DUA PULUH SATU :: Sorry very much

3.9K 189 8
                                    

"Tuhan mengapa hati tak sejalan
Dengan sang nyali
Tuk katakan cinta
Kepada dia yang ku cinta"
--Hati vs Nyali - TRM--


Rudi masih mendekap tubuh putri satu-satunya itu. Satu-satunya aset terpenting dalam hidupnya. Harta yang tak pernah ternilai harganya meski dengan seribu berlian pun.

Ia mulai tak bisa menahan air matanya. Setetes air mata luruh dari mata itu.

Kemudian, perlahan ia merenggangkan pelukkan itu.

Rudi menghela napas. Menatap wajah putrinya yang pucat itu.

Jemarinya mengusap sisa air mata di pipi Freya perlahan.

"Papa... aku minta maaf... " lirih Freya.

Rudi mengangguk. Kemudian tersenyum. "Iya. Papa maafin," ucapnya. "Papa juga minta maaf. Papa yang salah, udah lupa kalau masih ada kalian di hidup papa."

Freya terdiam.

"Papa menyesal, Freya. Sekarang tinggal kamu yang papa punya di dunia ini. Enggak ada yang lain," lanjut Rudi. "Papa janji. Papa enggak akan kayak dulu lagi. Papa janji, Freya."

Putrinya itu mengangguk.

***

Malam itu adalah malamnya yang paling bahagia. Bagaimana tidak, hubungannya dengan papanya sekarang menjadi lebih baik. Sudah tiga hari sejak malam itu. Freya dan papanya lebih sering menghabiskan waktu bersama. Mereka juga lebih sering bertemu.

Dulu Rudi begitu sibuk. Ia berangkat ke kantor saat kedua putrinya masih tertidur. Jadi ia tidak sempat untuk sarapan bersama dengan putrinya.

Saat Rudi pulang. Pasti kedua ia dan kakaknya sudah terlelap. Jadi, di hari-hari itu mereka hampir tidak pernah bertemu.

Hingga, Rudi mendapat kabar. Bahwa salah satu putrinya meninggal. Lebih parahnya putrinya itu meninggal karena bunuh diri.

Saat itu semua orang menuduh Freya yang telah membunuh Nadia. Rudi di buat tidak bisa berpikir jernih. Pasalnya satupersatu orang ia sayangi pergi meninggalkannya.

Pertama, istrinya. Lalu, salah satu putrinya, Nadia. Saat itu ia shock . Ia tidak bisa membela Freya. Rudi jatuh sakit, dan itu membuatnya benar-benar tidak bisa membela Freya.

Freya yang kala itu masih duduk di bangku SMP menghadapi semuanya sendiri. Ia mulai di jauhi oleh teman-temannya. Hingga tak tersisa satupun.

Gadis itu pun menjadi pribadi yang introvert. Desas-desus yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pembunuh dan psycopat semakin menyebar.

Hingga ia benar-benar ingin menyakiti dirinya sendiri. Menjadi psycopat yang sesungguhnya. Tapi, tidak. Ia tidak ingin itu. Untungnya ia cepat-cepat sadar. Bahwa mempunyai penyakit kejiwaan seperti itu sangatlah mengerikan.

Ia mencoba menjadi pribadi yang baik di luar sekolah. Hingga Ia bertemu dengan Bastian. Di suatu toko buku. Cowok itu adalah orang pertama yang tidak menganggapnya aneh.

Pertemuan itu adalah pertemuan tidak sengaja. Saat itu Freya tidak sengaja menjatuhkan beberapa buku dari rak. Sehingga, hampir semua orang di toko buku itu memperhatikannya. Lalu, Bastian membantunya. Membantu menata buku yang berserakan di atas lantai.

Mereka banyak berbincang-bincang. Dan itu membuat Freya senang. Karena akhirnya ada juga orang yang mau berteman dengannya. Bastian merasa nyaman bercerita dengan Freya. Begitupun juga Freya, ia juga merasa nyaman bercerita dengan Bastian.

Mereka bercerita mengenai banyak hal. Lalu, Bastian mengajak Freya untuk ke panti, tempatnya tinggal. Tapi, Freya belum pernah mengajak Bastian untuk ke rumahnya.

Trouble Maker [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang