Sepotong Cerita

931 11 0
                                    

Zisa Phov

Ting... Tong.. 

Pasti leo.. batinku, aku segera berjalan kepintu utama untuk membukakan pintu untuknya. Hubungan kami memang tidak harmonis, tapi aku harus tetap berprilaku layaknya istri bukan?

Semenjak apa yg kami lakukan hari itu, Leo kembali pada sifatnya yg dingin tak tersentuh.. Bahkan ketika melihatkupun ia akan menjarak sejauh 10 meter dariku.. aku tidak ambil pusing, terkadang aku tidur dikamar Nao karena keasyikan bermain bersamanya dan kami tertidur dikamar putraku..

Yaa walau kuakui dia tidak sekasar dulu, dan lebih menghargaiku sekarang. Dia juga tak membawa pelacurnya lagi kerumah, melainkan selalu membawa reii untuk mendebatnya..

Dan aku akan seperti sekarang, Membukakan pintu untuk dua bersaudara ini yg pasti sedang berdebat lagi yg entah apa yg mereka perdebatkan..

"Ohh kakak iparr,  Lihatlah betapa kunonya suami mu.. Kita perlu Refresing bukan? Iyaa kan?"  Aku mengernyit dan menganggukan kepalaku..

"Tentu Reii, Memangnya kenapa?" Tanyaku yg melihat tingkah kekanakannya yg kini merangkul bahuku.. sambil berjalan kedalam rumah

"Kami tadi membicarakan tentang liburan keluarga ke pulau tropiss. Tapi Dia bilang tidak menyukainya karena tak ada waktu.. Tidakkah itu menjengkelkan kakak ipar? Seharusnya suami yg baik itu Bisa meluangkan waktu untuk istrinya bukan?"

Aku terkekeh, melihatnya merajut dan beralih menatap Leo yg mengepalkan tanganya kearah Reii..

"Lepaskan tanganmu dari istriku!" Kami menoleh kearahnya, lalu Reii tertawa dan mengeratkan rangkulannya padaku, aku hanya diam tak berniat Membalasnya atau menyuruh Reii melepaskan rangkulannya

"Aku tidak mauu.. Kakak ipar pasti senang karena Mendapatkan kehangatan dari adik iparnya sepulang kerja.. Apa lagi aku lelah dan membutuhkan kehangatan Seorang Istri" 

Dan aku terkekeh mendengar ucapannya, dasar Reii, dia memang berbanding terbalik dengan Leo.. Reii dengan sifat hangatnya dan Leo dengan sifay dinginnya.

"Somprak!!, seharusnya aku Yg bilang begitu. Aku suaminya, Aku yg membutuhkannya daripada kau!, minggir kau darinya atau...-" 

"Atau apa? Hah? Atau kau akan memecatku jadi asisten mu? Memangnya kau bisa? Sanggup tanpa adikmu yg pintar ini hah?"  Seru Reii menyombongkan dirinya.

Aku hanya geleng-geleng kepala melihat perdebatan mereka. Namun entah mengapa hatiku merasa hangat saat Leo berkata Dia membutuhkanku.. benarkah? Atau aku yg selama ini kurang peka dibalik sifat cueknya? Yaa mungkin Aku yg lebih harus mengerti suamiku..

"Kakak iparr, Bantuu akuu.. Dia mau menerkamku tuh.. Kan gak asik dia nerkam Sesama jenis. Lebih baik dia menerkammu kan?"  Rajuknya padaku! Aiiih tidak adik tidak kakaknya sama-sama mesum! Sudah kupastikan wajahku merona sekarang. Yatuhaan aku malu sekalii ...

"Reii.. kau apaan sih"  ucapku gelagapan.. dan  responnya adalah tertawa terpingkal-pingkal melihatku.

"Heii, kau blushing?" ucap Reii, Aiiihh apakah ini hari sialku? Aku mendengus dan mendelik kearahnya.. dan berlalu dari mereka menuju dapur..

"Heii kau merajuk kakak ipar? Oh ayolah, aku hanya bercandaa"  dia mengekor dibelkangku..

"Nggak kok, gak papa" 

"Tapi koo jawabnya pendek banget"

Ini orang kenapa sih? Mau aku jawab pendek kek, panjang kek, urusannya dia apa? Haaaa sabaaar Zisa sabar..

"Trus maunya sepanjang apa aku jawabnya? Udah ah Reii, Bawel deh"  lalu dia terkekeh dan mencolek pipiku dengan Tatapan yg bikin aku ngerii..

"Biarin, bawel sama kakak ipar yg cantik kan gak Dosa, hahah" 

Life with The Devil Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang