15. Hari Yang Melelahkan

181 16 7
                                    

Kafka menghela napas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kafka menghela napas. Dan itu untuk yang kesekian kalinya. Pemuda itu memiringkan tidurnya dan memeluk guling lebih erat.

Ranjang apartemen yang biasanya membuat dia tenggelam dalam kenyamanan, kini malah membuatnya semakin gelisah. Bahkan, setelah mereka pulang perform--pukul satu dini hari--hingga sekarang--sepuluh pagi, Kafka sama sekali tak memejamkan mata. Untung lah pagi hingga sorenya The Kings tak ada jadwal. Bisa kacau jika ia menyanyi dalam keadaan lelah.

Lelah fisik maupun batin.

"Rachel mau balik."

"Rachel mau balik."

"Rachel mau balik."

Ucapan Illias terus saja tergiang di telinganya. Dan kali ini, bukan hanya menghela napas, tetapi Kafka langsung bangun, terduduk.

"Brengsek!" umpatnya pelan.

Dari yang ia curi dengar--saat Illias bercerita kepada Nata dan Gamea, adik dari Boy Sembara itu akan pulang satu minggu lagi. Terhitung dari pesta ulang tahun Boy, berarti besok adalah waktunya.

Jika dulu kepulangan Rachel adalah hal yang paling membuatnya antusias, berbeda dengan sekarang--setelah perbuatan konyolnya. Ia berharap Rachel tak kembali dalam waktu dekat. Setidaknya, sampai gadis itu melupakan kata-kata tak bermutunya.

Kafka menghembuskan napas keras-keras dan mengusap wajahnya yang telah memerah. Ia turun dari ranjang. Mungkin, meminum air dingin bisa mengurangi berat di kepalanya.

Melewati ranjang Nata yang sudah tak ditempati pemiliknya selama dua hari--karena bassis The Kings itu pulang, Kafka keluar kamar lalu menuruni tangga yang langsung membawanya ke ruang tengah.

Melewati ranjang Nata yang sudah tak ditempati pemiliknya selama dua hari--karena bassis The Kings itu pulang, Kafka keluar kamar lalu menuruni tangga yang langsung membawanya ke ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kafka mendengus melihat Gamea yang tegeletak di depan televisi dengan stick PS yang masih digenggamnya. Beberapa bungkus makanan ringan dan minuman soda yang telah kosong berserakan di dekat drumer The Kings itu.

Tanpa rasa bersalah, Kafka melangkahi Gamea menuju dapur. Pemuda itu mengambil sebotol air di dalam lemari es dan menghempaskan diri di meja makan.

The KingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang