LIMA BELAS :: Maybe Someday

4.3K 188 3
                                    

People don't get to choose who they fall in love with. They only get to choose who stay in love with.
-Colleh Hoover, Maybe someday-



Hari ini bukan hari minggu tapi hari ini adalah tanggal merah. Tanggal di mana surganya anak-anak sekolah. Tak ada lagi mengerjakan Pekerjaan Rumah. Hari di mana mereka bisa bersantai-santai ria di rumah tanpa takut terlambat ke sekolah, jalan-jalan ke luar bersama keluarga atau bahkan pacar.

Akan tetapi, hari ini di manfaatkan oleh Miko untuk ber-jogging ria dengan Sarah. Berhubung kuliah Sarah hari ini juga sedang libur. Maka pagi ini mereka memanfaatkannya untuk berjogging. Miko iseng-iseng mengajak Sarah untuk jogging di daerah perkomplekan rumah Freya. Yah, iseng-iseng, meskipun ia masih sangat mengantuk karena habis begadang. Mengingat juga Sarah yang sangat penasaran dengan wajah Freya. Mungkin saja Freya juga sedang jogging bersama Om Rudi.

Miko dan juga Sarah di antar oleh sopir pribadi mereka menggunakan mobil. Kemudian mereka turun, mobil itu pergi dan akan kembali beberapa jam lagi. Mereka mulai berlari-lari kecil menyusuri perkomplekan itu. Tempat itu cukup indah dengan di hiasi banyak tumbuhan di pinggiran jalan. Juga taman yang tampak sangat hijau dan asri. Mengingat di Jakarta 'kan jarang ada taman. Pengelola perumahan ini patut diacungi jempol.

Miko masih berlari meskipun ia ketinggalan jauh oleh Sarah. Kerena ia masih sangat mengantuk. Kemudian matanya tak sengaja menangkap dari jauh seseorang baru saja keluar dari rumahnya. Ia mengucek-ngucek matanya. Ia tak salah lihat, itu adalah Freya.

Ia segara berlari mengejar Freya.

"Freya!" ucapnya sambil mengatur napasnya yang ngos-ngosan karena berlari. "Lo mau kemana, sih? Rapih banget?" Miko menatap Freya dari bawah hingga atas.

Sedangkan Freya hanya bisa mematung mendapati Miko pagi buta begini sudah ada di kawasan perumahannya. Tapi, kemudian ia menyernyitkan keningnya. "Lo sendiri pagi-pagi gini kok ada di sini?"

Miko memutar kedua bola matanya, "Gue kan nanya? Bukannya di jawab, malah balik nanya." Kemudian terkekeh.

"Gue ada urusan. Kalo lo?" jawabnya.

Miko manggut-manggut. "Gue sih lagi jogging, sama kak Sarah juga, kok."

Freya menyernyitkan keningnya lagi. Ia menengok ke kanan dan ke kiri, kemudian ia melihat ke belakang Miko. Tapi ia tak melihat siapapun. "Mana?"

Kemudian, Miko menggeleng cepat. "Kakak gue ada di depan," ucapnya sambil menunjuk ke depan. Lalu, Freya mengikuti arah jari Miko. Tapi ia juga tak mendapati siapapun di sana.

"Enggak ada?"

Miko tertawa kemudian ia mencubit pipi Freya gemas. "Lo nyindir gue apa gimana? Gue udah ketinggalan jauh, tau nggak?"

Pipi Freya memerah karena cubitan Miko. Ia mengusap kedua pipinya. "Sakit tau nggak? Gue enggak nyindir lo kok?" Ia menggembungkan kedua pipinya.

Miko tertawa lagi kemudian ia mengacak pelan rambut Freya. "Lo cantik deh hari ini," ungkapnya.

Pipi Freya semakin merona mendengar ungkapan Miko barusan. Ia menunduk, mencoba menyembunyikan rona itu. Tapi gagal, buktinya Miko semakin tertawa keras di depannya.

"G-gue pergi dulu." ucapnya sambil berlalu pergi meninggalakan Miko. Ia malu.

Tapi, kemudian Miko mencekal pergelangan tangan Freya. "Tunggu dulu! Lo mau kemana sih, sebenarnya?"

"B-bukan urusan lo," ucapnya sedikit tergagap. Kemudian, Freya perlahan melepaskan tangan Miko yang menggenggam pergelangan tangannya. "Gue duluan."

Miko menyernyitkan dahinya. Membuat kedua alisnya yang lebat itu menyatu. Ia ingin mengikuti Freya. Tapi, bagaimana dengan Sarah. Sarah pasti akan marah jika Miko meninggalkannya secara tiba-tiba. Cewek kan sensitif.

***

Saat ini Freya sedang berada di salah satu Rumah Sakit swasta di Jakarta. Ia tengah berjalan melewati koridor yang dindingnya berwarna hijau tosca. Koridor ini cukup sepi, karena ini masih sangat pagi. Hanya beberapa suster yang mengenakan pakaian serba putihnya sedang berjalan di koridor itu. Juga beberapa orang yang merupakan salah satu keluarga pasien rawat inap di rumah sakit ini.

Sejak pagi-pagi tadi, Freya sudah siap dengan mengenakan baju yang rapih. Ia berencana menemui salah satu dokter di rumah sakit ini. Tentu saja untuk mengecek kesehatannya.

Kemudian, Freya menaiki lift untuk membawanya ke lantai empat. Di mana ruangan dokter itu berada. Ia sudah membuat janji dengan dokter itu, sehingga ia tidak perlu menunggu lama untuk bertemu dokter di sini. Setelah sampai, lift pun terbuka, Freya keluar dari lift itu dan berjalan menuju salah satu ruangan yang berada di ujung koridor ini.

Saat Freya berjalan dengan tenang. Ada seseorang yang menabraknya dari belakang. Ia pun menoleh, dan betapa kagetnya Freya saat mengetahui orang tersebut adalah Tia. Salah satu teman di kelasnya.  Atau mungkin bukan teman. Tia adalah orang yang cukup baik bagi Freya. Meskipun Tia mungkin tidak menganggapnya sebagai teman. Tapi, Tia tidak pernah ikut campur jika ia sedang di bully. Bahkan Tia terkadang membelanya jika ia sedang di bully. Jika Freya tidak dapat kelompok--sebelum ada Miko--pasti Tia yang mau menjadi teman kelompoknya.
Freya segera berdiri dan menunduk untuk menutupi wajahnya dengan rambut. Sedangkan Tia, ia sedang sibuk memunguti barang-barangnya yang terjatuh.

Tia berdiri. "Maaf, enggak sengaja," katanya di ikuti dengan dahinya yang berkerut. Tanda ia sedang berpikir. Tia manatap lamat-lamat cewek yang berada di depannya. Ia seperti, merasa familier dengan wajah Freya. Meskipun hanya terlihat sedikit karena tertutup rambut. "Lo?" Tia menunjuk Freya dengan jari telunjuknya, curiga.

Freya semakin menunduk. Gawat! Ia takut ketahuan. Ia tak ingin Tia tahu. Meskipun Freya tahu bahwa Tia tidak akan peduli dengannya. Tapi tetap saja ia takut. Freya menelan ludah. "M-maaf j-juga udah nabrak kamu." Ia sedikit tergagap.

Kemudian, Freya berjalan melewati Tia. Sedangkan Tia masih berusaha membuang pikirannya jauh-jauh. Lalu, Tia mulai berlari lagi. Ia tidak ingin terlambat. Cewek itu berusaha mengabaikan Freya.

Freya menghela napas lega. Karena Tia melewatinya dengan tanpa curiga. Dan sekarang Freya yang malah berbalik curiga dengan Tia. Pasalnya Freya melihat cewek itu masuk ke ruang yang pintunya bertuliskan 'Dr. Ali S. Sp.JP' . Untuk apa Tia masuk ke ruangan dokter yang khusus menangani penyakit jantung? Apa Tia sakit jantung?

Freya semakin ingin tahu. Tetapi, tidak mungkin juga ia bertanya dan masuk ke ruangan itu. Tia pasti akan mengetahui bahwa dia adalah Freya. Tidak! Freya tidak akan membuka rahasianya sendiri. Lagi pula gelar Sp.JP bukan hanya untuk  spesialis jantung namun juga untuk penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah kan?

Kemudian, Freya berusaha seperti Tia tadi. Mengabaikan pemikiran tentang Tia. Bisa saja Tia hanya membuat janji dengan dokter jantung untuk salah satu keluarganya. Bukan untuk Tia sendiri.

Lalu, Freya sampai di depan ruangan yang di depan pintunya bertuliskan 'Dr. Siska W. Sp.PD' lalu Freya membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. []

***

a.n

Kalo ada yg salah mohon kritikannya..

Sorry kalo absurd+gaje parah :(

Maybe tinggal beberapa part lagi cerita yang bikin eneg sekaligus mo muntah ini bakal kelar.

Akhir2 ini sy nggk mood krna lagi galau parah gegara rencana gatot semua_- mo ngumpulin duit kaga bisa2 gegara tugas sekolah saking bejibunnya_-

Maaf kalo akhirnya cerita ini ntar harus Sad Ending.

Bay!

R A N I.

Trouble Maker [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang