21. The Secret

81 14 7
                                    

"Kenapa, lo? Sakit?" tanya Kafka menyentuh kening Sina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa, lo? Sakit?" tanya Kafka menyentuh kening Sina. Ia heran melihat Sina yang biasanya sibuk dengan handphone, kali ini hanya berdiam diri. Lebih tepatnya, melamun. Nasi goreng buatan Mbok Umi pun sama sekali tak tersentuh.

"Nggak," desah Sina yang diangguki oleh Kafka. Suhu tubuh adiknya itu memang normal-normal saja.

"Terus kenapa? Tumben lo ngelamun, kayak orang kebelit hutang." Kafka mengambil tempat duduk di depan Sina, membalik piring dan mengambil dua centong nasi goreng serta dada ayam.

"Sina cuma capek. Tugas kuliah banyak banget," ucap Sina pelan dan ia terlalu malas menanggapi Kafka. Entah ini kebohongannya yang keberapa sejak kemarin. Tak mungkin kan ia mengatakan yang sebenarnya?

Kafka berdecih. "Lo, tuh, yah! Gitu aja ngeluh. Gimana jadi gue?"

Sina mendengus.

"Tumben juga lo pake turtleneck? Biasanya juga pake tank top, crop top, dan yang kebuka lainnya." Nada tak suka begitu kental saat Kafka mengucapkan kata 'kebuka'.

Sina memutar kedua bola matanya. Bukan urusan Kafka mengurusi gaya berpakaiannya.

"Dingin," dusta gadis itu lagi. Bisa mati berdiri jika Kafka tau apa yang disembunyikan di balik bajunya ini.

"Kata Mami, lo nginep di rumah temen lo semalam. Lo nggak bohong kan?" selidik Kafka. Matanya memicing tajam pada Sina.

"Nggak! Kalau nggak percaya telepon aja Ellen!"

Kafka manggut-manggut. "Gue percaya sama lo, Dek." Lalu segera menyantap sarapannya.

Bibir Sina terkatup rapat. Kata-kata Kafka benar-benar menampar dirinya. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Kafka jika tahu kepercayaannya itu telah dikhianati.

Sina berkedip cepat, mencoba menghalau air mata yang mendesak keluar. Namun, bayangan wajah kecewa kedua orangtuanya malah semakin memparah keadaan.

Buru-buru Sina menyeka bulir air matanya yang jatuh.

Tidak, tidak, Sina tidak boleh terus-terusan merasa bersalah seperti ini. Toh, tidur bersama tanpa ikatan pernikahan sudah menjadi hal biasa di jaman sekarang kan? Bahkan, hanya segelintir teman-temannya yang mempertahankan kesuciannya.

Ya, Sina hanya perlu membiasakan diri. Sudah terlambat untuk menyesali. Dan tak akan ada wajah kecewa jika rahasia ini tetap tersimpan rapat bukan?

 Dan tak akan ada wajah kecewa jika rahasia ini tetap tersimpan rapat bukan?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The KingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang