Kalea menghela napas dan menjatuhkan diri ke tempat tidur. Hari ini adalah hari yang panjang dan melelahkan. Tapi meski begitu... selalu ada hikmah di balik setiap kejadian.
Sikap Mama sedikit mencair kepadanya.
Saat pulang tadi, Mama langsung berdiri dari duduknya di kursi beranda. Wanita itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca--memangnya ibu mana yang tidak sedih saat buah hatinya dipermalukan di depan umum, satu Indonesia, bahkan negara tetangga. Tanpa ba-bi-bu Kalea langsung menghambur memeluk Mama dan dibalas oleh wanita itu. Meski setelah itu Mama kembali cuek, tapi Kalea tetap merasa dadanya diselimuti kehangatan.
Kalea merogoh saku celananya, mengambil handphone. Ia menatap benda persegi berwarna putih itu.
Menurut tim media sosial Muse Entertainment, divisi tempat Evan bernaung, gosip antara dirinya dan Kafka mulai mereda, tapi Kalea masih tak berani menjelajahi dunia maya, maupun menonton televisi.
Tining.
Sebuah pesan masuk.
Kening gadis itu mengerut, mengetahui siapa yang mengiriminya pesan, dan semakin mengerut setelah membaca isi pesan tersebut.
Dari : Illias
Le, gue di depan rumah lo, cepet ke sini.
Kalea segera bangun dari tidurnya dan kembali memakai sepatunya yang teronggok di dekat pintu, lalu berlari kecil ke luar. Ada apa Illias malam-malam––meskipun baru pukul 19.00 WIB––ke rumahnya?
"Mah! Kalea keluar dulu bentar!" teriak Kalea pada Mama yang tengah berkutat di dapur.
Di bawah lampu jalan, terparkir sebuah Camaro putih, yang Kalea tau itu mobil Illias.
Kalea berjalan ke arah mobil tersebut dan mengetuk pelan kaca mobil dengan wajah melongok ke dalam.
Illias yang awalnya terpaku pada handphone, langsung melihat ke arah Kalea. Dia tersenyum manis lalu membukakan pintu penumpang. "Masuk, Le!"
Dengan canggung, Kalea masuk dan duduk di samping Illias. "Ada apa?" tanya Kalea
"Gue mau minta anter."
"Ke?"
"Adalah... entar juga lo tau. Biasanya Sara yang nganter gue, cuman dia nggak bisa. Di kantor lagi ribet banget. Nih, pake! Biar nggak ada gosip lagi."
Illias menyodorkan sebuah paper bag sambil terkikik geli.
Kalea memutar kedua bola matanya dan merebut paper bag tersebut. Di dalamnya, terdapat sebuah hoodie, kacamata, dan masker yang semuanya berwarna hitam.
Kalea menatap Illias dengan alis terangkat. "Serius, gue harus pake ini?"
Illias mengangguk.
Bahu Kalea merosot. "Fix! Untuk kedua kalinya, gue kaya penjahat. Lo tau, waktu gue beli nasi padang buat kalian, gue juga pake kaya ginian. Padahal gue asisten kalian, harusnya nggak nyamar pun nggak apa-apa, iya kan? My Queen juga udah pada tau," gerutu Kalea yang berhasil membuat Illias tertawa. Ekspresi gadis itu sangat lucu dan menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kings
RomanceMemasuki tahun kelima, The Kings mulai goyah. Satu per satu masalah datang menghampiri para personilnya. Karena kepercayaan yang terlalu tinggi, Kafka si pemimpin, harus kembali merasakan sakitnya dikhianati. Karena ketidakadilan yang selalu didapat...