Hari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang ratarata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yang berkepandaian cukup tinggi .
Tentu saja berkelebatnya bayangan-bayangan itu segera diketahui para murid Perguruan Tangan Sakti yang bermarkas di sana. Maka murid-murid itupun segera memberitahukan hal tersebut kepada kakak seperguruan mereka.
Ketika berita itu sampai di telinga tiga orang kakak seperguruan mereka yang bernama Seta, Satria dan Mega, tokoh-tokoh yang berdatangan itu sudah tiba di depan pintu gerbang Perguruan Tangan Sakti yang cukup luas. Sedangkan para murid Perguruan Tangan Sakti yang bertugas jaga di sana hanya mengawasi dengan sikap waspada.
"Wanayasa, keluar kau! Serahkan Pedang Bintang itu!" teriak salah seorang yang datang itu.
"Benar, serahkanlah pedang itu !" sambung yang lain."Cepat, Wanayasa! Kalau tidak, jangan salahkan kalau aku terpaksa menerobos masuk menggunakan kekerasan!" ancam seorang yang bertubuh tinggi besar, berteriak tak sabar. Tangannya yang besar dan kekar berotot nampak menggenggam sebatang tongkat yang terbuat dari baja putih.
Tokoh itu berjuluk si Kerbau Gila. Seorang tokoh sesat yang terkenal memiliki ilmu kepandaian tinggi dan bertenaga kuat. Apalagi ilmu tongkatnya juga dahsyat. Entah berapa banyak tokoh golongan putih yang mencegah sepak terjang si Kerbau Gila, tewas di tangannya.
Kemenangan demi kemenangan yang diraihnya membuat si Kerbau Gila ini manjadi sombong dan jumawa. Pikirnya, selain datuk-datuk dunia persilatan, tidak ada lagi tokoh yang bisa menandinginya!
Karena keyakinannya yang besar, si Kerbau Gila segera memisahkan diri dari orang-orang yang bersamanya. Dengan langkah lebar sambil menggenggam tongkat, dihampirinya pintu gerbang Perguruan Tangan Sakti.
Tentu saja melihat tindakan si Kerbau Gila itu, tokohtokoh persilatan lainnya menjadi kawatir. Sebab mereka takut kalau-kalau keduluan laki-laki tinggi besar itu.
Maka, begitu si Kerbau Gila ini menghampiri pintu gerbang, mereka segera berbondong-bondong ikut melangkah maju.
Tapi baru beberapa tindak saja, terdengar suara berderak keras disusul bergeraknya pintu gerbang itu. Si Kerbau Gila beserta para tokoh persilatan yang mengikuti di belakangnya, serentak menghentikan langkah. Mereka semua sama-sama memandang ke arah pintu gerbang itu sambil memasang sikap waspada.
Perlahan-lahan pintu gerbang itu terbuka. Dari balik pintunya, muncul belasang sosok yang kemudian dengan gagahnya melangkah ke luar.
Laki-laki tingi besar yang berjuluk si Kerbau Gila itu menatap satu persatu belasan wajah yang berdiri beberapa tombak di hadapannya. Ia mencoba menduga-duga, mana di antara mereka yang bernama Ki Wanayasa.
"Siapa di antara kalian yang bernama Wanayasa?! Majulah! Dan berikan Pedang Bintang itu padaku!" ucap si Kerbau Gila keras dan kasar.
Belum sempat salah satu dari belasan orang itu menyahut, terdengar suara tawa bergelak. Tak lama kemudian, salah seorang dari belasan orang yang berdiri di belakang si Kerbau Gila melesat maju ke depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Dewa Arak - Aji Saka
Tiểu Thuyết ChungHari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yan...