15. Tinju Penggetar Bumi

3.5K 34 0
                                    

Angin berhawa panas membawa debu berhembus kencang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Angin berhawa panas membawa debu berhembus kencang. Saat itu hari memang sudah agak siang. Matahari telah cukup terik membakar kulit Sebuah iring-iringan kereta yang dikawal oleh rombongan berkuda tampak melalui sebuah jalan tanah di kaki Gunung Campa.

Tampak dalam kereta kuda itu duduk seorang bangsawan, atau paling tidak pembesar kerajaan.

Ini dibuktikan oleh sebuah tangan yang terbungkus baju dari bahan indah dan mewah. Tangan itu menyeruak tirai yang menutupi pintu kanan kereta.

"Masih jauh Desa Kujang itu, Cakar Pengejar Sukma?"

Seorang laki-laki bertubuh kurus dan bermuka pucat kekuningan menoleh. Ditatapnya sejenak raut wajah yang menyembul dari balik tirai yang tersingkap itu. Kudanya segera diper- lambat dan disejajarkan di samping kereta kuda itu.

"Tidak begitu jauh lagi, Gusti Adipati," jawab laki-laki kurus yang rupanya berjuluk Cakar Pengejar Sukma.

"Aku agak khawatir, Cakar Pengejar Sukma," desah orang yang berada dalam kereta itu. Dia ternyata adalah laki-laki pendek gemuk berusiasekitar lima puluh tahun. Kulit wajahnya yang putih semakin terlihat putih, dalam pakaiannya yang berwarna gelap. Dari tanda di baju bagian leher, tampaknya dia memang seorang adipati.

"Apa yang dikhawatirkan Gusti Adipati?" tanya Cakar Pengejar Sukma pelan. Kudanya tetap dijalankan perlahan agar tidak meninggalkan kereta yang bergerak tertatih-tatih, karena keadaan jalan yang buruk itu.

"Sering kudengar, di daerah ini banyak terjadi perampokan, Cakar Pengejar Sukma...."

"Gusti Adipati tidak perlu khawatir. Jauh-jauh hari, semua ini sudah kuperhitungkan. Bukankah rekanku yang berjuluk Lutung Tenaga Raksasa telah kuajak untuk ikut mengawal Gusti? Apabila dia ikut bersama kita, kujamin tidak ada perampok yang berani mencari penyakit mencegat rombongan Gusti!" tegas Cakar Pengejar Sukma yakin. "Apalagi masih ada pasukan Gusti sendiri."

Setelah berkata demikian, Cakar Pengejar Sukma mengedarkan pandangan ke sekeliling. Memang iring-iringan kereta itu dikawal serombongan prajurit berkuda di kanan, kiri, depan, dan belakang. Sementara di kanan kereta, ada Cakar Pengejar Sukma. Sedangkan di kiri kereta,tampak seorang laki-laki tinggi besar dan kekar. Kulitnya hitam legam. Di telinga telinga kirinya nampak bergantung sebuah anting-anting sebesar gelang terbuat dari baja hitam. Dialah yang berjuluk Lutung Tenaga Raksasa.

Laki-laki pendek gemuk yang menjabat adipati itu mengangguk- anggukkan kepalanya. Lenyap sudah kecemasan yang tadi membayang di wajahnya.

Kembali tangannya digerakkan untuk menutup tirai pintu kereta. Sesaat kemudian suasana kembali hening. Yang terdengar hanyalah derak roda kereta yang menggilas jalan tanah berkerikil tajam.

Tak lama kemudian, iring-iringan itu mulai menempuh jalan yang agak mulus. Di kanan kirinya terpampang dinding batu yang menjulang tinggi ke langit.

Cakar Pengejar Sukma mengawasi sekitar tempat itu. Sebagai orang yang telah mempunyai wawasan luas, dia tahu kalau tempat ini menguntungkan sekali bagi perampok untuk menjalankan niatnya. Rombongan perampok tinggal menghujani mereka yang berada di bawah dengan batu-batu besar dan kecil. Kemudian, menyerang dari arah belakang dan depan. Maka tidak ada jalan lolos bagi rombongan itu.

Serial Dewa Arak - Aji SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang