Kira-kira masih ada yang baca tidak ya?
maaf kalau ada typo
Happy reading, as always<3
------<<>>--------
“Taman ini akan menjadi tanggung jawabmu apabila kau menerima tawaranku Alice. Bagaimana? Apakah kau bersedia bekerja disini?”
------<<>>--------
Alice berpikir keras. Dirinya sangat tergoda untuk menerima tawaran Alan. Namun, instingnya mengatakan ada yang lain dirumah ini. Tidak seperti rumah-rumah pada umumnya.
“Ayolah Alice, kapan lagi kau akan mendapatkan tawaran semanis ini? Ambil saja tidak ada salahnya.”
Setan kecil dihatinya ikut-ikutan membujuknya.
“Ah sudahlah. Aku akan ambil tawaran ini walaupun ini semua terlihat aneh.”
Alan yang melihat Alice berpikir keras hanya bisa tersenyum dan menahan rasa gemasnya melihat makhluk kecil satu ini yang menautkan alisnya.
Sebenarnya Alan sudah tidak sabar menunggu jawaban Alice. Ingin rasanya dia menghipnotis Alice untuk meng-iya-kan tawarannya. Sayangnya dia tidak memiliki kemampuan itu. Tapi, walaupun semisal Alice memutuskan untuk menolak tawarannya, Alan masih mempunyai seribu satu cara untuk membuat Alice tinggal bersamanya.
Setelah beberapa saat mereka terjebak didalam keheningan, terdengar suara lembut Alice berdeham.
“Baiklah, aku akan menerima tawaranmu, tapi aku ingin tau jam kerja ku selama disini. Dan juga peraturan-peraturan yang ada.”
“Kau hanya perlu tinggal disini selama 24 jam, dan melakukan perawatan pada bunga-bunga ini saat kau mau. Peraturan? Oh tidak ada peraturan dirumah ini Alice. “ Sebenarnya peraturan dirumah Alan ada banyak. Seperti misalnya dilarang berlarian didalam rumah, dilarang masuk kedalam kamarnya kecuali orang yang bertanggung jawab atas kebersihan kamarnya, tidak boleh berisik, dll. Namun, untuk Alice peraturan itu tidak berlaku. Dia mau tinggal dirumah ini pun sebuah keberkahan.
“Tapi aku masih memiliki beberapa pekerjaan Alan.”
“Kau bisa keluar dari pekerjaanmu itu, aku akan mengganti gajih yang mereka berikan padamu.”
“Tapi aku tidak enak dengan mereka, apalagi dengan Travis.”
“Travis? Siapa Travis?”
“Dia pemilik restoran tempatku bekerja.”
Shit kenapa Alan sampai lupa nama si brengsek itu.
“Oh. Jadi kau lebih memilih dia Alice? dibandingkan aku?” Alan menunjukkan wajah sesuram mungkin. Seperti anjing yang sedang sedih. Alan tidak pernah menunjukkan ekspresinya ini pada siapapun. Meskipun itu orang tuanya. Hanya pada Alice.
“Aku kesepian disini Alice, aku ingin kamu menemaniku disini.” Lanjutnya masih dengan tampang memelas.
Bodyguard Alan yang memperhatikan dari tadi membelalakkan matanya. Bosnya yang terkenal berdarah dingin, tak bisa tersenyum, dan kejam bisa menampilkan ekspresi semenggemaskan itu. Bodyguard itu ternganga dan mengucek-ucek matanya. Siapa tau dia salah lihat. Ternyata tidak. Pria yang sedang bertindak menggemaskan itu adalah tuannya. Tuan Alan. Bagaimana bisa tuannya yang terkenal kejam itu bertindak menggemaskan dihadapan sesosok gadis kecil itu. Siapa gadis itu? Seberapa hebatkah gadis itu?. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang bersarang diotak sang bodyguard. Namun tidak mungkin dipertanyakannya pada tuannya yang kejam itu kan?.
“Bukan seperti itu Alan, dia saat ini membutuhkan karyawan untuk mengurus restorannya, karena baru saja 2 orang karyawannya meninggalkan restoran. Dia sedang kerepotan. Aku pun hanya akan mengambil pekerjaan itu Alan. Paling tidak setelah aku selesai mengurus taman ini aku akan kesana dan kembali pulang kemari.”
Sebenarnya Alan ingin Alice tidak dekat-dekat lagi dengan Travis. Namun, untuk sementara dia akan mencoba untuk mengizinkannya. Hanya untuk sementara. Camkan itu. Untuk sementara dia akan mengizinkannya bekerja pada si brengsek itu dan selanjutnya dia akan memikirkan cara untuk menjauhkan Alice dari si brengsek itu.
“Baiklah, aku akan mengizinkanmu bekerja dengan disana. Jadi apakah kau sudah setuju untuk tinggal disini?”
“Dan tentunya membantu mengurus bunga-bunga ini.”
“Aku setuju Alan.”
Alan yang mendengar persetujuan dari Alice langsung tersenyum lebar. Menambah tingkat ketampanannya. Siapapun melihat senyuman Alan kali ini pasti akan langsung jatuh cinta. Namun, sepertinya rezeki nomplok seperti ini hanya untuk Alice. Berutunglah kau Alice.
Alice sempat terpesona pada senyuman Alan. Namun hanya sepersekian detik. Karena dirinya langsung mengenyahkan pikiran itu. Dia tidak ingin terjebak bersama Alan. Dia tau diri. Dirinya hanyalah yatim piatu yang tumbuh di tempat kumuh. Sedangkan Alan, dia kaya raya, hidupnya serba enak. Tidak mungkin Alan akan memilihnya sedangkan diluar sana masih banyak wanita yang cantik luar biasa dan berpendidikan tinggi yang pasti mau dengan Alan.
Sadar akan itu semua membuat Alice membuat dinding pertahanann pada hatinya terhadap Alan. Dia bertekad untuk tidak terjatuh pada pesona Alan.“Ayo masuk. kau perlu istirahat.” Alan menggandeng Alice masuk kedalam rumah dan berniat membawanya kedalam kamarnya.
“Tapi Alan, aku perlu berkemas, baju-bajuku masih ada dirumah lamaku.”
“Semua kebutuhanmu sudah ada disini Alice. Baju-bajumu juga sudah ada disini.”
“AKu tidak ingat membawa baju-bajuku kesini.”
“Memang tidak, tapi aku sudah menyiapkan semuanya untukmu.”
Mereka telah tiba dikamar Alice, dan Alan menggiringnya menuju sebuah ruangan yang lebih dari kamarnya. Saat mereka sudah masuk, Alice sudah dihadapkan dengan banyak baju-baju cantik. Baju yang bahkan Alice tidak berani memimpikannya.
“Baju siapa semua ini Alan?”
“Bajuku Alice, yaiyalah bajumu tidak mungkin kan aku memakai dress dress itu?” Alan mencoba melawak.
“Baju-baju ini terlalu cantik Alan, tidak pantas untukku.”
Percayalah, kau lebih cantik sayang. Kau makhluk paling cantik didunia ini. Bisik Alan.
“Oh ayolah Alice, terimalah, anggap saja sebagai hadiah kedatanganmu disini. Kalau kamu tidak menginginkan ini semua kamu mau aku membuangnya?”
Alice berpikir, terlalu sayang untuk dibuang. Dengan berat hati Alice menyetejuinya.
“Baiklah Alan, tapi aku mohon jangan ada lagi hadiah setelah ini. Aku tidak sanggup memberikan hadiah yang setara padamu.”
“Aku tidak janji Alice, karena aku suka membelikanmu hadiah.”
“Alan-“
“Oh cmon Alice.”
Alice memolototinya dengan tatapan lucu.
“Argh baiklah baiklah. Aku akan berusaha.” Ucap Alan akhirnya mengalah.
Alice pun tersenyum.
“Jadi, apa yang harus aku lakukan?”
“Sepertinya kau akan mulai besok saja, anggap saja sekarang adalah masa orientasimu.”
“Really Alan? Seperti disekolah saja.” Alice terkekeh.
“Semoga kau betah disini Alice.” Alan tersenyum teduh yang dibalas Alice dengan senyuman pula.
--------<<>>---------bagi siapapun yang masih baca cerita ini, aku sayang kalian!
maaf lama update ya, sibuk banget akutu :"(ILU 3000

KAMU SEDANG MEMBACA
STAY
Lupi mannariAlice tidak mengetahui bahwa anjing yang ditolongnya adalah seekor werewolf! Dirinya menemukan anjing -werewolf- itu terluka dijalan dan langsung menolongnya. Setelah beberapa waktu anjing itu tinggal dirumah Alice tiba-tiba dia menghilang. Setelah...