Kalea menatap pantulan dirinya di cermin. Hari ini adalah hari senin. Hari paling bersejarah dalam hidupnya. Hari paling mendebarkan setelah pengumuman hasil ujian masuk universitas.
Ia akan melakukan wawancara.
Wawancara dengan Sara, manager satu-satunya di Indonesia yang memiliki ribuan penggemar, khususnya laki-laki.
Kalea menghembuskan napas keras-keras, mencoba menenangkan diri. Belum apa-apa telapak tangannya telah basah oleh keringat.
Gadis berambut sebahu itu menengadahkan kedua tangannya dan memejamkan mata. Semoga hari ini bisa berjalan dengan lancar dan ia bisa diterima menjadi asisten The Kings. Syukur-syukur salah satu dari mereka bisa menjadi jodohnya. Amin.
Kalea terkikik. Geli sendiri dengan do'a yang dipanjatkannya. Gadis itu membuka matanya dan kembali memperhatikan penampilannya yang sebenarnya tak lazim untuk orang yang akan melakukan wawancara kerja--ia mengenakan sebuah long sleeve mini dress berwarna krem dan memakai make up yang sedikit lebih tebal dari biasanya, juga sebuah high heels lima sentimeter senada dress--sebelum keluar kamar.
Salah satu kunci keberhasilan adalah do'a dari orang tua.
Langkah kaki Kalea terhenti tepat saat ia menutup pintu kamar. Matanya menatap sendu pada Mama yang tengah berjongkok di ruang tengah sambil memberi makan Do, Re, Mi, Fa dan Sol.
Setelah menceritakan apa yang menyebabkan dirinya seperti orang kerasukan di ILD, raut khawatir Mama langsung berubah menjadi datar dan wanita itu segera kembali ke dapur tanpa mengatakan sepatah kata apa pun. Hingga sekarang.
Kalea menghela napas. Ia tau Mama marah. Apa pun yang berhubungan dengan The Kings, pasti membuat Mama naik darah. Padahal apa salah keempat pemuda tampan berbakat itu?
Ia tidak ingin menjadi anak durhaka, tapi ia juga tidak bisa membatalkan niatnya untuk menjadi asisten The Kings.
Pencapaian tertinggi seorang fans, adalah selalu bisa berada dekat dengan idolanya setiap hari. Jadi jika ada kesempatan untuk meraihnya, kenapa tidak diambil?!
Kalea berjalan dengan ragu mendekati Mama. "Ma...."
Mama menoleh. Tatapannya kepada Kalea membuat gadis itu menunduk. "Kalea pergi dulu." Bahkan suaranya terdengar mencicit.
Hening. Tak ada jawaban, hanya terdengar eongan kelima kucing.
Dari balik bulu matanya, Kalea bisa melihat Mama malah mengalihkan pandangan dan mengelus-elus leher Do, kucing kampung berbulu belang.
"Ka---"
"Untuk pertamakalinya... Mama kecewa sama kamu, Le."
Kalea semakin menundukkan kepala dan menelan ludahnya. Ternyata Mama bukan hanya sekedar marah, tapi sangat-sangat marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kings
RomanceMemasuki tahun kelima, The Kings mulai goyah. Satu per satu masalah datang menghampiri para personilnya. Karena kepercayaan yang terlalu tinggi, Kafka si pemimpin, harus kembali merasakan sakitnya dikhianati. Karena ketidakadilan yang selalu didapat...