*Unknown POV*
Ada hal konyol yang hingga detik ini aku sepakati bersamanya. Dan seiring berjalannya waktu, kehidupan memang tak bisa menepis bahwa akan selalu ada perubahan fisik hingga perubahan sikap yang cukup signifikan.
Pada seseorang yang kini tengah melangkahkan kedua kakinya, derap sneakers yang membentur lantai secara terburu-buru, kedua pipi yang mengembang dibalik sebuah masker hijau yang menutupi bibir tipis juga hidungnya, ia melambaikan satu tangannya ke udara sebagai tanda sapaan sore ini. Hanya seperti itu, dan aku tidak cukup bisa menyembunyikan jika saat ini aku sedang terpukau.
"Udah lama?" Sedikit ia miringkan kepalanya ke arah kiri lalu ke kanan hingga rambut yang ia ikat bergerak-gerak, membuat suasana menjadi tidak terlalu kaku sambil membuka masker hijau yang sedari tadi menutupi bibir indahnya itu.
"Lama, lama banget, kayak nunggu open gate jam tujuh malem tapi dateng dari jam satu siang." Kini kudengar tawa renyahnya mengudara, menyisipkan lengannya pada lenganku kemudian menarik tubuh ini menuju sebuah pintu masuk sebuah mall.
"Sorry, tadi mama minta aku anterin dulu ke butik langganan, dia bilang bakalan ada acara keluarga besar gitu minggu depan, jadi harus siapin baju dari jauh-jauh hari." Aku mulai mendengarkan rentetan kalimat yang keluar dari mulutnya, hanya membulatkan bibir tanpa bersuara, mengangguk-angguk dibalik topi hitam yang aku gunakan.
"Ve..."
"Hm?"
"Kamu ganti parfum?"
"Oh, iyaaa... ini dari fans, kemarin ada yang gift, pas aku coba ternyata wanginya enak juga. Dari pada nggak di pake kan sayang."
"Sayangan mana sama gue?" Aku mendelik, bertanya seolah memancing, tersenyum penuh harap jika ia bisa memberikan jawaban yang setidaknya membuat hatiku melompat-lompat di dalam sana. Namun naas, bukan buaian yang kudapat, tangannya malah mendorong kepalaku sedikit kuat kemudian mendesis dengan gemas.
"Ish, nggak sadar ini di depan umum? Sekali lagi aku denger kamu ngomong gitu, aku tinggal loh, ya!"
Memang sudah bukan rahasia umum mengenai kedekatanku dan Veranda tengah dipandang oleh mereka yang merupakan kalangan fans maupun hampir seluruh member. Selama masih wajar dan tidak keterlaluan, Veranda seolah bersikap acuh dan tidak terlalu mementingkan banyaknya ocehan di luaran.
Dan hal konyol yang bisa aku jabarkan saat ini adalah.... Ya, benar, mengenai kedekatanku dengan Veranda, mengenai statusku atau berita-berita yang kudengar di luaran, aku memang memiliki hubungan special dengannya. Sebagai sahabat, tentu saja, lalu? Kalian tidak percaya?
Baik, aku tidak akan mengakui, rasanya terlalu mudah jika aku jabarkan saat ini. Let it flow, biarkan lidah ini berlaga menyusun rangkaian kata yang sudah ku susun dengan apik dalam memori. Mengenai cerita... sampai mana tadi aku bercerita?
Oke, kita lanjutkan.
"Aku kan udah bilang, Kinal... aku nggak suka kalo kamu bahas-bahas gituan di depan umum. Ngeri kalo ada fans yang nggak sengaja denger terus malah jadi panjang urusannya." Kini aku memutar-mutar sedotan pada minuman yang baru saja datang sambil memalingkan pandangan dari kedua bola mata indahnya, bak gundu seharga seribu mendapat tiga buah.
Sudah berpuluh-puluh kali Veranda membahasnya, seakan tetap siaga dengan tingkah laku diriku yang terlalu sembrono, berulang kali melakukan kesalahan dan dia akan memaafkannya. Lalu keesokan harinya sama-sama saling merasa jika kemarin tidak pernah terlibat dalam perdebatan apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
ONE SHOOT!
Fiksi PenggemarKumpulan oneshoot.... Silahkan dibaca jika berkenan ^^