20. Pelarian Istana Hantu

3K 31 0
                                    

1Angin malam yang dingin berhembus meng­gigilkan tulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

1
Angin malam
yang dingin berhembus meng­gigilkan tulang. Malam ini memang lain dengan malam sebelumnya. Langit tampak gelap. Bulan sepotong yang tadi tampak di langit, seakan­akan sudah tidak kuasa lagi untuk me­nampakkan diri. Sang dewi malam kini ber­sembunyi di balik awan tebal yang menghitam dan bergumpal-gumpal.

Glarrr ... !

Suara keras menggelegar terdengar ketika halilintar menyambar, membelah angkasa. Untuk beberapa saat lamanya, suasana di per­mukaan mayapada jadi terang benderang. Dan seiring terdengarnya suara menggelegar itu, titik-titik air mulai berjatuhan ke bumi. Mula­mula turun satu-satu dan lambat. Tapi lama­kelamaan semakin cepat dan banyak. Dan sekarang, benar-benar hujan deras.

Dan ketika halilintar kembali menyambar, suasana di mayapada yang menjadi terang benderang sekelebatan itu menampakkan sesosok tubuh berpakaian serba hitam yang tengah mengendap-endap. Dia baru saja keluar dari dalam sebuah bangunan besar dan megah tapi terlihat tua. Sebuah pagar tembok tua dan tinggi mengelilingi bangunan yang berhalaman hias itu.

Glarrr ... !

Halilintar menyambar kembali, sehingga suasana di bumi menjadi terang benderang sekejap. Maka sosok berpakaian hitam itu terlihat kembali, namun nampak seperti ketakutan. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, baru setelah itu berlari cepat menembus sergapan hujan lebat.

Cepat bukan main gerakan sosok hitam itu ketika bergerak melintasi halaman yang becek karena tersiram hujan. Air berwarna keruh memercik ke sana kemari ketika kakinya menjejak tanah yang tergenang air. Dan masih dalam keadaan berlari, kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi seperti sebelumnya, tidak ada sesuatu yang dilihatnya kecuali kegelapan malam.

Kaki sosok hitam itu terus melangkah. Tak dipedulikan lagi curah hujan yang membasahi tubuh dan pakaiannya. Dia terus saja berlari, dan arahnya jelas menuju ke luar bangunan menyeramkan itu.

Glarrr ... !

Untuk yang kesekian kalinya halilintar menyambar bumi, membuat suasana di persada sesaat terang benderang kembali.

Mendadak langkah sosok hitam ini berhenti. Kalau saja suasana malam tidak gelap, keter­kejutan hebat yang terpancar di wajahnya dapat terlihat. Meskipun begitu, dapat diketahui kalau sosok hitam itu dilanda keterkejutan yang amat sangat. Hal ini ditilik dari langkahnya yang berhenti secara mendadak dan kedua kakinya yang gemetar keras.

Entah kapan dan bagaimana caranya, pada pagar tembok tampak berdiri sambil bersandar sesosok tubuh berpakaian merah menyala. Kedua tangannya bersedakap. Sama sekali tak dihiraukannya hujan yang turun membasahi tubuh dan pakaiannya.

Tapi hanya sesaat sosok tubuh itu terlihat. Begitu sinar terang halilintar lenyap, kembali hanya kegelapan saja yang terlihat oleh sosok tubuh itu.

Belum sempat sosok hitam itu berbuat sesuatu, mendadak suasana di tempat itu jadi agak terang. Dan kali ini ternyata asal sinar terang itu dari sebuah benda sebesar kepalan tangan berwarna putih berkilauan yang dibawa sosok berbaju merah. Kemudian dengan sikap tenang, benda itu digantungkan di lehernya.

Serial Dewa Arak - Aji SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang