1
Brakkk...!
Terdengar suara berderak keras, ketika sepasang tangan kokoh seorang laki-laki bertubuh tinggi kurus berompi kuning, menghantam daun pintu gerbang Perguruan Kumbang Merah. Kontan, daun pintu itu hancur berkeping-keping mengeluarkan suara hiruk pikuk. Padahal daun pintu gerbang itu terbuat dari kayu jati yang keras dan tebal.
Suara ribut-ribut itu tentu saja membuat murid-murid Perguruan Kumbang Merah berlarian menuju ke arah asal suara. Apalagi murid-murid yang mendapat tugas jaga. Merekalah yang tahu lebih dahulu. Dan buru-buru melesat ke arah pintu gerbang.
"Siapa kau?!" tanya salah seorang murid yang bertubuh pendek gemuk bernada kasar.
Laki-laki inilah yang bertugas sebagai kepala jaga hari itu. Ditatapnya wajah orang yang berdiri di hadapannya. Seorang laki-laki berusia dua puluh lima tahun. Berwajah meruncing ke depan, dengan bola mata yang selalu berputar liar. Di tangan kanannya tergenggam sebuah trisula.
"He he he...!"
Hanya suara tawa terkekeh saja yang menyahuti pertanyaan murid bertubuh pendek gemuk itu.
''Tidak usah banyak basa-basi lagi, Kang Gilang. Hajar saja pengacau ini!" ucap salah seorang yang berdiri di belakang laki-laki pendek gemuk yang bernama Gilang. Memang kepala jaga itu berdiri paling depan. Sementara rekan-rekannya yang berjumlah tiga orang, berada di belakangnya. Mereka telah menghunus senjata masing-masing. Sebatang pedang yang batangnya berwarna merah.
"Hmh...!" laki-laki berompi kuning itu mendengus dan mendesis tajam. "Kalianlah yang akan mampus!"
"Keparat!"
Seorang murid Perguruan Kumbang Merah yang berambut merah, tidak kuat lagi menahan kemarahan. Sambil berteriak nyaring, dia melompat menerjang laki-laki berompi kuning itu. Pedang di tangannya ditusukkan cepat ke arah leher.
Tapi, laki-laki berompi kuning itu hanya tersenyum sinis. Tanpa menggeser kaki, didoyongkan tubuhnya ke samping kanan, sehingga serangan itu mengenai tempat kosong. Lewat setengah jengkal di sebelah kiri lehernya. Dan pada saat yang sama, trisulanya ditusukkan ke arah perut lawan.
Wukkk!
Angin mengiuk keras mengiringi tibanya sambaran trisula itu. Suatu pertanda kalau trisula itu dimainkan oleh orang yang memiliki tenaga dalam tinggi.
Laki-laki berambut merah terkejut bukan main. Serangan lawan datang secara tiba-tiba dan cepat sekali. Padahal, saat itu posisinya tidak menguntungkan. Tubuhnya masih berada di udara. Jangankan mengelak, menangkis pun sudah tidak ada waktu lagi.
Gilang dan kedua temannya pun mengetahui bahaya maut yang tengah mengancam rekannya ini. Dan tanpa membuang-buang waktu lagi, hampir berbarengan mereka melesat untuk menolong. Tapi..,
Jrebbb...!
Trisula milik laki-laki berompi kuning, telah lebih dulu menghunjam dalam di perut murid yang sial itu. Darah pun bermuncratan dari luka yang menganga lebar ketika trisula itu dicabut kembali.
Brukkk!
Suara berdebuk keras terdengar, begitu tubuh laki-laki berambut merah ambruk di tanah. Sesaat tubuhnya menggelepar-gelepar. Kemudian diam tidak bergerak lagi.
Bertepatan dengan robohnya tubuh murid yang sial itu, serangan Gilang dan rekan-rekannya menyusul tiba. Kembali trisula di tangan laki-laki berompi kuning itu berkelebat
Tranggg, tranggg, tranggg...!
Suara berdentangan nyaring terdengar. Bunga-bunga api pun memercik ke udara, diikuti dengan berpentalannya senjata murid-murid Perguruan Kumbang Merah. Karena tangan yang menggenggam senjata terasa lumpuh! Tapi tindakan laki-laki berompi kuning itu tidak hanya sampai di situ saja. Trisulanya kembali berkelebat. Dan....
![](https://img.wattpad.com/cover/96589041-288-k705340.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Dewa Arak - Aji Saka
Fiction généraleHari masih pagi, ketika di kaki lereng Gunung Waru berkelebat beberapa bayangan yang bergerak cepat menuju ke puncak. Menilik dari gerakan yang rata-rata ringan dan gesit, dapat diketahui kalau bayangan-bayangan itu adalah orang-orang persilatan yan...