SEPULUH :: Semesta

4.4K 229 7
                                    

Tuhan menciptakan semesta untuk bahagia manusia. Begitupun Dia, menciptakanmu untuk bahagiaku.
-IqbaalDR-


🍃

Freya dan Bastian masih saling tatap satu sama lain. Entah mengapa Bastian tidak mau mengatakan di mana ia dan anak-anak panti lainnya pindah.

"Ya, lo nggak perlu tau aja. Kan kemarin gue udah jelasin di surat itu." Bastian membuang muka.

Freya menyernyitkan keningnya. "Itu enggak jelas, Bas," tukasnya. Ya, memang di surat kemarin belum jelas, karena Bastian tidak menulis di mana ia dan anak-anak panti lainnya pindah.

Bastian kembali menatap Freya, ia menghela napas kemudian mencoba tersenyum ke arah Freya. "Sorry, tapi kayaknya lo harus masuk sekolah sekarang. Bentar lagi bel , kan?" ujarnya, mencoba mengalihkan pembicaraan. Agar Freya tidak kepo lagi.

Freya menunduk. "Tapi kalau kita nggak ketemu lagi gimana?" Ia menggenggam erat tali tas punggungnya.

Bastian tersenyum. Kemudian, tangannya tergerak untuk memegang dagu Freya agar ia tidak menunduk dan kembali menatapnya. "Gue janji. Kita pasti bakal ketemu lagi."

Cowok itu memeluk Freya. "Lo adalah satu-satunya sahabat gue, Frey. Kita pasti bakal ketemu lagi, gue janji."

Freya membalas pelukkan hangat dari Bastian. Kemudian, Bastian melepas pelukkan itu. Yang sebenarnya Freya enggan melepasnya. Bastian berbeda umur satu tahun dengannya, dan Freya sudah menganggap Bastian seperti saudaranya sendiri. Karena mereka berdua memang sama-sama tidak mempunyai orang tua yang sangat peduli dengan mereka masing-masing. Meskipun mereka sebebarnya mempunyai orang tua. Tetapi, orang tua mereka tidak pernah peduli akan keseharian mereka, kan?

Papa Freya yang sibuk mencari uang dari pagi buta hingga larut malam. Sedangkan, kedua orang tua Bastian telah bercerai dan meninggalkan Bastian seorang diri. Tanpa mengiriminya uang bahkan satu sen pun tidak pernah. Bastian harus berkerja sendiri agar mempunyai penghasilan. Meskipun, sekolahnya telah di bayari secara cuma-cuma oleh ibu panti yang merawat Bastian. Tetapi, ia ingin meneruskan sekolahnya, tidak hanya hingga SMA. Dan Ia tidak mungkin meneruskan kuliahnya dengan mengutamakan belas kasihan ibu panti. Bastian tidak mungkin membebani ibu panti dengan biaya kuliahnya kelak. Bagaimanapun juga, beliau juga harus membiayai kehidupan anak-anak panti lainnya.

"Ya udah gue masuk dulu. Tapi lo janji, kan?" ucap Freya memastikan. Walaupun dia tahu bahwa Bastian pasti akan menghindar darinya. Entah mengapa ia merasa begitu.

Bastian terkekeh. "Iya-iya, gue janji."

Freya menghela napas. Kemudian, ia melengkahkan kakinya lagi di atas trotoar yang menuju sekolahnya. Tinggal beberapa langkah lagi ia akan sampai di depan gerbang sekolahnya.

Sedangkan, Bastian terus menatap  Freya yang semakin menjauh dan akhirnya hilang saat gadis itu berbelok memasuki gerbang sekolahnya. Cowok bertubuh jangkung itu menghela napas. Kemudian, ia juga meneruskan jalannya yang sempat terhenti karena menabrak Freya tadi. Dalam hati ia berbicara gue nggak bisa janji, Frey.

***

Freya berjalan tenang saat 4 langkah lagi akan masuk gerbang. Tapi, ia telat. Bel telah berbunyi 5 menit yang lalu, dan gerbang telah di tutup oleh satpam sekolah. Ini gawat, sesiang-siangnya ia berangkat ke sekolah ia belum pernah telat. Kecuali jika dia sedang seperti kemarin, menjalani kegiatan rutinnya.

Trouble Maker [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang