Burung-burung berkicau riang menyambut datangnya pagi. Angin yang berhembus terasa segar di dada, dan nikmat di kulit. Kabut yang masih menyelimuti Gunung Sawang begitu pekat, sehingga matahari tak kuasa memancarkan sinarnya. Suasana hening dan sunyi menyelimuti sekitar tempat itu. Tapi mendadak....
"Groaaah...!"
Geraman keras menggelegar terdengar memecahkan keheningan pagi itu. Geraman itu jelas keluar dari mulut seorang yang memiliki tenaga dalam amat tinggi. Buktinya, suara itu mampu menggetarkan suasana di sekitarnya.
Dan sumber suara itu ternyata dari dalam perut Gunung Sawang. Di dalam sebuah gua luas yang tertutup rapat oleh batu besar, tampak seorang laki-laki berusia sekitar enam puluh tahun duduk bersila di tanah. Pergelangan kaki dan tangannya dililit gelang-gelang baja tebal dan kuat yang disambung oleh rantai-rantai baja panjang yang juga tebal ke dinding-dinding gua. Menilik dari besarnya, seharusnya gelang-gelang baja dan rantai itu tidak cocok digunakan pada manusia, tapi untuk membelenggu seekor gajah besar yang bertenaga kuat.
"Grrrh...!"
Kembali terdengar geraman keras dari mulut kakek berbaju rompi compang-camping yang sudah tidak jelas lagi warnanya. Dan suara geraman itu lebih mirip raungan seekor binatang buas yang terluka.
Seiring berakhirnya geraman, kakek itu bangkit berdiri. Kemudian kedua tangan dan kakinya yang besar-besar dan berotot, seperti juga tubuhnya yang tinggi besar berotot, bergerak mengejang. Jelas kalau kakek Itu bermaksud membebaskan diri dari belenggu.
Suara bergemeretak keras terdengar ketika dinding gua yang terlihat keras bukan main terbongkar. Sekujur dinding dan atap gua itu bergetar hebat seiring jebolnya dinding tempat rantai baja tertanam. Debu berguguran dan mengepul tinggi ketika dinding gua itu terbongkar.
"Ha ha ha...!"
Kakek tinggi besar itu tertawa tergelak begitu tubuhnya telah terbebas dari pasungan di dinding gua. Luar biasa akibat tawa itu! Seluruh ruangan itu bergetar hebat seperti dilanda gempa. Jelas, tawanya itu didukung oleh pengerahan tenaga dalam tinggi. Dan menilik akibat yang ditimbulkan, jelas sekali kalau tingkat kepandaiannya telah tinggi.
Kakek berompi compang-camping itu terus saja tertawa-tawa, meskipun akibat tawanya telah disaksikannya sendiri. Rupanya dia tengah merasa gembira bukan main.
"Ha ha ha...! Gering Langit..! Kini aku telah bebas! Bebas! Ha ha ha...!"
Sambil terus tertawa-tawa, kakek bertubuh tinggi besar itu memutuskan gelang-gelang baja yang masih melilit pergelangan tangan dan kakinya.
Luar biasa! Kelihatannya, kakek itu sama sekali tidak mengerahkan tenaga waktu mencengkeram gelang-gelang baja yang melilit pergelangannya. Tapi hebatnya, gelang-gelang baja itu seketika berpatahan. Di hadapannya, gelang-gelang baja yang mampu membelenggu gajah itu, tak ubahnya sebatang lidi!
Dan memang, bukan hanya tenaga dalamnya saja yang menggiriskan. Sebenarnya kakek itu adalah tokoh yang menggiriskan.
Di samping wajahnya yang mengerikan, tindakannya pun membuat orang bergidik. Selebar wajahnya penuh luka guratan. Kulit tubuhnya hitam, dan sepasang matanya yang kelihatan berwarna biru hitam kelam. Jelas, hal ini kian menambah seram penampilannya. Belum lagi rambutnya yang nampak aneh! Sepertinya, rambut yang dimiliki kakek itu besar-besar. Apabila didekati, baru jelas kalau beberapa helai rambutnya dirangkum menjadi satu.
Kakek tinggi besar ini kemudian menggeliatkan tubuh-nya sejenak. Rupanya otot-otot tubuhnya terasa kaku. Terdengar suara berkerotokan berkali-kali ketika kakek itu menggeliatkan tubuhnya.
Setelah dirasa agak lemas, dia melangkah perlahan menuju mulut gua yang tertutup. Sekitar sepuluh tombak kemudian, kakek itu telah berdiri di depan pintu gua yang pintunya tertutup batu besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Dewa Arak - Aji Saka
Ficción GeneralHari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yan...