Happy reading. Love you~~
-----------<<<<<>>>>----------
"Ibuuu... jangan tinggalkan aku." Alice mengigau dalam tidurnya. Dirinya menangis sambil mengulang kata-kata yang sama.
Mendengar tangisan Alice, Alan langsung terbangun dan menuju kamar Alice. Untunglah pintunya tidak terkunci. Sepertinya Alice lupa untuk mengunci pintunya. Alan melirik jam yang ada dikamar Alice. Waktu menunjukkan pukul 3.00 pagi. Berarti dirinya hanya tertidur selama 2 jam.
Alan langsung menghampiri Alice yang terlihat gelisah diatas tempat tidurnya. Dan dia melihat Alice yang tengah menangis tersedu-sedu namun dengan mata tertutup. "Alice. Alice. kamu kenapa?" Panggilnya pada Alice namun Alice tetap tidak merespon. Saat melihat Alice bersimbah keringat dirinyapun meletakkan tangannya didahib alice dan terkejut saat mendapati suhu tubuh Alice sangat panas.
"Astaga. Badanmu panas sekali Alice. Sepertinya dugaanku kau akan terserang flu memang benar."
"Ibuu. Ku mohon jangan pergi"
"Ah kau merindukan ibumu. Tenanglah. Aku ada disini. Dan aku tidak akan pernah meninggalkanmu selamanya." Alan mulai merebahkan tubuhnya disamping Alice dan memeluknya.
"Tolong panggilkan Dokter Martin sekarang juga. Dan antarkan kesini. Secepat yang kau bisa."peerintah Alan pada anak buahnya yang berada disekitarna. "Baik alpha." Anak buah itupun langsung dengan segera memanggil dokter kepercayaannya Alan. Mereka tidak akan menolak apabila ada perintah dari Alan meskipun mereka dalam keadaaan sedang tidur. Karena perintah Alan adalah prioritas utama bagi mereka. Dan Dokter Martin adalah sahabatnya yang merupakan dokter dimana klannya berada. Dirinya juga merupakan seorang werewolf. Namun, dia lebih mengabdikan dirinya pada dunia kedokteran.
Selang beberapa saat kemudian terdengar suara ketokan didepan rumah Alice. Alan merasakan aura dua orang werewolf disekitarnya. Dan aura itu memang dari klannya. Dirinya pun segera bangkit dan menuju pintu depan rumah Alice.
"Kenapa lama sekali?" itulah sambutan hangat yang diterima Jared- salah satu anak buahnya- dan dokter Martin dari Alan.
"Aku baru saja terlelap tidur Alan. Kau tau ini sekarang jam berapa? Dan beberapa hari ini aku tidak dapat tidur. Terima kasih Alan kau membuatku tidak dapat tidur lagi untuk malam ini. Kuharap kali ini masalah yang kau timbulkan tidak terlalu merepotkan. Bagian mana yang terluka?"
"Bukan aku yang terluka, tapi seseorang."
"Wow. Tidak kusangka sekarang Tuan Alan Yang Terhormat bisa berempati terhadap makhluk lain eh. Selama ini kukira kau hanya makhluk yang tahunya berkelahi dan membunuh. Tak kukira kau akan memanggilku pagi buta begini hanya untuk seseorang eh." Apabila anak buahnya tidak tau tentang hubungan Alan dan Martin mereka akan bergidik ngeri melihat Martin yang berani mengejek Alan seperti ini. Namun, persahabatan Alan dan Martin bukan rahasia umum lagi Mengingat persahabatannya yang sudah terjalin dari kecil membuat Alan sudah biasa mendengar ejekan Martin terhadap dirinya.
"Sudahlah jangan terlalu banyak omong kosong. Laksanakan saja tugasmu itu, Martin." Alan terlihat tidak sabaran. Biasanya Alan tidak seperti ini seingat Martin. Walaupun dirinya berada dalam sebuah perang Alan selalu bisa mengendalikan dirinya agar tidak panik. Dan lihatlah sekarang. Dirinya terlhat seperti ibu-ibu yang sedang menunggu cucu pertamanya keluar dari rahim anaknya. Maritn sangat penasaran. Orang seperti apa yang dapat membuat Alan sebegini gelisahnya. "Ini terlihat menarik" batin Martin.
Alanpun menuntun keduanya kedalam kamar kecil yang mana didalam kamar kecil terbaring sesosok makhluk kecil yang terlihat gelisah dibawah selimutnya.
"Apa yang kulihat ini nyata eh? Seorang manusia? Terlebih lagi perempuan? Apa yang sebenarnya kau lakukan terhadap makhluk kecil ini Alan?"
"Aku tidak melakukan apa-apa terhadap dia. Sumpah. Dia tiba-tiba mengigau dan saat ku cek badannya sudah panas membara seperti ini."
"Lalu, apa yang kau lakukan di sini di saat pagi buta begini Alan?"
"Kau tau. Aku hanya menginap. Aku sedang malas pulang kerumah."
Alasan Alan sangat konyol bagi Martin. Alan tidak mungkin tidak pulang kerumah hanya dengan alasan malas.
"Alan?" Martin menatap Alan dengan tatapan yang menyelidik.
"Holyshit Martin. Aku hanya ingin menjaga dan berdua dengan mate ku. Apakah itu salah?"
"Benarkah dia mate mu?"
"Calon."
"Bagaimana bisa begitu?"
"Ah nanti saja ceritanya. Kau obati saja Alice. Buat dia kembali sehat secepatnya."
"Tuan Alan Yang Sangat Tidak Sabaran, obat tidak mungkin bekerja seperti magic yang sekali tring lalu sembuh. Obat membutuhkan beberapa saat untuk diabsorbsi oleh tubuh kemudian baru menuju sumber sakit. Dan itu dibutuhkan waktu beberapa jam tergantung kondisi pasien Tuan Alan."
"Berikan saja obat yang paling bagus."
"Obat yang paling bagus juga harus memerlukan waktu untuk bekerja Tuan Alan . Aku akan mengecek suhunya terlebih dahulu. Tolong minggir." Martinpun mengeluarkan thermometer untuk mengukur suhu tubuh Alice. Martin menyentuh Alice saat dia ingin meletakkan thermometer tadi kebagian ketiak Alice namun tiba-tiba Alan sudah mencekal tangannya.
" Apa yang sedang kau lakukan?" Tanyanya, terdengar geraman pelan dari suaranya.
"Ayolah bung, aku hanya menyentuhnya untuk meletakkan thermometer ini, kenapa kau terlalu posesif padanya eh."
"Aku cuman melindungi apa yang menjadi milikku Martin, jadi kau jangan berani macam-macam terhadap Alice."
"C'mon Alan. Aku tidak akan macam-macam, kau tau aku sudah disumpah untuk menjadi dokter, tidak mungkin aku macam-macam terhadap pasienku. Jadi tolong Tuan Alan berdiri disana dengan tenang agar tidak mengganggu pemeriksaanku." Mendengar penjelasan Martin yang panjang lebar Alanpun akhirnya menurut dengan berdiri diam sambil mengamati kegiatan Martin dnegan seksama. Dirinya masih sedikit khawatir kalau-kalau Martin berbuat macam-macam terhadap Alice-nya. Maklumlah dimata Alan semua tentang Alice tampak memikat.
"Untuk saat ini, diagnosa yang dapat kuberikan gadis ini cuman menderita flu. Sepertinya dia terlalu kelelahan dilihat dari kantung matanya yang hitam. Aku sudah meresepkan obat-obatnya akan kuberikan pada anak buhana yang sedang berada dipintu. Namun, apabila dalam 3 hari panasnya masih belum turun, kita membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit. Apa sebenarnya pekerjaan gadis ini Alan?."
"DIa bekerja paruh waktu di berbagai tempat." Jawab Alan sekenanya.
"Dia seorang yang pekerja keras eh. Pantas saja dia terkena flu apalagi ini sudah mendekati musim dingin. Kenapa kamu tidak memberikannya sebuah pekerjaan Alan. Sebuah pekerjaan yang lebih mudah. Kaukan mempunyai beberapa perusahaan di New York."
"Aku memang sedang memikirkannya. Tapi aku masih mencari pekerjaan yang pas untuk Alice. Walaupun dia terlihat seperti gadis penurut sebenarnya dia cukup keras kepala juga. Aku sedang mencari pekerjaan yang tidak mungkin dia tolak."
"Ya ya ya. Sepertinya tugasku sampai disini saja. Aku akan pulang. Jaga gadis ini dnegan baik apabila dia memang takdirmu Alan. Jangan lepaskan dia. Jangan biarkan dia terlalu lelah. Sepertinya daya tahan tubuhnya sedang tidak baik. Baiklah, sampai jumpa Alan" Martin pun meninggalkan rumah Alice.
Setelah Martin meninggalkan rumah Alice, Alan langsung melihat keadaam Alice. Alice terlihat gelisah didalam tidurnya. Keningnya berkerut seakan sedang berpikir keras. Bajunya basah oleh keringat. Alanpun mengambil handuk kecil yang ada dilemari Alice dan mulai mengelap tubuh Alice. Alan terlihat tidak mengantuk walaupun dirinya hanya tidur selama 2 jam. Dirinya terjaga sepanjang malam disamping Alice sambil sesekali mengelap keringat Alice. Dirinya melakukan hal tersebut hingga pagi mejelang tanpa terlihat lelah. Dirinya sangat khawatir dengan keadaan Alice sekarang hingga dia takut apabila dirinya tidur.
-----------------<<<>>>------------------

KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
WerewolfAlice tidak mengetahui bahwa anjing yang ditolongnya adalah seekor werewolf! Dirinya menemukan anjing -werewolf- itu terluka dijalan dan langsung menolongnya. Setelah beberapa waktu anjing itu tinggal dirumah Alice tiba-tiba dia menghilang. Setelah...