Kita tidak akan pernah bahagia, jika kita masih sibuk mengurusi kekurangan orang lain.
🍃
Freya tengah berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Saat ia melewati siswa dan siswi yang berada di koridor itu. Banyak yang berbisik-bisik membicarakannya. Tentu saja, bergosip soal Freya yang katanya pembunuh atau psycopat itu. Tetapi meskipun hanya berbisik, Freya masih bisa mendengarnya. Dengan sangat jelas bahkan.
Meskipun gosip itu seharusnya berangsur-angsur menghilang. Tetapi faktanya tidak, karena misteri itu terus menjadi topik hangat untuk di bicarakan saat ini. Misteri itu tidak terpecahkan.
"Eh! Ada Trouble Maker lewat!" seru seorang siswi.
Freya meliriknya dengan ekor matanya sekilas. Lalu, ia kembali berjalan—setenang mungkin. Meskipun ia berjalannya dengan sangat pelan. Ia tak berniat menghindar juga tak berniat membalas. Mengabaikannya adalah cara satu-satunya untuk melupakan kejadian yang sungguh membuat hati Freya ngilu jika mengingatnya.
Freya tahu siapa siswi itu. Namun, Freya tidak mengenalnya. Hanya sekedar tahu. Yang ia tahu, nama siswi itu adalah Dini.
"Cih! Pura-pura tuli tuh!" seru Dini lagi. Sambil bersedikap dada. Teman Dini yang ada di sampingnya juga ikut menyeringai jahat. Dini adalah salah satu siswa yang berhasil membuat geng yang cukup terkenal di kalangan kakak maupun adik kelas.
Merasa di acuhkan oleh Freya. Dini berulah lagi. "Heh! Trouble Maker! Lo itu nggak pantes sekolah di sekolah elit kayak gini! Seharusnya orang tua lo sadar kalau seorang Psycopat kayak lo nggak seharusnya sekolah di sini!" ucapnya penuh penekanan di setiap kata yang Dini ucapkan. Darah Freya berdesir mendengar bully-an Dini. Kenapa harus kata-kata itu lagi?
"Oh, gue lupa kalau lo nggak punya orang tua! Karena orang tua lo udah lo bunuh semua kan?! Nggak cuma kakak lo doang yang lo bunuh?! Iya kan?!" lanjutnya lagi dengan suara keras juga menantang . Tentu, Freya mendengarnya dengan jelas dan Freya merasa tertantang.
Freya mengepalkan kedua tangannya. Tentu saja Freya tidak terima dengan apa yang telah di ucapkan oleh Dini. Sebenarnya telinga Freya sudah kebal dengan bully-an itu. Tetapi kali ini entah mengapa telinganya terasa panas mendengar tiap kata yang di ucapkan Dini. Ia tersinggung? entahlah.
Freya membalikan badannya. Menatap tajam setiap orang yang berada di sekitarnya. Lalu, ia berjalan ke arah Dini.
Setelah sampai tepat di depan Dini. Freya mendorong Dini ke belakang hinhga badan Dini menabrak tembok di belakangnya. Tidak hanya itu, Freya juga mencekik leher Dini. Namun, tidak benar-benar mencekiknya. Freya hanya geram dengannya. Ia berniat memberi Dini pelajaran. Terdengar konyol memang.
Sejujurnya Freya tidak akan berbuat seperti ini jika tidak ada yang mencari ulah duluan dengannya.
Deru napas Freya tidak beraturan. Akan tetapi ia berhasil menormalkan kembali napasnya. "Apa urusan lo sama gue. Gue nggak pernah nyari masalah sama lo. Tapi kenapa lo sama temen-temen lo selalu mencari masalah sama gue," ucapnya pelan, datar juga dingin. Hampir seperti berbisik. Namun sangat mengintimidasi. Jujur saja, Dini sedang mati-matian mengatur jantungnya yang berdetak sangat kencang karena kalimat Freya tadi.
Akan tetapi, Dini bisa menetralisir rasa takutnya itu. Ia tidak ambil diam. Dia melepaskan kasar cengkraman tangan Freya yang berada di lehernya. Dan Dini balik mendorong Freya secara kasar hingga terjatuh. Bokongnya kembali mencium lantai. "Karena lo nggak pantes sekolah di sini?! PEMBUNUH!" jawabnya sengit. Ia seperti tidak takut akan tatapan tajam milik Freya.
![](https://img.wattpad.com/cover/85226775-288-k340229.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Maker [COMPLETED]
Genç Kurgu"Semua orang menjauh dari ku. Tak ada yang mau berteman denganku." [Aldara Freya Puspitaloka] "Aku ingin melihat senyumnya yang indah. Aku ingin melihatnya tertawa dan ceria lagi sepanjang hari." [Anatha Miko Sartorius] ---------- "Lo itu PEMBUNUH...