Return Match

1.7K 154 39
                                        

"Tolong susun semua schedule dari awal, bukankah semua sudah saya katakan sebelumnya, mengapa untuk mengurus hal seperti ini saja tidak bisa? Sudah tidak berminat untuk kerja? Saya sudah tiba di hotel dan kamu baru memberitahu saya sekarang?!"

Aku sedikit menekan suara karena lobby hotel saat ini cukup ramai, tidak ada hal yang lebih menjengkelkan selain memiliki sekertaris yang tidak bisa diandalkan bahkan disaat-saat buruk seperti ini. Aku kemudian menumpukan tubuh pada sofa, memijat kening sambil mendengar seorang perempuan di seberang telepon mengatakan 'maaf' berulang kali sambil berjanji akan memperbaiki kesalahannya.

"Saya minta laporannya sepuluh menit dari sekarang. Atau kamu saya pecat hari ini juga," Ancamku yang kemudian nutup sambungan.

Sejenak, aku melirik pada seorang perempuan yang duduk tepat dihadapanku karena merasa diperhatikan sejak aku mendaratkan bokongku di tempat ini. Hanya beberapa detik, sebelum aku membuang pandangan dan kembali fokus pada layar ponsel, menunggu kabar dari sekertaris tidak becusku ini.



Aku yakin aku hanya berhalusinasi akibat tidak tidur semalaman untuk menyusun presentasi yang 'seharusnya' akan aku bawakan hari ini.


"Aaaaahhhhh! Pak Devian! Sudah lama tiba? Mari-mari kami ajak anda untuk berkeliling sambil menunggu pak Hartanto datang." Dan aku lupa memberitahu satu hal lagi, aku muak dengan para penjilat hati manusia seperti mereka ini. Poor you!



*****


'Hari ini saya sudah re-schedule pertemuan bapak dengan beberapa pemegang saham jam tiga sore nanti di café latté, saya juga sudah meminta supir kantor untuk menjemput bapak di lobby hotel. Nanti malam jam tujuh ada kunjungan acara dengan pak Hartanto.'


Bip.


Masih kesal rasanya meski hanya mendengar dari suara saja. setelah selesai membacakan agendaku hari ini, aku langsung memutus sambungan telepon kemudian melemparkan ponsel itu ke atas tempat tidur. Satu tanganku merogoh saku celana kemudian mengeluarkan dompetku dari sana, jika saja benar... perempuan yang kutemui tadi adalah perempuan yang sama dengan foto yang ada dalam dompetku, pempuan yang kenangannya bahkan masih dapat menorehkan luka serius di dalam hati.


Devian, laki-laki sepertimu bahkan tidak pantas bercerita tentang patah hati. Terlalu menjijikan untuk di dengar oleh orang luaran sana.


Senyum kecut kulemparkan pada sebuah foto yang terlipat, bahkan keberadaannya sengaja kuhalangi dengan kartu-kartu nama, foto sepasang kekasih yang terlihat bahagia terpotret pada sebuah bangku taman, si perempuan yang terlihat manja dibalik seragam SMA-nya sedang merebahkan kepala pada pundak laki-laki yang tak mau menatap pada kamera, terlihat acuh meski wajah itu tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya dengan kebohongan, saat itu, saat hari dimana aku baru saja resmi menjadi seseorang yang bertanggung jawab menjaga hati, harkat dan martabatnya sebagai wanita. Dia yang kemudian kusebut sebagai kekasihku.




'Kamu selalu sibuk sama temen-temen kamu, aku sibuk sama organisasi aku. Sadar Kinal, kita nggak punya waktu buat sama-sama, kita sibuk sama kehidupan kita masing-masing. Apa masih harus dilanjut?'

ONE SHOOT!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang