Seekor kuda coklat melangkah pelan memasuki Miatasan Desa Rinji yang besar dan ramai. Penunggunya adalah seorang pemuda berbadan kekar, berwajah keras. Alisnya tebal berbentukgolok. Usianya sekitartiga puluhtahun.
Mulut pemuda itu berdecak. Kedua tangannya yang menggenggam tali kekang kuda itu pun digoyang-goyangkan. Jelas pemuda itu memaksa binatang tunggangannya agar terus berjalan.
Kuda coklat itu memang sudah terlihat lelah. Nampaknya binatang itu telah menempuh perjalanan jauh dan melelahkan. Dan itu memang sudah pasti, karena keadaan penunggangnya pun tidak jauh berbeda dengan tunggangannya. Terlihat lelah. Pakaian dan wajahnya kotor berdebu.
Laki-laki berwajah keras itu menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Sepasang alisnya yang tebal berbentuk golok berkerut. Jelas ada sesuatu yang dicarinya. Pandang matanya liar menatap rumah-rumah yang ada di kanan kirinya. Tak dihiraukannya pandang mata keheranan dari pendudukyang melihatnya.
Sepasang alis yang berkerut itu lenyap. Wajah keras itu pun berseri ketika pandangannya tertumbuk pada sebuah bangunan besar dan megah. Bangunan ini berhalaman luas dan terkurung pagar tembok tinggi. Di depan pintu gerbangnya berdiri dengan gagahnya dua orang yang berjaga-jaga dengan sikap waspada.
"Hooop...!"
Laki-laki berwajah keras itu menarik tali kekang kudanya tepat di depan pintu gerbang bangunan mewah dan megah itu. Hanya berjarak tiga tombak di depan kedua penjaga. Tentu saja hal itu membuat ke dua penjaga memperhatikan laki-laki berwajah keras Itu dengan sikap penuh curiga."Hup...!"
Dengan sebuah gerakan yang indah dan manis laki-laki berwajah keras itu melompat dari punggung kudanya. Ringan tanpa suara, kedua kakinya menjejaktanah.
Kemudian sambil memegang tali kekang kuda, dituntunnya binatang itu menuju pintu gerbang. Karuan saja tindakan laki- laki berwajah keras itu membuat penjaga pintu gerbang terkejut. Serentak keduan melangkah menghadang sambil meraba gagang golok masing-masing. Bersiap menghadapi segala kemungkinan.
"Mengapa kalian menghalangi jalanku?!" tanya laki-laki berwajah keras itu. Nada suaranya mengandung teguran.
Kedua penjaga pintu gerbang itu saling berpandangan. Sorot mata mereka jelas menyiratkan kebingungan. Tidak salahkah pendengaran mereka ini?
"Maaf, kalau kami boleh tahu, siapakah Kisanak? Dan apa maksud Kisanak datang kemari?" tanya salah seorang penjaga yang berambut coklat, dengan suara meiendah. Teguran laki- laki berwajah keras itu membuat mereka bersikap hati-hati.
"Kalian tidak mengenalku? O ya, mungkin kalian orang baru di sini. Apakah kalian pernah dengar nama Kanulaga?" laki-laki berwajah keras itu balikbertanya.
Wajah kedua penjaga itu berubah. Mereka sebenamya bukan tergolong orang baru. Sudah sepuluh tahun mereka bekerja pada pemilik bangunan megah dan mewah itu. Sehingga wajar kalau keduanya mengenal semua anggota keluarga majikannya. Memang, keduanya pernah mendengar kalau salah seorang anak majikan mereka yang bernama Kanulaga, pergi mengembara lima belas tahun lalu. Jadi, laki- laki inikah putra sulung pemilik rumah mewah dan megah ini? pikir mereka menduga-duga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Dewa Arak - Aji Saka
General FictionHari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yan...