lima

6.7K 625 62
                                    

Seperti hari biasanya, Alice disibukkan dengan pekerjaannya yang seakan tak ada habisnya. Hari ini pun, dia sedang menghabiskan seluruh waktunya diseluruh tempat kerjanya.

Tak kenal rasa lelah, Alice kerja dari pagi hingga larut malam hanya untuk sebuah impian. Yah, impian yang menurutnya adalah impian terbesar dalam hidupnya, yaitu mempunyai sebuah toko bunga.

Alice telah memimpikan ini sejak lama. Dia sangat menyukai semua jenis bunga. Menurutnya, dengan menanam, merawat, dan memetik sebuah bunga dia merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Saat bunga yang ditanamnya tumbuh dengan baik, dia merasa anggota keluarganya bertambah. Ya, Alice menganggap bunga-bunga itu adalah keluarga yang tak pernah dia miliki, karena dia telah berada di panti asuhan itu sejak dia bayi tanpa tanda pengenal satupun. Nama yang sekarang diberikan padanya saat inipun adalah pemberian dar ibu pengasuhnya dulu.

Saat di panti asuhan dimana dulunya dia tinggal. Dia selalu merawat taman kecil yang terdapat disana. Tak seperti anak lain yang memilih bermain, dia lebih memilih untuk menanam bunga serta menyiramnya dan mengajak bunganya berbicara. Oleh karena itu dia tidak mempunyai teman. Ibu pengasuh yang ada di panti telah menasehatinya untuk lebih bermain bersama teman-temannya, namun dia menolak karena menurutnya, kalau memang mereka mau berteman dengannya mereka akan dengan senang hati bermain bersamanya di taman itu bukan malah menjauhinya dengan alasan yang menurutnya tidak masuk akal.

Walaupun begitu, dia tetap tidak menyesali semua yang terjadi dihidupnya. Dia tetap tegar. Dia hanya berpegang teguh bahwa semua yang terjadi di dalam hidupnya adalah rancangan dari Yang Maha Esa.

----

Suasana café sedang sepi, Alice pun hanya terlihat membersihkan meja serta kaca yang terdapat di café itu. Rekan kerjanya yang lain juga nampak sibuk melakukan pekerjaan yang lain.

Ting…

Bunyi lonceng yang terdapat di depan pintu café berbunyi menandakan ada pelanggan yang datang.

Di pintu masuk café tersebut terlihat seorang lelaki tampan. Tidak, tampan saja tak cukup untuk mendeskripsikan sosok tersebut. Sempurna adalah kata yang tepat untuk mendeskripsikan lelaki tersebut. Rambutnya yang hitam legam, rahangnya yang tegas, sorot matanya yang tajam, serta perawakan bak model dengan jas yang terlihat tidak murah membalut tubuh indahnya itu menyita semua perhatian orang yang berada di dalam café tersebut.

Fany, yang merupakan mascot(?) café tersebut hampir meneteskan air liur saat melihat sosok itu masuk kedalam café mereka. Dengan cepat dia menghampiri sosok itu dan menyenggol Alice yang sedang membersihkan meja yang kebetulan berada didekat pintu masuk cafe. Dia tidak menghiraukan Alice yang hampir terjatuh karena senggolan mautnya itu.

Wajah Fany terlihat sangat antusias dengan kehadiran lelaki itu. Dia pun mulai memasang wajah menggoda andalannya yang biasanya dipakainya untuk menggoda para lelaki di café itu.

“Selamat datang tuan, ada yang bisa saya bantu?,” ucapnya seraya merapat ke badan sang lelaki dan dengan suara yang dibuat seseksi mungkin.

Mendengar hal itu, membuat Alice hanya menatapnya datar. Dia sudah terbiasa atau bisa dikatakan muak dengan kelakuan rekan kerjanya itu.

Alice tidak menyadari bahwa sedari tadi, atau mungkin sedari lelaki itu masuk, lelaki itu hanya memaku tatapannya pada Alice. Walaupun Fany datang dan menempel padanya bagai benalu, dia tidak memindahkan pandangannya dari Alice.

Fany yang menyadari hal itu langsung dibuat jengkel. “Heh Alice, lebih baik kamu membuang sampah yang ada didapur daripada berada disini, membuat mata sakitku sakit saja.”

Alice yang lagi-lagi harus mendengar kata-kata kasar Fany hanya bisa menghela nafas dan langsung berlalu menuju dapur tanpa berniat untuk membalas argument Fany. Memang kebiasaan Fany menjelek-jelekkan Alice, entah didepan pelanggan ataupun didepan para pekerja yang lain. Alice pun tak tau mengapa Fany kelihatan sangat membencinya. Intinya tak ada hari tanpa kata-kata kasar dari Fany yang dilontarkannya kepada Alice. Alice hanya bisa pasrah tanpa berniat untuk membalas perkataan kasarnya itu. Dia tidak ingin mencari keributan di tempat kerjanya yang mungkin akan berujung pada pemecatan dirinya. Kenapa? , karena Fany adalah anak kesayangan sang manager. Menurut sang manager, Fany adalah karyawan yang rajin,manis, dan dapat menghasilkan banyak keuntungan. Manager itu tak tau saja, bahwa Fany itu memiliki keperibadian ganda. Alice tidak menyebut Fany dengan sebutan ‘manusia bermuka dua’ karena menurutnya wajah Fany tidak berubah-rubah,pikir Alice dengan polosnya. Alice lebih suka menyebutnya dengan sebutan ‘manusia berkeperibadian ganda’, karena menurutnya keperibadian Fany sangat menakjubkan. Saat mereka sedang bersama atau sedang berada didepan manager café atau pemilik café, keperibadian Fany sangat manis. Dia akan tersenyum dan berkata dengan lemah lembut. Tetapi, saat manager atau pemilik sudah pergi menjauh dia akan kembali ke dalam ‘bitch mode on’. Dan karena alasan itulah Alice lebih memilih diam dan menjauh.

