Chapter 24

10K 677 60
                                    

******

“Boleh aku bertanya sesuatu?” tanya Jack tiba tiba. Pertanyaan itu mampu membuat hatiku berdegup lebih kencang dari biasanya. Seperti ada firasat buruk yang akan terjadi. Aku takut dia menanyakan hal hal yang tidak ingin aku bicarakan atau semacamnya.

“Hmm.. yeah? Kenapa?” tanyaku penasaran. Aku berharap dia tidak menanyakan hal yang sedang ada di pikiranku sekarang.

“Kenapa kau tadi menangis?”

 

DEG.

Bagaimana aku harus menjawab pertanyaan ini? Apa aku harus berkata jujur kalau sebenarnya aku sedang menangisi dia? Apa aku harus bilang kalau aku masih sayang dengannya? Apa aku harus bilang kalau aku merindukan dia? Oh never.

Tidak mungkin aku memberikan jawaban itu semua. Aku bisa mati kalau aku bilang jika aku menangisinya. Oh never, never, never.

Lalu aku harus menjawab apa? Apa aku harus berbohong? Tapi berbohong tentang apa? Pikiranku sedang tidak bisa di ajak untuk bekerja sama sekarang. God help me! please.

Aku menggigit bibir bawahku, “Hmm.. Tadi aku.. Tadi—“

Kring Kring Kring

Iphone ku berbunyi. Yes! Thank you, god. Aku melihat siapa yang menelepon, ternyata dia orang yang aku tunggu dari tadi. Niall. Untung dia meneleponku.

“Hal—“ baru saja aku ingin say hello, tapi Niall sudah memotongnya.

“—ASHLEY! DIMANA KAU?! AKU MENCARIMU SEDARI TADI! KAU TAK TAU KALAU DI RUMAH INI SANGAT SEPI? OH AKU SEDANG BORING SEKARANG,” teriaknya di telepon, aku langsung menjauhkan Iphone ku beberapa meter. Karena asal kalian tahu, suaranya itu seperti nenek nenek yang sedang marah besar. Mungkin lebih parah.

“Hey! Bisakah kau pelankan suaramu itu? saat mengganggu telingaku, kau tahu itu—“ Niall memotong ucapan ku lagi, “—I don’t care! Aku tanya kau dimana sekarang? bisakah kau pulang sekarang—“

Aku memotong, “Aku sedang di taman, memangnya kenap—“ Lagi dan lagi Niall memotong omonganku, “—Hey! Beraninya kau memotong omonganku?! Sekarang cepat pulang!” lagi lagi aku menjauhkan Iphone ku dari telingaku. Entah sejak kapan suara Niall ini berubah menjadi nenek nenek. Ugh.

Aku memutar bola mataku, “Iya! Iya! Sebentar lagi aku pulang. Bye.” Dengan cepat aku langsung memutuskan sambungan teleponku. Aku tidak mau mendengar suara Niall yang sangat cerewet itu. Karena itu hanya membuang buang waktuku.

“Pasti Niall ya?”

Tanya Jack menerawang, secara tiba tiba. Aku mendongakkan kepalaku dan mengangguk pelan. “Kenapa? Kau disuruh pulang?” tanyanya lagi. Aku sedikit terkejut, kenapa? Karena dia seperti paranormal yang bisa menerawang.

Aku menaikkan alisku, “Bagaimana kau tahu?” tanyaku.

“Kan tadi kau bilang ‘Iya! Iya! Sebentar lagi aku pulang. Bye.’ Dan kau langsung menutupnya. Bukan begitu?” ledeknya. Dan sambil menirukan suara ku pada saat aku bilang ‘Iya! Iya! Sebentar lagi aku pulang. Bye.’ Dan di saat itu juga aku tertawa. Tertawa sangat bahagia. Wait—sepertinya aku tidak pernah tertawa seperti ini saat aku bersama dengan Niall. Tapi bagaimana bisa?

Oh apa aku jatuh cinta lagi dengan Jack? Tapi apa mungkin? Sudah Ashley! Lupakan semuanya. Mending aku pulang saja, dari pada aku di ceramahin oleh nenek nenek itu-A.K.A Niall-

“Jack,” panggilku.

Jack melihat kearahku, “Kenapa?” tanyanya.

“Hmm.. Aku mau balik sekarang. Kau tidak apa apa aku tinggal sendirian?” tanyaku balik. Dia tersenyum, “tidak apa apa. Hmm.. Apa perlu aku mengantar mu?”

Aku tersenyum, “Tidak usah. Aku bisa naik taksi saja. Kalau begitu, see you next time.” Ujarku sambil mengambil payung ku dan berjalan di tengah tengah hujan yang cukup deras ini. Aku masih tidak percaya dengan apa yang aku bilang tadi.

‘see you next time’

Berarti aku akan bertemu dengannya lagi? Oh bagaimana bisa? padahal aku ingin melupakannya. Ashley kau tidak boleh jatuh cinta dengannya lagi. Dia telang menghianatimu. Dan kau tidak akan berhubungan lagi dengannya.

******

“Okay, Disini saja, Makasih.”

Ucapku sambil tersenyum dan turun dari taksi. Aku langsung berlari ke arah pintu rumah. Dan dengan cepat membuka pintunya. Tidak ada Niall. Bagus lah.

Saat aku ingin melewati ruang tamu. Aku melihat seseorang lelaki berambut blonde. Sedang duduk memandang televisi yang tidak menyala. Seperti sedang melamun—lebih tepatnya menunggu seseorang. Aku.

Aku mulai mendekatinya, dan berusaha untuk tidak menimbulkan bunyi. Saat aku ingin menepok pundaknya,

“Kau dari mana saja?” tanya Niall tenang. Aku hanya cemberut dan duduk di samping Niall. Sambil melipatkan kedua tanganku didada.

“Ash, aku bertanya kepadamu. Kau dari mana?” tanyanya kini sambil melihat kearahku.

“Dari kedai coffee. Memangnya kenapa sih?” tanyaku masih tetap memajukan bibir bawahku. Aku sebal karena tidak bisa mengejutkan Niall. Padahal aku ingin sekali. Tiba tiba aku baru ingat. Bukannya tadi dia masih sakit? Tapi kenapa dia malah duduk di sofa ini.

Aku melihat kearah Niall, “Bukannya kau sakit? Tapi kenapa kau disini?” tanyaku lagi. Niall menyengir seperti kuda, “Aku bosan di kamar itu,” ujarnya sambil memanyunkan bibir bawahnya. Seperti menirukan anak kecil yang sedang mengambek. Typical Niall.

“ugh, dasar kau.”gumamku. “Ohiya, kenapa kau menyuruhku untuk pulang?” tanyaku.

Niall merapihkan duduknya, “Aku bosan. Bagaimana kalau kita jalan saja?” ide yang bagus. Padahal tadi aku juga sedang ingin jalan. Tapi sempat tidak jadi karena aku tidak mempunyai teman untuk ku ajak jalan.

Aku mengangguk, “Setuju! Sekarang?” Niall mengangguk dan langsung mengambil tanganku. Lalu berjalan keluar rumah. Niall mengajakku untuk masuk ke mobil range rovernya.

******

Hiii!! Sorry kalau chap yang ini abal, alay, boring dan ga banget. Tapi yang pasti cuman mau bilang. Walaupun ini abal, boleh kali di vote sama di comment ya. Bikinnya ga seenak nge baca loh:) baca gampang ga sampe 10 menit juga jadi. Tapi kalau yang nge bikin? bisa berjam jam atau bahkan berhari hari:) Makasih xoxo

SILENT READER ISNT COOL, GUYS!

Arranged Marriage // n.hTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang