-18-

62 6 4
                                    

Wahyu melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Dan wahyu mulai duduk di sofa untuk melihat tv. Wahyu memang sudah pulang dari rumah sakit, walupun luka di kepalanya masih terasa.

Drrtt--
Ponsel Wahyu berdering.

Mama : Sayang, mama uda di bandara uda otw rumah.

"Alhamdulillah nyokap gue pulang juga"

Wahyu : Iya ma, Wahyu tunggu dengan senang hati.
send.

Tak lama Wahyu menunggu, Mama Papanya pun datang.

"Wahyu sayang" teriak Mama Wahyu dan langsung memeluk anak kesayangannya itu. "Mamakuu" balas Wahyu.

"Dek, kakak mana?" tanya papanya tiba-tiba. "Kakak ke kampus lah pa"

"Oh kirain anak itu ke luar kota lagi"

"Oiya sayang, mama mau ngomong sama kamu" Mamanya menarik tangan Wahyu untuk duduk di sofa.

"Ada apa ma?"

"Minggu depan kamu lanjutin sekolah di Amerika ya"

Wahyu membulatkan matanya sempurna. Perkataan mamanya membuat pikiran Wahyu kacau.

"Hah? Engga ma Wahyu gamau"

"Sayang, ayo lah. Papa kamu di pindah kesana, dan mama mau kamu ikut kesana biar mama bisa jagain kamu, kalo kakak kamu nanti si Adit sepupu kamu itu tinggal disini kan mereka sekampus, jadi mama ga masalah" Wahyu menekuk mukanya entah apa yang membuat Wahyu berat meninggalkan Indonesia. "Engga ma adek gamau"

Wahyu langsung berlari menuju kamarnya.

"Gue gabisa asal pindah gitu aja, banyak banget yang gabisa gue tinggal" Wahyu mengacak rambutnya frustasi. "Ara, gue gabisa ninggalin lo"

Wahyu meraih ponselnya. Dan mulai menghubungi Ara.

"Halo ra?"

"Halo yu, ada apaan?"

"Lo sibuk ga?"

"Gue santai kok, napa?"

"Jalan yuk?"

"Kemana?"

"Taman kota?"

"Boleh, oke gue siap-siap dulu"

"Oke,bye"

Wahyu menutup sambungan telfonnya. Dan langsung menuju garasi untuk menjemput Ara.

15menit---

"Araa?" Teriak Wahyu dari luar rumah Ara.

"Iya bentar" teriak seseorang dari dalam rumah Ara. Tak lama keluarlah seorang gadis cantik, pujaan hati Wahyu-- Ara.

"Uda siap? Yuk langsung aja" Ucap Ara. Wahyu sedari tadi hanya diam melihat Ara dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Oy onyet, buru" Ara memukul keras lengan Wahyu. "Aww- gilak itu tangan?"

"Bukan, ini besi" Wahyu terkikik. "Pantes deh sama emang"

"Apa lo bilang?" Ara melototkan matanya pada Wahyu. "Eng..engga ko ra apaan sih salah denger lo"

"Yaudah berangkat"

Di dalam mobil tidak ada salah satu dari mereka yang membuka pembicaraan. Hening-- hingga mereka sudah berada di tempat yg di tuju.

Mereka menuju bangku taman. Mereka menikmati pemandangan taman itu.

Wahyu menarik nafas panjang. Dan Wahyu mulai angkat bicara.
"Ara?" Ara mengarahkan pandangannya pada Wahyu. "Hm?"

"Ra, gu..gue mau ngomong"

"Ngomong apa? Ngomong aja yu"

Wahyu menggenggam tangan Ara. "Ra, minggu depan gue mau ke Amrik, gue bakal tinggal disana kurang lebih 2-3 tahun, nyokap gue maksa buat gue ikut kesana, gue berat banget ninggalin semuanya" Wahyu tertunduk. Menghela nafasnya.

"Wahyu, kenapa lo harus sedih? Mestinya lo seneng bisa lanjutin sekolah disana, lo bisa ketemu banyak temen disana" Wahyu menarik nafasnya. "Ra, gue gamau ninggalin sahabat-sahabat gue disini"

"Wahyu, sahabat lo gabakal ngelupain lo gitu aja, semua kisah yang pernah di buat bakal selalu di kenang"

"Iya lo bener ra, oiya gue mau ngungkapin semua perasaan gue ke lo ra sebelum gue ke Amrik" Wahyu menarik tangan Ara menuju pusat taman.

"Ra, sebenernya gue sayang sama lo, gue cinta ra sama lo, gue berat banget ke Amerika karna lo, gue gabisa ninggalin lo gitu aja" Ara terdiam. "Ra, would you be mine?"

Ara mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Air matanya tak bisa di tahan lagi. Air matanya keluar dengan derasnya. Bukan karna sedih, Ara terlalu bahagia hingga tidak bisa berkata-kata dan hanya air mata kebahagiaanlah yang menggambarkan semuanya.

Wahyu mengusap air mata Ara. "Ra, lo kok nangis?" Ara tersenyum. "Wahyu, lo ngerti? Ini bukan air mata kesedihan, ini air mata kebahagiaan yu"

Wahyu tersenyum lebar. "Wahyu, yes i will" Wahyu memeluk Ara erat.

"Ra, gue mau nanya sama lo?"

"Hm?"

"Gue bakal ninggalin lo dalam waktu yang gak sebentar, lo bisa mertahanin hubungan ini?" Ara tersenyum. "Selama kita berdua bisa gue yakin hubungan ini bakal bertahan tapi kalo cuma salah satu dari kita, gue ga yakin"

"Jadi kamu bisa kan?" Tanya Wahyu dengan wajah penuh penasaran, dan Ara mengangguk.

"Promise?" Wahyu mengeluarkan jari melingkingnya, Ara pun juga membalasnya dan mereka menyatukan kedua kelingkingnya itu sebagai saksi janji mereka. "Promise"

Alasan Wahyu menjadikan Ara sebagai pacarnya bukan untuk harapan palsu bagi Ara, tetapi Wahyu tidak ingin Ara menjadi milik orang lain selama Wahyu ada di negeri orang. Dan selama itu juga Ara tidak ingin Wahyu di miliki oleh wanita lain. Bunga-bunga yang ada di taman itu menjadi saksi bisu janji mereka berdua.

"Jangan nakal ya kamu, jangan sampe mutusin komunikasi, bakal kangen berat sama kamu" ucap Wahyu sambil melingkarkan tangannya di pundak Ara. "hm i promise, honey"

"Waktu kita tinggal seminggu setelah itu aku ke Amrik" Ara tersenyum. "Gapapa kali, ntar kalo uda lulus kan kamu balik ke Indo"

"Iya kalo balik, kalo kebawa sama cewe sana gimana?" Goda Wahyu. "Issh, dasar cowo genit" Ara mencubit lengan Wahyu. "Aw- atit baby"

Mereka bercanda gurau seakan dunia milik mereka berdua. Menghabiskan waktu mereka hanya ada mereka berdua menikmati semuanya, keadaan suasana bahkan menikmati waktu mereka.

---
831words.

author lelah, hampir keabisan ide. Omg doain ceritanya nyambung sampe akhir😂 takut banget gua. Yaudah lah ya jangan lupa vote and comment. jan jadi pembaca gelap😂 sedih gua. Budayakan tekan bintang karna itu membuat author lebih semangat😁

Maafkan late update yaa.. Late update ada alasannya kok, sampe chapter ini belom banyak respon jadi aku slow update banget😭 buat yang uda mau ngikutin walaupun jadi silent readers no problem gua terima kasih banget.

Kasih saran boleh kok malah seneng authornya👀😂 comment yaa berharap ada yg comment sama votenya yaa👀

Khusus dah, hari ini update 2part (17-18) 💕

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang