Kaki Kafka tak berhenti bergerak. Tangannya yang dingin dan gemetar saling meremas. Ritme jantungnya juga tak juga kunjung turun.
Illias berkali-kali melirik pintu UGD sambil terus merangkul bahu Kafka, berharap dapat memberikan sedikit ketenangan pada sahabatnya itu, sedangkan Sara berjalan bolak-balik di depannya. Perempuan itu juga tengah menunggu kabar dari pihak keamanan Muse. Benarkah ini kecelakaan biasa? Atau ada yang sengaja melakukannya?
"Gue sih, yakin, ini bukan kecelakaan. Di atas sana, sama sekali nggak ada pot!" papar Gamea yang duduk di sebelah Illias.
Dalam hati, Kafka mengiyakan ucapan Gamea. Teror kepada dirinya ternyata semakin lama semakin brutal.
Kafka kembali melirik pintu UGD. Kenapa dokter yang menangani Kalea belum juga keluar. Apa akibat kecelakaan tadi begitu parah? Kalea benar-benar bodoh! Kenapa gadis itu malah menolong dirinya?
Benar-benar bodoh!
"Kalau bener ini disengaja, apa pelakunya sama, kayak yang neror Illias?" tanya Nata yang sejak tadi bersandar di salah satu tiang dengan tangan bersedekap.
"Nggak mungkin!" tukas Sara.
Itu nggak mungkin! timpal Kafka dalam hati.
"Nggak sembarang orang punya akses buat masuk ke gedung!" terang Sara, mengingat betapa ketatnya perijinan untuk tamu.
Bola mata Gamea berputar. Mana ada orang yang ingin berbuat jahat datang melewati keamanan!
Dan yang neror gue laki-laki bukan perempuan! tambah Kafka, namun di dalam hati.
"Lo yakin nggak mau investigasi resmi? Lo hampir celaka, Kaf." Sara berjongkok di hadapan Kafka. Meraih tangan vokalis The Kings itu. Meski anak-anak The Kings menyebalkan, tapi mereka telah Sara anggap adik.
Kafka mengangguk. Tenggorokannya begitu kering hingga tak mampu mengucapkan apapun.
Pintu UGD terbuka. Kafka langsung berdiri dan menerjang dokter dengan pertanyaan. "Gimana keadaan temen saya, Dok? Dia baik-baik aja kan? Iya kan?"
Semua orang memasang telinga baik-baik. Illias, Gamea dan Sara ikut berdiri.
"Pasien mengalami cedera ringan di kepala bagian belakang. Untuk beberapa saat kedepan, kita akan melakukan observasi sejauh mana perkembangan gejala yang dialami. Sekarang pasien sudah sadar. Sudah boleh dijenguk, tapi hanya satu orang saja."
"Saya!"
Mulut Kafka kembali terkatup. Baru saja ia ingin melontarkan kata tersebut. Namun, sebuah suara dari arah belakang lebih dulu mengucapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kings
RomanceMemasuki tahun kelima, The Kings mulai goyah. Satu per satu masalah datang menghampiri para personilnya. Karena kepercayaan yang terlalu tinggi, Kafka si pemimpin, harus kembali merasakan sakitnya dikhianati. Karena ketidakadilan yang selalu didapat...