ENAM BELAS :: Ready

4.3K 188 6
                                    

"I never meant to start a war
You know I never wanna hurt you
Don't even know we're fighting for..."
--Butterfield- Jordin Sparks--


Freya duduk di depan dokter Siska, dokter spesialis yang menangani dirinya. Sudah sejak satu tahun yang lalu, Freya rutin datang ke rumah sakit ini. Untuk mengecek perkembangan kesehatannya.

Dokter Siska tersenyum ramah ke arah Freya saat cewek itu masuk. "Apa kabar? Udah siap?" tanyanya.

Freya tersenyum lalu mengangguk. "Baik dan aku udah siap, Dok."

Kemudian, dokter Siska menulis sesuatu di bukunya. Lalu, bangkit dari duduknya. "Ayo. Kamu ganti baju dulu." lalu dokter Siska keluar dan Freya mengikutinya dari belakang.

Sesaat kemudian Freya memasuki ruang ganti. Ia mengenakan baju khas rumah sakit tersebut. Baju mirip daster yang berwarna biru muda. Sedangkan dokter Siska mengambil kursi roda di ruang khusus, untuk Freya.

Mengapa Freya melakukan itu semua? Karena, gadis itu akan melakukan hemodialisis atau yang kerap di sebut dengan cuci darah. Freya melakukan cuci darah karena salah satu ginjalnya sudah tidak berfungsi lagi. Ia harus melakukan cuci darah secara rutin sebanyak 2 kali setiap minggunya, agar kesehatannya tidak menurun.

Karena itu pula, terkadang Freya datang siang ke sekolah, alasannya adalah dia harus melakukan hemodialisis. Semua orang juga tidak tahu hal itu, kecuali kepala sekolah. Freya harus memberi tahu kepala sekolah agar dia bisa cuci darah tanpa membolos sekolah. Dengan begitu ia akan tetap di absen hadir dan Papanya tidak akan tahu mengenai itu semua.

Kemudian, Freya duduk di kursi roda yang di dorong oleh dokter Siska. Dokter Siska adalah dokter spesialis organ dalam yang di khususkan menangani Freya. Dan betapa beruntungnya Freya mendapat dokter seperti dokter Siska ini. Ia sudah menganggap dokter Siska sebagai mamanya sendiri, karena dokter Siska begitu baik kepada Freya.

Setelah berjalan beberapa saat. Freya kembali di kejutkan dengan kedatangan Diva, teman sekelasnya. Freya melihat cowok itu sedang berjalan mendekati dirinya dan dokter Siska. Lalu, Freya kembali berusaha menyembunyikan wajahnya. Ia menunduk.

"Permisi, dok. Saya mau tanya, ruangannya dokter Fredi di mana, ya?" ucap Diva. Cowok itu sekarang berada tepat di depannya.

"Ruangan ke tiga dari ruangan dokter Ali," jelas dokter Siska kepada Diva.

Namun, Diva tak juga beranjak dari tempatnya. Cowok itu malah menatap lamat-lamat ke arah Freya. Sama seperti Tia yang mencurigai bahwa itu adalah Freya. Freya semakin menunduk. Ia takut akan ketahuan. Apalagi ketahuan oleh Diva. Bisa jadi hot topic di sekolah besok jika Diva sampai tahu.

Dokter Siska berdehem, "Maaf saya harus pergi."

Freya berucap syukur berkali-kali dalam hati. Sudah dua kali ia hampir ketahuan. Dan kali ini dokter Siska menyelamatkannya.

"Maaf. Sebelumnya terimakasih, Dok," ucap Diva. Lalu menyingkir dari depan Freya.

Dokter Siska melanjutkan langkahnya menuju ruang khusus untuk melakukan cuci darah.

Di dalam ruang itu terdapat beberapa seat alat untuk melakukan cuci darah.

Freya mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebelum kemudian dokter Siska berkata, "jangan takut. Semua akan baik-baik saja."

Yah, itu cukup untuk menenangkan ketegangannya. Sudah sering Freya melakukan cuci darah ini, tetapi ia masih sedikit takut. Dan entah sampai kapan ia akan berhenti melakukan ini.

Trouble Maker [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang