delapan belas

1.7K 163 22
                                    

Happy reading. hope you enjoy it <3

---------<<<<>>>>------------

"Seekor anjing yang pernah ku rawat berubah menjadi serigala besar berwarna hitam dan mengatakan namanya bukan Sky melainkan Leo. Itu adalah mimpi teraneh."

Mendengarkan cerita Alice, Alan terdiam seribu bahasa. Leo adalah wujud serigalanya. Bagaimana bisa Leo muncul dimimpi Alice. Dan bagaimana bisa seorang manusia memimpikan sesuatu dengan sangat tepat.

---------<<<<<>>>>-----------

"Benarkah? Dan apakah itu alasan kamu sangat ketakutan tadi.?" Tanya Alan. Diapun mendekati Alice dan duduk disamping Alice.

"Ya. Aku tidak pernah melihat seekor anjing sangat besar seperti itu Alan. Aku merasa akan hancur apabila dia menyerangku. Terlebih lagi auranya yang sangat mendominasi. Itu membuatku merinding." Alice memeluk dirinya sendiri membayangkan anjing mengerikan tadi.

"Tapi dia tidak menyerangmu kan?"

"Tidak. Tapi dia bisa berbicara Alan. Dan Dia mengetahui namaku. Sungguh mimpi yang sangat aneh."

"Tenanglah itu hanya mimpi. Dan lagipula dia tidak menyerangmu. Tidak ada yang perlu ditakutkan." Alan merasa sedikit sakit hati karena Alice takut akan sosoknya yang lain. Namun Alan mengerti penyebab ketakutan Alice. Alice tidak pernah melihat makhluk itu. Mungkin nanti dirinya akan menjelaskna secara perlahan agar Alice tidak takut lagi.

"Dan sekarang dimana anjing yang pernah kau rawat dulu?"

"Sky? Dirinya tiba-tiba hilang saat aku bekerja. Hahhh aku merindukannya."

"Apakah kau sudah mencarinya?" Alan sedikit senang Alice merindukannya. Yah, walaupun dirinya dalam wujud yang lain.

"Sudah, tapi aku tidak menemukannya. Mungkin dia sudah kembali kepemilik aslinya. Mana mungkin anjing secantik itu tidak mempunyai pemilik." Alice menghembuskan nafas berat.

"Sebenarnya aku tidak pergi sayang. Aku disini. Dan apa? Cantik??! Apakah kau tidak mengetahui aku jantan Alice. Hah ini membuatku ingin segera menunjukkan wujud lainku kepadamu. Tapi, sayangnya aku tidak bisa." Alan hanya bermonolog didalam hatinya. Karena tidak mungkin dirinya mengungkapkan jati dirinya. Mungkin tidak sekarang.

Alan teringat dengan demam Alice. Diapun dengan cepat meletakkan telapak tangannya didahi Alice. Alice hanya bisa tertegun karena gerakan tak terduga Alan. Tubuh Alan juga terasa mlebih dekat. Dan sekali lagi pipi Alice memerah. "Kenapa harus selalu merah sih?" gerutu Alice dalam hari.

"Hangat. Sepertinya demammu masih belum sembuh sepenuhnya. Sebaiknya kamu istirahat lagi untuk memulihkan kondisimu." Alan menjauhkan tangannya dan memandang Alice yang terpaku.

"Alice?" Panggilnya kepada Alice yang hanya terdiam.

Beberapa detik kemudian Alice sadar akan sikap bodohnya. "Ahh. Apa?"

"Aku bilang kamu sebaiknya melanjutkan istirahatmu untuk memulihkan kondisimu, Alice." Ulang Alan.

"Jam berapa sekarang?" Tiba-tiba Alice teringat sesuatu.

Alan melihat jam tangan rolex yang melingkar manis ditangan kirinya. "Jam 10.30"

"Apaaaa???!! Oh tidak aku terlambat ke tempat restaurant Travis!!" Alice langsung berdiri dan bersiap menuju kamar mandi.

Namun, langkah Alice tiba-tiba terhenti karena lengannya ditahan oleh Alan. Raut wajah Alan juga terlihat serius.

"Kau sakit Alice." Kata-katanya penuh penakanan.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang