"Cielah... Kafka!" celetuk Gamea ketika melihat postingan instagram King and Queen Bridal. "Biasanya anak ini nggak mau jadi model nyokapnya.""Kan sama Rachel, beda...," tanggap Nata sambil terus fokus mengedit lagunya. Sampai hari ini, penggarapan albumnya belum juga selesai. Ia belum berhasil membuat lagu utama, padahal deathline sudah di depan mata.
"Yang pacaran siapa... yang go public siapa! Kasian Illias."
"Kenapa gue?"
Gamea tersentak. Ia mengangkat kepalanya yang sejak tadi terkulai di lengan sofa.
"Hidup lo, sial!"
"Hidup lo, juga! Dasar otak selangkangan! " balas Illias sambil mengambil tempat di samping Gamea.
"Salahin nyokap gue, lah!"
Gamea beringsut bangun. Drummer The Kings itu menunjukkan postingan instagram King and Queen Bridal itu pada Illias.
"Harusnya elo yang jadi model cowoknya!"
Bahu Illias mengendik. "Ya, gimana, pas Tante Risma minta gue buat jadi modelnya, jadwal gue padet."
Gamea mencebik. Matanya bergulir pada Nata. "Nat, gimana? Lo belum jawab pertanyaan gue tadi!"
"Apaan?" Nata menoleh sekilas.
"Ke club! Udah lama gue nggak ke sana. Bosen gue sama si rata terus... yuk!"
Sontak, Nata dan Illias kompak menoleh.
Gamea meringis. Ingin sekali ia membenturkan kepalanya. Mulutnya benar-benar berbahaya. Semoga Illias dan Nata tak menanyakan siapa si rata itu.
"Lo pacaran?" tanya Nata.
Gamea berdecih. "Lo tau sendiri Nat, komitmen adalah kata yang haram buat gue! Mana mungkin gue pacaran! Iya kan, Yas?!"
"Nada tinggi lo malah ngasih jawaban lain, Me," jawab Illias disertai cengiran geli saat Gamea menghela napas. Handphone Illias berdenting dan gitaris The Kings itu segera memeriksanya.
Pintu studio mengayun, Kafka masuk dengan wajah merengut.
"Kenapa lo?" tanya Gamea. Hatinya berbunga karena pembahasan dirinya tak lagi berlanjut.
"Nggak usah ditanya, paling ribut lagi sama Kalea!" celetuk Nata.
"Kesel nggak sih, lo, disuruh bawa barang-barang sendiri?! Adanya asisten buat apa coba? Sok-sok-an dipanggil Sara! Bilang aja males!" oceh Kafka penuh emosi. Vokalis The Kings itu melirik sahabat-sahabatnya saat ia tak mendapatkan respon apa pun.
Nata asik menenggak air mineral. Entah itu botol keberapa. Begitu banyak botol air mineral kosong berserakan di dekatnya. Sedangkan Gamea dan Illias tampak serius dengan handphone masing-masing.
Melalui ekor matanya Kafka melihat layar handphone Illias. Keningnya mengerut mengetahui dengan siapa Illias berbalas pesan.
Rachel.
Rachel memang telah sadar. Namun, dalam masa pemulihan, bahkan gadis itu di bawa ke Singapura tadi pagi-setelah Kafka membujuk gadis itu berkali-kali untuk kembali melakukan pengobatan. Boy memiliki seorang kenalan onkolog di rumah sakit ternama di sana. Tidak mungkin gadis itu memiliki waktu untuk berbalas pesan. Bahkan mengirimi Illias foto es krim potong khas negara singa tersebut.
"Rachel di mana?" tanya Kafka.
"Oh... dia di singapur, temennya ada yang ultah di sana."
Kafka mengangguk-angguk namun, sebenarnya tak mengerti dengan anomali yang terjadi ini.
Kafka kembali melirik Illias, rasa bersalah merayapi dirinya. Haruskah ia melanggar janjinya pada Rachel dan Boy?
Pintu studio kembali terbuka. Kepala Kalea menyembul. "Ayo guys! Set udah rapi," ujar gadis itu.
Bola mata Kafka berputar. Pemotretan di tengah hari yang terik.
***
"Oke! Istirahat dulu sepuluh menit!" seru fotografer.
Kafka mengibas-ngibaskan kerah bajunya. Begitu juga dengan para personil lain. Hari ini matahari benar-benar tak bersahabat.
Kafka bertolak pinggang dan berteriak. "KALEA! MANA MINUM?"
"Iya bentar in-KAFKA...
AWAS!!"
Kafka membelalak.
Semuanya terjadi begitu cepat saat Kalea mendorong dirinya dan sebuah pot jatuh tepat mengenai gadis itu.
Kafka terjerembab. Vokalis The Kings itu terpaku dengan wajah pucat pasi.
Kalea tergeletak dengan pecahan pot berserakan di dekatnya.
Dan saat orang-orang disekitarnya gaduh, barulah Kafka tersadar dan langsung meraih tubuh Kalea.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kings
RomanceMemasuki tahun kelima, The Kings mulai goyah. Satu per satu masalah datang menghampiri para personilnya. Karena kepercayaan yang terlalu tinggi, Kafka si pemimpin, harus kembali merasakan sakitnya dikhianati. Karena ketidakadilan yang selalu didapat...