Rafael menghela napas mendapati seorang gadis berdiri di samping kendaraan kesayangannya. Dia sudah terbiasa menyaksikan orang-orang mengagumi mobil miliknya yang tak pasaran alias antimainstream. Tak hanya yang berdecak kagum dan mengelus, Rafael bahkan sudah terbiasa menyaksikan si Mercy-nama mobil yang diambil dari brand kendaraan tersebut-diikutsertakan dalam foto selfie mereka dan diberi caption, "Alhamdulillah, setelah menabung bertahun-tahun akhirnya terbeli juga ponsel dengan kamera beresolusi tinggi ini". Jadi sebenarnya mereka mau sombong tapi kenyataannya cuma bisa beli ponsel baru dan bukannya kendaraan mewah. It's okay, asal mereka tidak mengajak Rafael terlibat pemotretan konyol itu.
Satu menit ... dua menit ... tiga menit ...
Rafael tak melepaskan pandangan dari ruangan pribadinya yang berdinding kaca di lantai dua PT. NUSADUA , sebuah perusahaan manufacture yang menduduki peringkat ketiga di Indonesia versi majalah Forbes edisi bulan Oktober 2016. Dia penasaran dengan apa yang dipikirkan gadis itu. Juga apa yang menahannya hingga betah berlama-lama di tempat yang sama.
Perasaan Rafael menjadi tidak enak. Dia bergegas melangkahkan kaki dan menuruni tangga menuju lantai dasar. Membalas sapaan receptionist di lobby kemudian mengangguk ramah ketika security berseragam safari membawa telapak tangan kanan ke pelipisnya sebelum membukakan pintu kaca untuk Rafael.
"Siapa kamu?" tanya Rafael setelah berada dalam jarak yang cukup dekat dengan si gadis.
Gadis yang disapa mendongak dan berdiri tegak juga-tegang. Dia terlihat kikuk dipelototi Rafael dengan cara seperti itu.
"Saya?" Gadis itu menunjuk hidungnya. "Saya hanya kebetulan ada di sini," dalihnya tanpa dosa sambil menggaruk kepala.
Rafael mengerutkan kening. "Kebetulan macam apa yang membuatmu berada di sini?"
"Itu ...," Gadis itu terbata sambil berjalan mendekati Rafael, "sebenarnya saya tadi mengantar pesanan makanan salah satu karyawan di kantor ini, dan ..."
"Sudah bukan rahasia umum bahwa orang berseragam sepertimu adalah tukang ojek. Jadi untuk apa kamu mendekati mobil saya?" Rafael memotong ucapan si gadis itu.
Sementara si gadis hanya menggerutu dalam hati, Orang kaya memang selalu semena-mena. "Tukang ojek adalah profesi yang halal!" tegasnya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan. Apa kamu mencuri sesuatu?" tuduh Rafael spontan setelah tak menemukan alasan apa pun yang masuk akal. Dia fokus mengecek pintu dan kaca yang utuh, juga bagian dalam mobil yang masih pada tempatnya.
Gadis yang kesal dengan tuduhan itu tiba-tiba menggulung lengan jaketnya dan menantang Rafael. Dia tidak merasa perlu bersikap sopan menghadapi pria sombong macam ini. "Apa Bapak tahu jika perkataan barusan itu termasuk kategori pencemaran nama baik?!" ujar gadis itu dengan nada meninggi.
"Biar saya kasih tahu bahwa tindakanmu sangat mencurigakan dan saya punya alasan cukup kuat untuk memanggil security!" Rafael bertolak pinggang.
Aneh juga, begitu banyak security di perusahaan ini mengapa tak seorang pun berada di area parkir. Rafael harus memanggil salah satu pimpinan mereka setelah ini untuk meminta klarifikasi. Lihat saja!
"Sepertinya omongan saya harus dibuktikan," lanjut Rafael setelah lawan bicaranya tak bereaksi.
Si gadis mati kutu. Dia tak berkutik dan mencoba mencari cara untuk meloloskan diri dari pria di hadapannya. Kalau sampai pria ini mengetahui apa yang terjadi, maka riwayatnya akan benar-benar tamat hari ini. Ini tidak boleh terjadi, dia belum menikah. Lagipula, ia tidak ingin keturunannya kelak mempunyai "nenek moyang" seorang mantan narapidana.
"Tunggu! Tunggu!" Gadis itu mengangkat kedua tangan mencoba mengulur waktu.
"What?"
Si gadis berjalan mundur mendekati sepeda motornya yang terparkir tepat di samping mobil Rafael.
"Begini ... kita bisa bicara baik-baik, 'kan?" ujarnya seraya meraih helm dan memeluk benda itu untuk menyembunyikan ketegangan.
Rafael tak sedetik pun melepaskan pandangannya. "Siapa yang memberimu ijin parkir di sini? Tempatmu seharusnya di sana!" Rafael menunjuk area parkir tamu khusus sepeda motor. Apa saja yang security kerjakan di tempat ini, gumamnya kesal.
Gadis itu mengikuti arah pandang Rafael. "Jadi saya harus memindahkannya ke sana?"
"Menurutmu?"
Si gadis menghela napas. Dia sudah mengenakan helm dan memasukkan kunci bersiap untuk pergi.
"Sebaiknya saya memindahkan motor ini ke tempat lain," ujarnya sambil menyalakan mesin dan menarik gas, meninggalkan suara berisik dan asap knalpot yang tak bersahabat.
"Hey! Urusan kita belum selesai!" teriak Rafael sambil terbatuk.
"Semoga kita tidak bertemu lagi!" sahut sang gadis sambil melambaikan tangan asal.
Rafael benar-benar kesal karena ditipu oleh seorang gadis tukang ojek di siang bolong seperti sekarang ini. Tapi biarlah, dia memang tak ingin berurusan dengan gadis miskin macam itu. Sangat merepotkan.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tiba-tiba seorang security berwajah lugu muncul di hadapannya bak pahlawan kesiangan-persis karakter polisi di salah satu film laga yang sering datang terlambat.
Tidak berguna! Sepertinya dia pegawai baru yang butuh lebih banyak pengalaman dalam menghadapi amukanku, gerutu Rafael.
Rafael menggeleng enggan. "Saya hanya sedang memastikan sesuatu," ujarnya menerawang menatap sisa asap knalpot motor dan pemiliknya yang berhasil selamat melewati pintu gerbang perusahaan.
Security itu ikut bengong beberapa saat sebelum melotot dan berjalan cepat mendekati mobil Rafael. "Astaga, Pak! Kenapa bisa begini? Bapak kecelakaan di mana? Siapa pelakunya?"
Rafael yang pusing dengan pertanyaan beruntun security memilih berjalan mendekat dan mengikuti arah pandang petugas tersebut.
"Arghhhhhhhhhhhhhhhh!!!" teriaknya sambil mengacak rambut dan menendang ban mobil. "Shitttttttt!!! Apa saja sebenarnya yang kalian lakukan di tempat ini???"
Margarine sudah menjadi minyak goreng ...
****
Terima kasih, ditunggu komentar, kritik, dan mohon dikoreksi jika ada typo. Jangan lupa bintangnya ditinggal :p
It's me,
Arungi Samudera

KAMU SEDANG MEMBACA
OJEK CINTA
RomansaRafael tidak pernah ingin berurusan dengan orang miskin, apalagi membuat kesepakatan dengan salah seorang gadis dari kalangan itu. Tapi sebuah kondisi membuat hal mustahil tersebut menjadi masuk akal. Dan ketika sesuatu yang tak diharapkan itu tumbu...