sembilan belas

2.2K 173 18
                                    


Happy reading. Happy saturday night. Jangan lupa vomentnya yaw. love you <3

-----<<>>------

Alice ternganga melihat sederet barisan pelayan yang tengah membungkuk 90 derajat. "mengapa mereka membungkuk seperti itu? Apakah ada raja disini?" tanyanya dalam hati. Namun, selang berapa menit akhirnya pertanyaan Alice terjawab. Mereka semua berkata.

"Selamat datang Mr. Alan."

------<<<>>>-------

Alan menggandeng Alice dan langsung masuk tanpa menghiraukan keterkejutan Alice. Saat mereka berada didepan pintu utama, seorang lelaki paruh baya menghampiri mereka.

"Selamat datang Tuan. Apakah ada yang bisa saya bantu?"

"Tolong siapkan kamar untuk nona ini dilantai dua."

Saat pak tua atau yang bernama Albert ini tadi menghampirinya, Alice masih terpaku dengan isi rumah megah ini. Saat Alan mengatakan kepada bapak tua ini untuk menyiapkan kamar barulah Alice sadar.

"Nona? Aku?" Tanya dengan wajah kebingungan kepada Alan

"Ya. Menurut

mu siapa lagi yang pantas aku panggil nona disini?"

Alice melihat sekeliling dan memang benar sekarang hanya ada mereka bertiga. Pelayan-pelayan yang ada didepan tadipun seolah menghilang tanpa jejak.

"Tapi kenapa aku membutuhkan sebuah kamar?"

"Karena kau akan tinggal disini."

"Wait, wait, wait. Kapan aku akan memutuskan untuk tinggal disini?"

"Sekarang. Dan untuk lebih tepatnya aku yang memutuskan."

"Kenapa kau memutuskan seenaknya?"

"Because you're mine, Alice" Hanya batin Alan yang bisa mengatakannya. "Aku hanya memutuskan yang terbaik untukmu."

"Bagaimana dengan pekerjaanku?"

"Nanti akan aku urus."

"Aku tidak mau."

"What?"

"Aku tidak mau, Alan." Alice senghaja menekankan kata-katanya dengan niat mengintimidasi.

"Oh God. Baru kali ini aku mendengar kalimat penolakan dari seseorang."

"Bagus. Akhirnya kau mendapatkan pengalaman ditolak."

"Oh tidak mengapa hatiku tiba-tiba sakit?" Alan memegang hatinya-dadanya- dengan ekspresi kesakitan.

"Akting yang sangat bagus Mr. Alan."

"Tch."

"Kupikir kau sudah dewasa Alan."

"Memang aku lelaki dewasa. Aku juga bisa menikahimu saat ini juga demi membuktikan kedewasaanku."

"Haha lucu sekali." Ucap Alice dengan sarkastiknya. "Baiklah, sepertinya ini cukup membuatku yakin kau adalah seorang yang kaya raya, jadi tolong antarkan aku pulang."

"Ayolah Alice beri aku beberapa kesempatan untuk menawarkan beberapa penawaran yang aku yakin kau tidak akan sanggup menolaknya."

"Tidak. Aku akan pulang."

"Sepertinya aku tidak punya pilihan lain."

Tiba-tiba Alan menunduk dan meraih kaki Alice dan punggung Alice. Alan menggendong Alice dengan gaya bridal.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang