"Hari ini aku bener-bener seneng... banget. Makasih, yah, Kaf," ucap Rachel.
Kafka mengangguk sambil memberikan senyuman yang nampak tak dari hati itu. Melihatnya, Rachel mengerutkan kening. "Kenapa?"
"Hm?"
"Kamu, kok, tiba-tiba jadi aneh setelah kita keluar dari restoran. Kenapa?"
Kafka menghela napas dan menghentikan langkahnya. Rachel mengikuti vokalis The Kings itu. Lorong apartemen yang sepi membuat Rachel canggung di bawah tatapan Kafka.
"Aku khawatir sama Sina," aku Kafka.
Alis Rachel terangkat.
"Kamu dengerkan waiters tadi?! Dia bilang, semalam Sina makan malam sama Gamea!"
"Terus? Masalahnya?"
"Kamu tau kan gimana Gamea? Aku takut Sina terluka."
Rachel mengambil tangan Kafka yang entah sejak kapan telah mengepal. Gadis itu menggenggamnya dengan kedua tangan. "Gamea nggak mungkin nyakitin Sina. Kita semua udah kayak keluarga. Percaya sama aku."
Kafka kembali menghela napas dan menarik tangannya. "Maaf, untuk yang satu ini aku nggak sependapat sama kamu."
Setelahnya, Kafka kembali melangkah, dengan langkah yang cepat. Ia ingin segera memberi peringatan pada Gamea.
Rachel menggeleng dan segera menyusul Kafka.
***
"Gamea mana?" tanya Kafka pada Illias yang berdiri di depan kompor. Pemuda kelahiran sembilan november itu menunjuk pada balkon yang terbuka.
Kafka bergegas ke sana.
Illias menoleh ke belakang saat mendengar pintu apartemen yang tertutup. "Oh, Rachel!" serunya girang, ia benar-benar tak tahu bahwa gadisnya itu akan datang.
Rachel tersentak. "Oh-he-hei! Kamu udah pulang?" Gadis itu menaruh bingkisan yang ditentengnya ke atas meja makan lalu menghampiri Illias.
"Iya, hanya beberapa scene aja hari ini."
"Oh... kamu lagi masak ap-Mie! Ya ampun Illias... itu nggak baik buat perut kamu!" pekik Rachel. Kekasihnya itu pernah terserang maag.
Illias tersenyum lalu mendekati Rachel. Ia membungkuk, menyamakan pandangannya dengan gadis itu. "Aku makan kamu boleh?"
"Huh?"
Tanpa diduga, Illias mendudukkan Rachel ke atas table top dan menarik tengkuknya.
Suara klik kompor yang dimatikan, terdengar bersamaan dengan bibir mereka yang bertaut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kings
RomanceMemasuki tahun kelima, The Kings mulai goyah. Satu per satu masalah datang menghampiri para personilnya. Karena kepercayaan yang terlalu tinggi, Kafka si pemimpin, harus kembali merasakan sakitnya dikhianati. Karena ketidakadilan yang selalu didapat...