Lelaki tampan itu hanya menatap kepergian Alice dengan mengkerutkan keningnya. Dia pun menatap Fany dengan tatapan menyeramkan. Tanpa peduli dengan tatapan menyeramkan yang diberikan kepadanya, Fany terus berusaha menggodanya.

“Mari saya tunjukkan meja anda,sir.” Fany pun mengggandeng tangan lelaki dan menempelkan sebagain tubuhnya terutama dada besarnya ke badan lelaki itu.

Merasa risih dengan perlakuan Fany, lelaki itu menghentakkan badan Fany menjauh dari badannya dengan kasar. Dia seolah tidak memperdulikan bahwa Fany adalah seorang perempuan.

Dengan wajah yang datar, lelaki tadi menuju meja terdekat dan duduk dengan angkuhnya. “Kau bisa pergi sekarang, aku muak melihat wajah jalangmu yang tersenyum seperti nenek sihir itu. Ah, dan tolong kau panggilkan Alice aku hanya ingin dilayani olehnya.” Katanya dengan wajah yang super datar.

Mendengar lelaki itu meminta dilayani oleh Alice membuat darah Fany seketika mendidih. Dia sangat jengkel kenapa lelaki tampan ini malah menginginkan dilayani oleh babu itu dibandingkan dirinya yang sangat cantik ini.

“Tapi sir, dia hanya bekerja didapur dan waitress yang bekerja disini adalah saya. Lagipula dia tidak ada apa-apanya dengan saya sir, saya dapat melayani anda dengan baik,” katanya seduktif.

“Saya tidak mau tau, saya hanya menginginkan Alice. Dan tolong singkirkan wajahmu dari hadapan saya sekarang juga. Atau saya akan melakukan sesuatu yang pasti tidak kamu harapkan.”

Fany pun mendengus, dia tidak habis pikir mengapa lelaki ini memilih Alice. Dengan kaki yang dihentakkan dia menuju dapur. Saat dirinya melihat Alice sedang berbincang dengan Andrew, salah satu pekerja di café itu, dia mendorong Alice dengan sedikit kencang hingga Alice hampir terjerembab kedepan, tapi untungnya ada Andrew yang langsung sigap menangkapnya.

“Apa-apaan ini. Kau senghaja ingin melukai Alice hah?!” Fany tidak menghiraukan bentakan Andrew dan hanya menatap Alice sengit. “Sana, cepat keluar layani pelanggan yang ada disana,” Katanya sambil menunjuk lelaki tadi.

Alice hanya menatap heran pada pelanggan yang ada diluar itu dan keluar dari dapur untuk melayani lelaki tersebut. Dia tidak ingin berlama-lama didalam satu ruangan yang sama dengan Fany.

Saat Alice telah berdiri didepan meja pelanggan tersebut,Alice menundukkan sedikit badannya untuk bersikap sopan. “Ada yang bisa saya bantu, sir?” Tanyanya ramah seperti biasanya. Namun yang ditanya hanya menatapnya tanpa berkedip dengan tatapan super tajamnya. Alice yang bngung karena tidak mendapat jawaban dari sang pelanggan mencoba menegakkan kepalanya dan menatap pelanggan tersebut. Saat mata mereka bersirobok, Alice merasakan perasaan yang ganjal. Perasaan yang tak pernah dimilikinya seumur hidupnya, yaitu perasaan seolah perutnya dipenuhi kupu-kupu yang berterbangan dan gugup tiada tara. Dan satu hal lagi, entah mengapa Alice seperti familiar dengan mata yang dimiliki lelaki tersebut, seperti dia sering melihat mata lelaki itu tapi tak tau dimana.

“Banyak yang bisa kamu bantu untuk saya,Alice.” Alice terkejut,darimana lelaki ini tau namanya.

-----
Catatan:
Lanjut gak ?:”v menurut kalian cerita ini membosankan gak? Aku masih bingung gimana caranya menimbulkan konfliknya wkwk harap dimaklumi :”3

Oh iya,terima kasih banyak ya udah mampir kecerita ini,terus beri voment, terus dimasukkin kereading list x’D aku sangat terharu... ternyata ada yang baca cerita gaje aku ini. Ada yang baca aja aku syukur banget apalagi dikasih voment :”.

Karena cerita ini masih jauuuhhh banget banget dari kata sempurna, boleh dong ya dikasih saran, biar kesalahannya gak terus-terusan ehehe

Sekali lagi,terima kasih banyak teman-teman[]

Salam sayang,quiny:*

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang