23

11.4K 1K 96
                                    

Hari ini di sekolah, Ali disuguhkan pemandangan yang berbeda. Sedari pagi ia tidak melihat kehadiran Prilly. Ketika ia akan menanyakan Prilly kepada Aya, Aya akan langsung menghindari Ali dan menjauhinya.

Ali memikirkan kata-kata Prilly kemarin ketika mereka bertengkar di kalah hujan deras. Ali sempat memikirkan semua perkataan Prilly. Tapi rasa percaya dirinya kepada Abel membuat Ali ragu dengan semua yang dikatakan oleh Prilly. Namun tidak dipungkiri jika hatinya ikut sakit melihat gadis yang dicintainya terluka karena perlakuannya.

Saat pulang sekolah, Ali sengaja menghalangi jalan Aya dan Baja. Aya yang sudah terlihat sangat emosi kepada Ali langsung memasang wajah juteknya. Ingin rasanya ia marah kepada Ali tapi Baja menahan nya dan terus menenangkan Aya.

"Ada apa lagi sih lo menghalangi jalan kita?" tanya Aya geram.

Baja mengelus lengan Aya, "Ay tahan emosi kamu."

"Gimana aku bisa menahan emosi aku? Sedangkan orang yang udah menyakiti sahabat aku ada di depan mata aku." Aya melirik sinis ke arah Ali.

"Gue tau gue salah. Gue tau gue udah menyakiti Prilly. Tapi ini hanya kesalah pahaman aja Ay. Lo percaya sama gue, sebenernya Abel baik. Dia ngga mungkin merusak hubungan gue sama Prilly." Ali menjelaskan semuanya kepada Aya dan Baja.

Aya dan Baja memang sudah mengetahui perihal hubungan Ali dan Prilly. Prilly sudah menceritakan semuanya kepada mereka berdua. Bahkan Baja sempat emosi dan ingin mendatangi Ali ke rumahnya untuk menyadarkan Ali bagaimana busuknya Abel. Namun Prilly menghalanginya.

Sebenarnya Prilly tidak menginginkan hubungannya dengan Ali berakhir begitu saja. Namun sebarapa kuat usaha nya, tetap saja Ali masih mempercayai Abel. Aya pun ikut tersulut emosi. Semalaman Aya menenangkan Prilly yang terus saja menangis. Bahkan Aya rela tidur 2 jam hanya untuk menemani Prilly.

Bagi Aya dan Baja, Prilly adalah sahabat terbaik mereka. Walaupun terkadang Prilly sangat teramat cuek pada mereka, namun mereka tahu jika Prilly merupakan sosok wanita yang sangat baik. Bagaimanapun cuek dan juteknya Prilly, namun dia tetap wanita yang jika tersakiti ia akan menangis.

"Jadi lo masih aja bela si manja perusak suasana itu hah?!" tanya Aya dengan sorot mata yang menusuk.

"Ay, gue udah jelasin sama lo kalo dia ngga seburuk apa yang kalian pikir."

"Li udah lah. Lo itu terlalu mempercayai dia. Buka mata dan hati lo. Sampai kapan lo menutup semua nya? Jangan sampai ketika lo kehilangan sesuatu yang berharga di hidup lo, lo baru sadar dan menyesali semuanya."

"Maksud lo apa Ja ngomong kaya gitu?"

Baja tersenyum simpul, "gue ngga bermaksud menceramahi lo. Lebih baik lo cerna semua ucapan gue sebelum penyesalan itu datang terlambat."

"Gue ngga habis pikir sama kalian berdua, apa yang membuat kalian begitu benci sama Abel?"

"Lo pikir pakai otak lo!" tunjuk Baja pada Ali, "Ay, aku duluan ke parkiran. Aku tunggu kamu disana."

Baja meninggalkan Aya dan Ali berdua. Nafas Aya terlihat memburu. Lalu Aya menarik nafasnya dan membuangnya perlahan-lahan.

"Ay, kasih tau Prilly kemana? Kenapa dia ngga masuk sekolah?" tanya Ali memelas.

"Lo masih peduli sama sahabat gue?"

"Lo ko malah balik nanya sih Ay? Bukannya jawab pertanyaan gue," tukas Ali.

"Emang jawaban gue penting buat lo?"

"Iyalah, Prilly itu cewe gue. Wajar lah gue nanyain dia."

Aya bersedekap dada lalu memainkan kuku-kukunya, "emang lo masih punya status sama dia? Setau gue lo sama dia udah putus."

Cerita Cinta SMA {CCS Sesi 1}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang