enam

6.5K 598 97
                                    

Happy reading 🙇
-----

Alice yang terkejut pun hanya bisa membulatkan kedua bola matanya yang kecil. Banyak terdapat kemungkinan-kemungkinan yang ada didalam kepada kecilnya.

Alice bertanya dengan kening yang dikerutkan, “Mohon maaf sir, tapi darimana anda tahu nama saya?” tanyanya to the point.

“Bukannya temanmu tadi menyebutkan namamu, Alice.” Lelaki itu memamerkan smirk mempesonanya.

Alice mencerna kata-kata lelaki itu, dan sesaat kemudian dia merasa malu. Wajahnya memerah. Dia merasa bodoh karena tidak menyadari hal itu sebelumnya.

“Jadi apakah aku bisa menerima menunya nona manis?”

Alice menyerahkan menunya dengan wajah merah padam. Dia hanya bisa menundukkan wajahnya tanpa bisa menatap mata pelanggannya.

Terdengar suara kikikan kecil dari lelaki itu. Alice yang mendengar itupun mencoba mendongakkan kepalanya sedikit. Dia pun hanya bisa menampilkan muka bengong karena si lelaki terlihat terkikik kecil dengan muka yang lucu namun masih sangat tampan sambil membaca menu.

Setelah selesai menulis pesanannya di buku pesanan, lelaki itupun menyerahkan buku pesanan Alice. Dan Alice langsung menuju dapur untuk menyerahkan pesanan tersebut.

Tak berapa lama kemudian, pesanan lelaki itu sudah siap. Dengan gesit, Alice mengantarkannya ke meja lelaki tersebut.
Setelah Alice meletakkan pesanan lelaki tersebut, Alice ingin kembali ketempat semula. Namun tiba-tiba tangan lelaki itu menahannya.

“Temani aku makan.” Perintah lelaki tersebut kepada Alice.

“Tapi tuan, saya tidak bisa tugas saya masih banyak.”

“Tidak, kau tetap akan menemaniku disini.” Lelaki ini tetap keras kepala.

“Tapi tuan, jika saya menemani tuan disini bos saya akan marah kepada saya.”

“Tidak akan, kau percayalah padaku.”

“Tapi tuan-“

Tiba-tiba seorang lelaki paruh baya berperut buncit mendatangi mereka. “Ada apa ini Alice?” Tanya pada Alice dengan muka yang tidak ramah.

“Ah tidak ada apa-apa tuan James.” Jawab Alice dengan muka memucat.

Tuan James ingin memperingatkan Alice sekali lagi. Namun tiba-tiba bulu kuduknya merinding. Hawa disekitarnya tiba-tiba menjadi dingin. Pada saat itulah dia baru menyadari kehadiran lelaki itu. Lelaki itu menatapnya bagai seekor harimau yang ingin memangsa rusa.

“Tuan Alan? M-ma-maafkan saya tuan, saya tidak mengenali anda sebelumnya. Ada keperluan apa anda mengunjungi café ini tuan?” Tanya James dengan suara bergetar dan dengan tubuh yang sedikit ditundukkan. Berbeda dengan penampilannya saat menegur Alice barusan.

“Ah saya? Saya cuman ingin mengunjungi salah satu aset saya, apakah tak boleh tuan James?” tanyanya dengan arogan.

“Ahh tidak tuan, bukan begitu, lupakan saja ucapan saya barusan, apa ada lagi yang anda inginkan tuan?” Raut wajah James berubah menjadi raut wajah penjilat.

“Saya hanya ingin makan dengan Alice tanpa gangguan oleh siapapun, apakah bisa tuan James?” Alan terus memandangi Alice tanpa berkedip.

“Tentu saja anda bisa mendapatkannya tuan.” Sahut James sambil tersenyum lebar,saking lebarnya Alice mengkhawatirkan mulut bossnya itu akan robek. “Ayo, tunggu apalagi Alice, cepat temani pemilik baru café ini.” James menarik tangan Alice dan mendudukkannya didepan Alan. Alice pun hanya bisa pasrah atas perintah atasannya.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang