termasuk ke dalam perumah elite. Pasalnya banyak rumah-rumah besar nan mewah di kawasan perumahan ini.
Mereka berdua terus berjalan. Hingga mereka berhenti di depan sebuah rumah bertingkat dan cukup besar di antara rumah-rumah di sekitarnya. Rumah itu berpagar besi dan dindingnya berwarna putih gading. Ya, hanya itu yang bisa mereka lihat dari depan rumah yang masih tertutup pagar itu.
Freya menatap Miko sejenak. Kemudian, dengan ragu ia berjalan membuka pagar besi yang cukup besar itu.
Tak seperti dugaan Miko sebelumnya. Dulu ia kira, Freya bukan anak dari orangtua yang cukup berada. Beberapa detik yang lalu, ia mengira Freya sedang berpura-pura berhenti di depan rumah ini lalu menganggap ini adalah rumahnya. Ia kira gadis itu sedang berbohong kepadanya. Karena, dari wajah Freya yang sedikit ragu.
Setelah masuk, mereka berdua di sambut dengan sebuah taman yang tidak terlalu kecil yang berada di tengah-tengah halaman rumah, dengan tempat air mancur yang berukuran sedang, namun nyaman di pandang. Dan terdapat pula beberapa tanaman di sana, termasuk tanaman yang menurut Miko harganya cukup fantastis.
Lalu, Freya berjalan mendahului Miko. Gadis itu membuka pintu dan masuk kedalam rumah. Kemudian, Miko juga mengikuti Freya dan masuk ke dalam rumahnya. Sedari tadi mereka belum berbicara apa-apa. Ralat, Freya yang belum berbicara apapun. Gadis itu hanya mengangguk atau menggeleng saat menjawab pertanyaan Miko atau bahkan Freya hanya diam, tidak berminat menjawabnya.
Miko kembali menyapukan pandangannya ke segala penjuru rumah ini. Rumah ini terlalu besar dan mewah jika hanya di tinggali oleh tiga orang. Yaitu, Freya, papanya dan juga asisten rumahtangganya.
Miko memandang satu per satu pigura photo berukuran kecil dan sedang yang tersusun rapi di dalam sebuah rak yang terbuat dari kaca.
"Duduk, Miko." ajak Freya. []
***
a.n
Mac Harmon
as
Anatha Miko Sartorius
Keren kan ya Mac Harmon di jadiin Miko😍Oke itu aja, aku cuma mau ngasih tau kalo aku udh dpt cast Miko😘
Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker [COMPLETED]
Roman pour Adolescents"Semua orang menjauh dari ku. Tak ada yang mau berteman denganku." [Aldara Freya Puspitaloka] "Aku ingin melihat senyumnya yang indah. Aku ingin melihatnya tertawa dan ceria lagi sepanjang hari." [Anatha Miko Sartorius] ---------- "Lo itu PEMBUNUH...