SEMBILAN BELAS :: Get up!

4.3K 216 5
                                    

Sebenarnya, cinta itu tumbuh bukan jatuh. Tumbuh di antara dua raga yang selalu bersama. Selalu mengisi kekurangan satu sama lain dan saling membantu satu sama lain.





Miko dan Freya saling tatap. Kemudian Freya berkata, "Ah... nyanyi sekarang aja, yuk!" Ia mencoba mengalihkan pembicaraan ini.

Cowok itu mengangkat kedua bahunya. Kemudian tersenyum dan duduk di sebelah Freya yang tengah duduk di gazebo dekat Fika.

Freya berbisik di telinga Miko, untuk membisikkan lagu apa yang akan mereka bawa. Lalu cowok itu mengangguk paham. Ia memposisikan gitar dipangkuannya senyaman mungkin.

Kemudian, ia memulai petikan gitarnya.

🎵 Tak ada manusia yang terlahir sempurna...

Jangan kau sesali s'gala yang telah terjadi...

Kita pasti pernah dapatkan cobaan yang berat...

Seakan hidup ini tak ada artinya lagi...

Syukuri apa yang ada... hidup adalah anugrah... tetap jalani hidup ini. Melakukan yang terbaik.. 🎵

Hampir semua orang di taman rumah singgah itu memerhatikan Freya dan Miko. Mereka berkumpul, ikut bernyanyi dan membentuk setengah lingkaran di depan Freya dan Miko hingga lagu selesai. Tentu Freya senang. Setidaknya ia bisa membuat orang lain tertawa dan bahagia. Setelah itu mereka berphoto bersama-sama. Ada yang candid ada juga yang memang disengaja.

Setelah itu, Freya mendekati Fika dan berkata, "Fika udah seneng, kan? Sekarang Fika harus mau di kemo, ya."

Gadis kecil itu mengangguk. Kemudian kursi rodanya di dorong oleh suster menuju ruang kemo. Menyisakan mereka berdua --Miko dan Freya-- yang terjebak dalam kebisuan.

Tak ada yang mulai berbicara.

Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Hingga Miko berdehem, "Lo sering ke sini, ya?" Ia menoleh kepada Freya yang sedang melihat-lihat hasil jepretannya.

"Enggak juga, sih." Freya menghela napas. Seperti membaca pikiran Miko Freya berkata, "Dulu Fika itu anak jalanan. Gue sering lihat dia tiap pagi mungutin sampah sama ibunya. Terus kalo siang dia ngamen."

Miko masih menatap Freya.

"Ibunya itu udah tua dan sakit-sakitan. Sedangkan dia udah enggak punya rumah lagi. Fika sering ngeluh perutnya sakit ke gue. Jadi gue punya inisiatif buat bawa dia ke Rumah Sakit. Dan setelah di cek, ternyata di lambung Fika terdeteksi adanya kanker. Dokter itu bilang kalo ada Rumah Singgah untuk pasien kanker di daerah ini. Terus gue ke sini sama Fika."

Miko tak berkata apa-apa. Gadis di sampingnya ini memang benar-benar baik. Bahkan, Freya rela membagi waktunya untuk orang-orang yang membutuhkan bantuan. Seperti saat ini, ia membagi waktu untuk menyemangati anak-anak di Rumah Singgah ini. Walaupun sekadar nyanyian, tapi buktinya mereka semua senang.

Freya melanjutkan, "Enggak beberapa lama Fika di sini. Ibunya meninggal, jadi dia sebatang kara." Freya tertawa hambar. "Kasian, ya?"

"Lo baik banget ,sih, Frey?" Miko tersenyum tulus. "Apa alasan lo untuk berbuat kayak gini?"

Gadis itu menoleh menatap Miko yang juga masih menatapnya. "Karena gue berharap, gue bisa berbuat kebaikan di sisa hidup gue."

Miko berdehem, "Termasuk yang di Panti Asuhan itu?" Ia ragu-ragu untuk menanyakannya. Tetapi, akhirnya ia mengatakannya.

Trouble Maker [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang