Chapter 23

10.6K 657 50
                                    

note: cara delavigne as Ashley on multimedia! btw anggep aja kalau yang di belakang cara itu ga ada orang ya hehe jadi cuman caranya doang. 

 

******

Duduk di bangku sambil menyeruput secangkir hot coffee. Sambil memandang ke luar, melihat keadaan bahwa sekarang cuacanya sedang tidak bersahabat, hujan. Orang orang berlalu lalang, malah ada beberapa yang memilih untuk berlari mencari tempat berteduh. Disinilah aku. Di sebuah kedai coffe sambil menyeruput secangkit coffee.

Disinilah aku, jika sedang banyak pikiran aku pasti aku ke kedai ini. Hanya untuk membereskan pikiran pikiran ku yang menumpuk di otakku. Semenjak perjodohan secara memaksa dengan Niall itu, sekarang aku jadi mempunyai banyak masalah. Contohnya saja, ketika aku berantem dengan Ally. Lalu saat aku bertemu lagi dengan mantan pacarku itu.

Everything has changed.

Aku menyerut coffee ku lagi, sambil melihat kearah luar jendela. Tapi tiba tiba pandanganku tertuju kepada taman yang sekarang sudah tidak ada orang lagi yang berjalan di sekitar sana. Karena hujan yang mengguyur tempat itu. Hanya ada beberapa orang yang berteduh di tempat tempat sekitar situ.

Tapi rasanya aku tidak asing dengan taman itu. sepertinya aku sudah sering ke taman itu. Tapi kapan nya aku juga lupa. Aku mulai mengingat ingat kejadian waktu aku berada di taman itu. Tapi hasilnya hanyalah aku pernah pergi ke tempat itu bersama seorang pria. Tapi di dalam pikiranku, sesosok pria itu tidak terlalu jelas bentuk wajahnya.

Entah apa yang ada di pikiranku, tapi hatiku ingin kalau aku ketaman itu. Walaupun sekarang sedang hujan tapi tidak terlalu deras hanya rintik rintik saja. Aku keluar dari kedai itu dan langsung membuka payung yang tadi aku sempat bawa sebelum kesini.

Seperti kata pepatah, siapkan payung sebelum hujan.

Setelah sampai di taman itu, hatiku menyuruhku untuk ke sebuah danau yang tidak terlalu jauh dari tempat ku berdiri sekarang. Lalu aku langkahkan kakiku kearah danau yang terdapat di tengah tengah taman itu.

Tapi tiba tiba saja pikiranku memutarkan memoriku bersama seseorang di depan danau ini. Tempatnya pun pas seperti tempat aku berdiri sekarang. Dipikiranku itu memutarkan seorang wanita yang sedang terlihat sangat senang, dan di bawahnya terdapat lelaki yang sedang berjongkok sambil memgang tangan si wanita.

“Would you be my girlfriend?”

Itu adalah pertanyaan yang di berikan oleh si lelaki kepada si wanita. Lalu si wanita itu menganggukan kepalanya, “Yes, I would” jawab si wanita sambil tersenyum malu.

Lalu aku ingat kalau ini adalah tempat dimana pertama kali aku di tembak oleh seorang yang aku cintai. Dia adalah Jack.

Lelaki yang selalu aku dambakan dulu, saat dia belum mengecewakanku. Dia yang dulu selalu aku pikirkan. Bukan dia yang sekarang. Dia yang selalu aku benci. Dia yang selalu mengacaukan semua hari hari ku.

Tapi entah kenapa, saat aku menyebutnya sebagai orang yang aku benci hati ku seperti ada yang janggal. Aku tahu aku sekarang sudah menyukai orang lain, Niall. Tapi rasanya aku hanya memberikan setengah hatiku saja kepadanya. 

Karena sebenarnya setengah hatiku yang lain, malah tertuju untuk Jack. because he’s my first love. Seperti orang bilang, kalau cinta pertama itu sangat sulit untuk di lupakan. Contohnya cintaku kepada Jack. Aku memang membencinya tapi aku juga mencintainya walaupun hanya setengah hati. Bukan seperti dulu.

Aku tahu aku adalah orang yang paling bodoh. Karena masih mencintai orang yang telah mencampakkan ku dulu. Tapi rasa cintaku kepadanya masih tidak berubah. Walaupun sekarang mengurang. Tapi untuk melupakannya ataupun membencinnya aku hanya 50% saja. selebihnya? Aku masih menyanyanginya.

Tak terasa air mataku terasa seperti mengalir si sekujur pipiku ini. Air mata yang aku selalu jaga. Air mata yang selalu aku tangisi hanya untuk dia. Kenapa aku menangis? Karena aku bingung. bingung dengan semua yang aku alami. Semuanya.

Aku bingung untuk memilih yang terbaik untuk ku. Aku bingung untuk memilih Jack atau Niall. Tapi dua dua nya mereka pernah menyakitiku. Malah aku sempat membenci mereka berdua. Tapi sejak kapan aku juga tidak tahu. Hati ku merasa kalau aku mulai mencintai mereka.

Aku bingung.

Jack or Niall.

“Ashley?”

Panggil seseorang  di belakangku yang langsung membuyarkan semua pikiranku. Dengan cepat aku menghapus air mataku dengan kasar. Lalu aku membalikkan badanku. Aku sangat terkejut mengetahui siapa yang memanggilku. Dan ternyata orang yang memanggilku adalah,

JACK.

Oh. Pucuk di cinta ulampun tiba. Baru saja aku memikirkannya dan sekarang aku bertemunya. Satu pertanyaan yang ada di otak ku sekarang, “Kenapa dia selalu ada di saat aku sedang membutuhkan seseorang?” Aku juga masih bingung kenapa dia selalu ada dimana saja. Memang dia tidak punya pekerjaan lain? Atau dia memang sengaja membututiku? Okay Ashley. Sepertinya apa yang kau pikirkan itu sama sekali tidak penting.

“Jack?” tanyaku masih tidak bisa percaya. Dia mendekat ke arahku. Dia hanya memakai jaket untuk melindungi dirinya. Dia tersenyum kearahku, “Kau sedang apa disini?” tanyany kepadaku.

“Entah. Sedang jalan jalan biasa saja,” Dia hanya menganggukkan kepalanya seraya mengerti apa yang aku maksudkan. “Bagaimana dengan mu?” Lanjutku.

Dia menggesekkan kedua tangannya itu lalu dia taru di kantong jaket miliknya, “Sama sepertimu.” Jawabnya singkat. Aku tahu pasti dia mulai kedinginan. Lagian siapa suruh hanya mengenakan jaket disaat hujan seperti ini. Apalagi di London ini udaranya cukup dingin.

“Lebih baik kita berbicaranya jangan di sini, bagaimana kalau kita ke situ saja.” kataku sambil menunjuk ke arah tempat yang bisa dibuat untuk berteduh. Lalu ia hanya mengangguk saja. dan pergi duluan di depanku. Dan aku mengikutinya dari belakang.

“How are you?” tanyanya saat kita sudah sampai, tanpa melihat kearahku. Aku menaruh payung yang tadi aku pakai kesampingku. Aku melihatnya sebentar, “Fine. How about you?” dia melihat ku sambil tersenyum, “Never better.” Aku hanya mengangguk.

“Boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Jack tiba tiba. Pertanyaan itu mampu membuat hatiku berdegup lebih kencang dari biasanya. Seperti ada firasat buruk yang akan terjadi. Aku takut dia menanyakan hal hal yang tidak ingin aku bicarakan atau semacamnya.

“Hmm.. yeah? Kenapa?” tanyaku penasaran. Aku berharap dia tidak menanyakan hal yang sedang ada di pikiranku sekarang.

“....”

******

HELLO!! Maaf ya semua, kalau nge post part yang ini lamanya minta ampun. Makasih yang udah mau nunggu ya. Soalnya aku kan cuman bisa post cerita jumat sampai minggu doang. Selebihnya paling kalau lagi libur dong. Jadi mohon di mengerti.

Btw sorry kalau part yang ini itu cacad, alay, abal and anything. Soalnya gue sebenernya udah bikin tadi tapi cuman dikit terus abis itu laptopnya mati grgr masjid depan rumah gue:( duhh bete banget! Jadinya gue bikin ulang lagi deh. Jadi maaf kalo jelek ya:(

LEAVE YOUR VOMMENTS AND SILENT READER ISNT COOL, BRO ;)

Arranged Marriage // n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang