Kalea mengendap-endap masuk ke dalam rumahnya yang gelap gulita. Jam dinding di ruang tengah telah menunjukkan pukul 00.00 WIB.
Langkah gadis itu terhenti di depan sebuah pintu kamar yang tertutup rapat. Bahunya turun, ia menunduk. "Maaf, Ma...," lirih Kalea. Baru saja akan melanjutkan langkahnya, tiba-tiba pundaknya ada yang menyentuh.
Kalea menoleh pelan ke belakang.
Dan....
"HWAAAAA...."
***
Setelah berteriak super kencang penuh kehisterisan, kini Kalea terduduk di ruang tamu dengan kepala tertunduk dalam. Gadis berusia 20 tahun itu mencuri pandang ke arah depan.
Di sana, sudah duduk sang Mama dengan mode siap memarahi––tangan terlipat di dada dan tatapan mata yang tajam. Di tambah penggunaan masker wajah, membuat Kalea semakin mengkerut di tempat.
"Kamu tuh bener-bener yah, Le! Bikin Mama khawatir. Kamu itu perempuan, nggak baik pergi tanpa izin. Pulang jam segini, apa kata orang-orang, hah?!"
Kalea semakin menunduk.
"Kata Dona, kamu pergi ke konser, bener itu?"
Dengan takut, Kalea mengangguk.
Mama menghela napas, menatap anak semata wayangnya, kecewa. "Mau sampai kapan kamu kaya gini terus... nge-fans sama band yang nggak jelas itu?!"
"The Kings, Maa... bukan nggak jelas," ujar Kalea, ketus. Tidak ada yang boleh menghina band kesayangannya, termasuk Mamanya sendiri.
"Terserah! Mau The Kings kek, The Kongs kek, Kingkong sekalian, Mama nggak peduli! Gara-gara band itu, kuliah kamu jadi molor. Kamu ikut ke mana pun mereka pergi. Jangan-jangan... kemarin kamu ke Bali pake uang kuliah yah?"
Kalea terdiam.
"Jawab Kalea Samara!"
Kalea terperanjat. "Ma-maaf Maa...."
"Ya ampun...." Mama mendesah. Wanita berusia 44 tahun itu melepaskan maskernya. Percuma ia melakukan perawatan agar tak ada kerutan di wajah jika memiliki anak seperti Kalea. Susah diatur. "Kalau Papa kamu masih ada, pasti kamu udah diusir. Ihh... greget Mama! Bisa-bisa Papa kamu ngedatengin Mama, terus ngajakin Mama buat ikut sama dia, mau kamu?"
Kalea melotot. "Yah-yah jangan ngomong gitu dong Ma...." Gadis itu merangkak dan memeluk lutut Mama. Sudah cukup ia kehilangan Papa empat tahun lalu karena diabetes. Ia tak ingin ditinggalkan orang yang dicintainya lagi.
"Mama nggak bisa mentolelir sikap kamu lagi. Mama stop uang jajan kamu!"
Kalea mendongak dengan mata terbelalak. "Jangan dong, Ma!"
"Nggak. Keputusan Mama nggak bisa diganggu gugat. Kalau kamu mau dapet uang, kamu kerja di coffee shop." Mama lantas pergi tanpa memedulikan teriakan Kalea.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kings
RomanceMemasuki tahun kelima, The Kings mulai goyah. Satu per satu masalah datang menghampiri para personilnya. Karena kepercayaan yang terlalu tinggi, Kafka si pemimpin, harus kembali merasakan sakitnya dikhianati. Karena ketidakadilan yang selalu didapat...