Brak.
Sara membanting sebuah majalah di hadapan anak-anak The Kings dan Kalea. Kelimanya tengah duduk membentuk formasi setengah lingkaran di kantor wanita itu.
Di cover majalah tersebut, terpampang foto Kafka dan Kalea dengan judul 'Ada Apa dengan Toilet, Vokalis The Kings, dan Dara Cantik?'
Boy yang berdiri bersandar di sudut ruangan, menggeleng-gelengkan kepala. Baru kemarin ia menasihati The Kings, kini mereka––khususnya Kafka––kembali berulah.
Sara kembali ke mejanya dan mendudukkan diri. Wanita itu menghela napas berat. Ia merasa kecolongan.
Kemarin, setelah mewawancarai Kalea, delapan wartawan dari empat redaksi majalah datang meminta mewawancarai The Kings soal kesuksesan baru mereka, namun bencana tak terduga muncul. Tepat saat rombongan para wartawan berjalan di depan toilet, saat itu juga Kafka dan Kalea keluar.
Heran, kenapa para wartawan itu begitu cepat mengambil gambar.
Untunglah––setelah negosiasi alot––dua dari empat majalah itu bisa diajak kerjasama, dan yang satunya adalah redaksi milik teman kuliahnya dulu. Jadi dengan mantra 'Kita kan temen', temannya itu setuju untuk menghapus foto Kafka dan Kalea. Tapi majalah satunya lagi, awalnya mereka setuju tidak mempublikasikan foto Kafka dan Kalea, namun nyatanya?
Ditambah mereka adalah majalah baru dan berita ini berhasil menaikkan pamor mereka.
Sara melirik tajam Kalea yang sejak tadi menundukkan kepala. Belum apa-apa sudah membuat ulah!
Gamea menyenggol lengan Kafka saat melihat tatapan maut Sara. Kafka hanya mengendikkan bahu, masa bodo.
Sejak berita itu mencuat, Pemuda itu tetap tenang. Emangnya ada apa dengan dirinya, toilet, dan si asisten baru itu, pikir Kafka. Media terlalu berlebihan.
Nata mengambil majalah tersebut dan memperhatikannya dengan serius. "Pengambilan angle-nya jelek," celetuknya.
Semua orang langsung menatapnya.
"Apaan sih, lo Nat! Bikin suasana makin kacau aja." Gamea menyenggolnya dan merebut majalah tersebut.
"Coba gue liat. Iyuh... Kaf, wajah lo berminyak. Nggak oke."
Nata menoyor kepala Gamea.
Illias menahan tawa.
"Dan lo juga, siapa nam––Oh iya Lea, rambut lo harusnya berantakan, dress lo juga harusnya robek, biar dramatis," tambah Gamea.
Kalea melongo. "Tapi gu––" Belum sempat Kalea bercerita, Kafka langsung menyerobot dengan kata-kata yang membuat seisi ruangan riuh karena teriakan Gamea.
"Jelas nggak berantakan lah, orang kita mainnya rapi. Iya, nggak?" Kafka menatap Kalea yang megap-megap di tempat lalu mengedipkan sebelah matanya kepada gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kings
RomanceMemasuki tahun kelima, The Kings mulai goyah. Satu per satu masalah datang menghampiri para personilnya. Karena kepercayaan yang terlalu tinggi, Kafka si pemimpin, harus kembali merasakan sakitnya dikhianati. Karena ketidakadilan yang selalu didapat...