5. Kebohongan Siena

63.2K 4.3K 169
                                    

Aaron berjalan menuju kamarnya, namun sebelum ia masuk kedalam. Pria tampan itu membua pintu kamar Siena. Keadaan kamar Siena sedikit remang, karena hanya diterangi lampu tidur. Dengan langkah pelan Aaron masuk, melihat ranjang Siena dalam keadaan kosong.

Jendela kamarnya yang menuju balkon terlihat terbuka dengan gorden birunya yang tipis berkibar. Aaron mendekati pintu menuju balkon, dan melihat Siena sedang berdiri dibalkon sambil memandang pemandangan malam kota New York, dari lantai 9.

"Aku minta maaf," bisik Aaron dari belakang tubuh Siena. Pria itu mendekati Siena dan memeluk pinggangnya dari belakang.

Siena sendiri mengeratkan tangannya dipembatas balkon. Ia memejamkan matanya, menikmati udara malam yang dingin, dengan angin yang bertiup menerpa wajahnya.

"Kau marah padaku?" bisik Aaron lagi dengan suara beratnya.

Tangan besarnya merengkuh pinggang Siena, sedangkan wajahnya menyusup di bahu sempit gadis itu. Hidung mancungnya menciumi leher halus Siena yang baginya begitu wangi.

"Aku tidak marah. Hanya saja rasanya sakit Aaron. Kau tidak akan pernah bisa mengerti aku, bagaimana aku harus menahan perasaanku pada Kiara, karena membohonginya. Bagaimana aku harus melihat dirimu bermesraan dengan Kiara," balas Siena dengan suara berbisik. Matanya terbuka dan menatap kembali kota New York yang penuh gemerlap.

"Aku mengerti," balas Aaron seraya mencium leher Siena yang lembut.

Siena semakin mengeratkan tangannya, menahan godaan Aaron di lehernya. Ditambah tubuh besar dan tinggi Aaron memerangkap tubuhnya. Dengan hangat dan begitu jantan, seolah ia merasa sangat aman berada dalam dekapan pria tampan itu.

"Tidak, tidak. Kau tidak akan pernah mengerti," ujar Siena.

"Oke, aku memang tidak pernah mengerti dengan perasaan perempuan. Karena mereka sulit ditebak," balas Aaron dengan nada mengalah.

Siena melepaskan tangan Aaron diperuthya, ia berbalik dan mendorong tubuh Aaron menjauh. Dengan wajah yang masih belum menatap Aaron, Siena berjalan mendekati kursi dengan meja kayu. Tempat Siena bersantai jika memiliki waktu senggang.

Siena duduk sambil menaikan kedua kakinya ke kursi kemudian memeluk didadanya. Kepalanya bersandar disandaran kursi, dengan tatapan menerawang.

"Sebagai permintaan maafku, kau menginginkan apa? Aku akan memberikan apapun untukmu. Bahkan tas dan sepatu terbaru, limited edition."

"Berhenti memperlakukan aku sebagai pelacurmu, Aaron! Kau pikir semua wanita mau tunduk hanya karena uang? Tidak semua Aaron." Siena sedikit memekik dengan suara kesal. Gadis itu membuang kembali wajahnya agar tak menatap Aaron.

"Oke, oke. Aku menyerah, sayang." Aaron berbalik dan mengangkat kedua tangannya pertanda menyerah untuk mendebat Siena.

Aaron mendekati Siena, berlutut didepan gadis itu, tangannya terangkat untuk menyentuh pipi Siena yang semakin membulat. Dengan diam, gadis itu hanya membiarkan Aaron mengusap pipinya, padahal ia tahu Aaron tidak akan pernah menekuk lututnya untuk siapapun, bahkan mungkin termasuk Kiara.

Aaron bangun dan menarik tangan Siena agar berdiri. Setelah Siena berdiri, pria tampan itu gantian duduk, merengkuh tubuh Siena agar duduk dipangkuannya sambil mendekapnya.

Siena membiarkannya, ia menikmati setiap rengkuhan hangat Aaron. Dengan tangan-tangan kokohnya memeluknya, merengkuhnya dengan nyaman. Meski kadang perasaan tak nyaman menggelayutinya.

"Terkadang aku hanya ingin kau melihatku sebagai Siena, sekali saja. Bukan sebagai wanita simpananmu," bisik Siena sambil menyamankan duduknya didepan Aaron. Ia menekuk kakinya keatas, dengan Aaron yang ikut memeluk kakinya.

TEMPTATION / [END] (Tersedia di KUBACA & GOOGLE PLAY)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang